Mei 2020 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Sabtu, 30 Mei 2020

Hidup Lebih Sehat Tanpa Paparan Asap Rokok, Coba Puasa Saat World No Tobacco Day
Mei 30, 2020 38 Comments

Hidup Lebih Sehat Tanpa Paparan Asap Rokok

World No Tobacco Day

Assalamualaikum Sahabat. Tanggal 31 Mei 2020 nanti akan diperingati sebagai WORLD NO TOBACCO DAY atau hari tanpa tembakau sedunia. Seperti biasa hari tanpa tembakau dimaknai dengan menyerukan para perokok untuk tidak merokok atau menghisap tembakau selama 24 jam secara serentak di seluruh dunia.

Sebenarnya kampanye hari tanpa tembakau sudah dilakukan rutin tiap tahun. Para perokok diajak untuk 'berpuasa' sehari tidak merokok. Apakah mereka melakukannya? Saya yakin banyak yang tidak mengikuti anjuran ini. Karena saya ingat pada tanggal 31 Mei tahun lalu, masih banyak saya temukan para perokok tetap aja santuy merokok di tempat umum.

Bahkan nggak perlu jauh keluar rumah deh. Setiap saat meski di rumah aja, saya harus menutup pintu rumah rapat. Karena tetangga sebelah rumah adalah perokok aktif. 

Pengennya duduk di teras sambil menatap rimbunnya tanaman dalam pot yang saya rawat tiap hari. Namun kalo mendadak ada asap rokok yang dikirim ke rumah, tentu saja bikin saya kabur.

Cerita Sedih Teman SMA

Dua tahun yang lalu, saya nengok teman SMA saya di rumah sakit. Dia adalah teman perempuan yang tidak pernah merokok. Suatu hari dia sakit batuk dan tak sembuh meski udah ke dokter sampai dua kali. 

Akhirnya oleh dokter yang ketiga, dia disarankan periksa ke rumah sakit untuk tindak lanjut. Setelah menjalani pemeriksaan detil, ketahuan kalo dia kena kanker paru-paru stadium 3. Sediiih.

Stop Merokok
Teman yang pakai kerudung coklat. 
yang meninggal karena kanker paru-paru

Selama tujuh bulan dia menjalani perawatan tiga kali masuk rumah sakit. Menjalani kemoterapi rutin seminggu sekali selama tiga bulan. Ketika masuk rumah sakit yang entah ke berapa kali, saya kaget waktu bezuk dia. Tubuhnya kurus, tak terlihat sinar semangat dari wajahnya yang biasanya terlihat meski anaknya kalem.

Dari cerita kakak iparnya yang nemenin di rumah sakit, teman saya ini terpapar asap rokok sepanjang hidupnya. Dari ayahnya yang perokok aktif, kakak laki-lakinya semua perokok. 

Mengapa hanya teman saya yang kena kanker paru-paru, sementara ayah dan kakak-kakaknya tidak? 

Nggak ada yang bisa menjawab pertanyaan ini tentunya karena hanya saya ucapkan dalam hati.

Coba bayangkan kejadian ini menimpa kamu, yang seorang ayah, kakak laki-laki, adik laki-laki, om, pakdhe, dari seorang perempuan yang semula selalu semangat menjalani hidup.  Namun langsung terpuruk tak berdaya ketika kanker paru-paru hadir dalam tubuhnya akibat paparan rokok dari orang-orang yang disayanginya.

Nulisnya sambil nahan tangis, mengingat teman saya yang telah berpulang. Hikss.

Bahaya Paparan Asap Rokok

World No Tobacco Day

Dari info yang ada di Wikpedia, kebiasaan merokok memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Catatan data kematian karena disebabkan merokok, terdapat sebanyak 5,4 juta jiwa. 

Sekitar 15-35 persen kanker paru pada non-perokok disebabkan oleh paparan asap rokok, atau yang juga disebut sebagai perokok pasif. Ini lah yang sering diabaikan oleh mereka para perokok aktif karena menganggap asap pasif itu tidak berbahaya.

Sebagai istri, ibu, adik, keponakan, atau anak perempuan, kamu berhak untuk menolak asap rokok di rumah. Paling tidak ini yang saya lakukan ketika ada tamu, saya meminta dia duduk di luar rumah. Saya memang tegas untuk menentukan aturan tentang larangan merokok di rumah saya. Itu teritori saya dan tidak boleh ada yang menolak aturan yang saya terapkan.

Alhamdulillah suami dan anak-anak tidak ada yang merokok. Saya beberapa kali menegur suami tiap kali pulang dan tubuhnya baru asap. Jawaban dia adalah teman, pekerjanya, atau tamu yang hari itu bertemu dengannya yang merokok.

Karena sejak kecil terlindung dari paparan asap rokok, indra penciuman saya sangat peka terhadap asap rokok. Adik saya dulunya adalah perokok yang tiap hari tak bisa lepas dari kebiasaan buruk ini. Saya dulu sering bertengkar masalah asap rokok karena baunya tetap lekat di ruangan meski orangnya udah nggak di sana. 

Bapak juga mendukung usaha saya untuk menolak asap rokok di dalam rumah. Karena beliau pun bukan perokok dan ngerti bahayanya asap rokok bagi keluarga. Makanya saya heran kenapa saudara laki-laki kami bisa menjadi perokok aktif. Memang sih itu akibat pergaulan dengan teman-teman SMA nya dahulu. Teman satu genk-nya semua perokok. Namanya anak muda, yang tidak memiliki identitas diri, mau aja dipaksa merokok. Dan keterusan hingga dewasa.

Sampai suatu hari dia terkapar di kasur. Tubuhnya panas, nggak nafsu makan, dan hanya merasa mual. Setelah diajak ke dokter, ternyata kena hepatitis. Penyakit yang disebabkan oleh virus, gaya hidup tidak sehat, suka merokok, dan begadang.

Karena sakit, dia tentu saja langsung berhenti merokok. Makan saja harus yang bahannya lembut seperti bubur. Bahkan ibu saya sampai bikin minuman dari tempah temulawak agar adik saya doyan makan kembali. Temu lawak juga bagus untuk pencernaan. Tentu saja pengobatannya dengan konsumsi obat dari dokter.

Cukup lama juga perawatannya hingga benar-benar sehat. Dia bahkan tidak bekerja hingga dua bulan lebih.

Setelah benar-benar sembuh dari hepatitis, adik saya mulai mengubah pola hidupnya yang selama ini amburadul.

Ini yang dilakukan adik saya :

- Makan teratur dengan gizi seimbang, memperbanyak sayuran dan buah yang bertekstur. Buah yang rutin dikonsumsi adik saya adalah pepaya, pear, jeruk, dan apel.

World No Tobacco Day

Bikin jus kurma dicampur dengan susu yang bisa melindungi liver dari racun akibat radikal bebas yang masuk dalam tubuh.

- Menghindari teman pergaulan yang kecanduan rokok
- Aktif olah raga, dia memilih fitnes dan gowes 
- Memperbanyak waktu dengan keluarga, karena kalo ngumpul gitu bikin dia tidak bisa merokok. Sejak menikah dan punya anak, adik saya mendapatkan istri yang berani menolak asap rokok di rumah

Tapi intinya berhenti merokok ada pada niat. Seperti yang dituturkan oleh adik saya,"Yang penting niat, mau dikasih rokok pun kalo udah niat berhenti ya enggak bakal tertarik merokok lagi,"

Mohon doanya semoga dia benar-benar berhenti dari kebiasaan buruk merokok ini, sahabat.

Kalo untuk aturan larangan merokok di rumah itu tergantung pada pemilik rumah tentunya. Sementara yang paling efektif adalah larangan merokok di tempat umum. Aturan mengenai larangan merokok di tempat umum dapat menekan risiko tersebut. Beberapa daerah di Indonesia sendiri telah memiliki perda yang melarang aktivitas merokok di tempat-tempat tertentu.

Mengutip Health, beberapa kelompok perokok pasif lebih rentan terkena kanker paru. Termasuk di antaranya mereka yang mulai terpapar asap rokok sejak anak-anak. Ya seperti kejadian teman SMA saya yang terpapar asap rokok sejak dia masih anak-anak.

Kenali Kandungan atau Zat dalam Rokok Yang kamu Hisap

Sebenarnya di bungkus rokok juga udah dijelaskan bahaya merokok, tapi entah kenapa makin banyak anak muda yang tak peduli.

Bukannya mereka tidak bisa membaca sih karena nampaknya masih menganggap banyak perokok yang berumur panjang. Sementara orang yang nampaknya sehat dan rajin olah raga justru meninggal mudah karena serangan jantung.

Enggak gitu juga kali, bro!

Ingat lah mereka yang nampaknya sehat itu belum tentu sehat. Bisa jadi mereka telah mengidap sakit tapi tidak terdeteksi. Atau mereka yang meninggal karena serangan jantung bisa saja karena memiliki tingkat resiko lain. Seperti stress karena tekanan pekerjaan, makanan yang mengandung kolesterol, ada keturunan dari orang tua, dan lainnya.

Coba deh dilihat zat dalam rokok yang berbahaya : 
- Nikotin, yang efeknya bikin jantung berdebar, tekanan darah meningkat
- TAR, menyebabkan batuk dan sesak napas
- Karbon Monoksida (CO), yang pengaruhnya negatif pada pernapasan dan pembuluh darah.

Hari Tembakau Sedunia
indonesiabaik.id

Bukan hanya bahaya dengan zat yang ada dalam rokok. Namun selain itu rokok juga bikin dompet meringis. Kalo udah kecanduan dan tak bisa berhenti, ada loh orang yang menghalalkan segala cara agar bisa tetep merokok. 

Mengupayakan Berhenti dari Merokok

Berhenti merokok itu sulit, hal itu sudah banyak dikatakan oleh orang-orang yang berstatus perokok. Bahkan adik saya sendiri berhenti merokok itu nggak hanya sekali, tapi lebih dari tiga kali. 

World No Tobacco Day

Penyebabnya adalah sudah kena candu rokok. Lalu bagaimana caranya agar bisa berhenti merokok?

- Kamu bisa lakukan saran dari adik saya di atas. Dengan ngemil buah saat mulut terasa asem. Coba buahnya bisa memilih Pear atau Sunkist, seger pasti rasanya.

World No Tobacco Day

Atau dengan cara berobat ke dokter karena bisa jadi zat addictif telah meracuni indra perasa kamu. 

- Minta dukungan keluarga agar jangan pernah lelah mengingatkan kamu untuk tidak merokok dengan membuat larangan area bebas rokok di rumah.

- Hindari pergaulan dengan teman-teman yang masih merokok

- Cari kegiatan yang positif, berkumpul dengan teman yang senang olah raga, membaca, melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti merawat tenaman, dan lainnya.

Yuk sayangi tubuhmu, juga orang-orang yang ada di sekelilingmu, keluarga terdekat, dengan tidak merokok. Wassalamualaikum.

#sembutopia #worldnotobaccoday2020 #puasatetapsehat #rajinmakanbuah #stayhealthy #indonesia2020 
Reading Time:

Kamis, 28 Mei 2020

Mengajak Anak Minat Baca Buku? Mulai Dari Diri Sendiri, Moms
Mei 28, 2020 19 Comments

Mengajak Anak Minat Baca Buku? Mulai Dari Diri Sendiri

Minat Baca Buki

Assalamualaikum Sahabat. Menjadi orang tua itu mudah. Buktinya orang tua jaman dulu juga banyak yang memiliki anak-anak lebih dari dua dan sukses mengantarkan mereka hingga jadi orang. Maksudnya jadi orang adalah sukses bekerja dan berkeluarga.

Eh tapi itu stereotype orang sukses jaman dulu ya. Begitu pun kesuksesan mendidik anak, juga takarannya sama. Lulus sekolah/kuliah, bekerja, berkeluarga.

Namun sekarang jamannya udah beda, Moms. Dunia digital telah merenggut hal biasa yang dahulu merupakan nilai-nilai luhur keluarga. Waktu saya masih usia sekolah dasar, hal biasa melihat bapak dan ibu saya membaca di ruang tamu yang merangkap ruang keluarga. TV tidak dinyalakan, karena kami sedang belajar. Godaan terbesar bagi saya dan adik-adik adalah membaca buku atau majalah. Jadi kami inginnya segera menyelesaikan PR sekolah atau membaca buku pelajaran dulu.

Sementara bagi sebagian orang tua jaman dulu, ada juga yang memiliki anak suka dolan keluar rumah. Bisa jadi karena anak-anak ini tidak memiliki pilihan kegiatan di rumah, seperti baca buku. 

Parenting Jaman Dulu VS Jaman Now

Gaya pengasuhan orang tua saya tidak bisa dibandingkan dengan gaya saya dan suami tentunya. Saya tidak bakal mengadopsi gaya pengasuhan bapak ibu saya. Demikian pula suami, juga tidak akan mengadopsi seratus persen gaya pengasuhan orang tuanya.

Gaya pengasuhan orang tua jaman dahulu lebih mengedepankan disiplin yang kaku. Itu sih kebanyakan ya. Karena orang tua saya, khususnya bapak meski tegas tapi juga royal memberikan pujian. Hukuman yang diberlakukan di rumah adalah membantu urusan rumah. Seperti menyapu ruang tamu, atau mengepel lantai. 

Beda dengan ibu saya yang berwatak keras dan galak, bila kami tak menuruti kemauan beliau, ada tangan yang bakal mendarat di paha. Cukup sekali saya mengalami dicubit ibu, kapok. Saya belajar menjadi anak manis agar tak lagi kena hukuman dari ibu.

Namun galaknya ibu menjadi pelajaran juga bagi saya. Bahwa seorang anak itu nggak akan suka dengan suara galak apalagi hukuman berupa cubitan atau jeweran di telinga. 

Saya sejak menikah sudah mulai suka membaca majalah parenting. Waktu itu kebetulan begitu menikah selang dua bulan langsung hamil. Saya berlangganan majalah Ayah Bunda. Dari majalah ini lah saya belajar pengasuhan yang ideal sesuai jamannya.
 
Bagaimana mengajak anak-anak agar mau mendengar ucapan orang tua, mengajarkan disiplin, dan suka baca.

Meski beda pola asuh, pada intinya tujuannya sama. Menjadikan anak-anak sebagai orang yang memiliki budi pekerti luhur, bekerja dengan nilai-nilai sesuai norma dan agama, dan menghormati orang yang lebih tua.

Saya beruntung masih mengalami pengasuhan anak tanpa gangguan gadget. Tapi kami dulu udah memiliki mainan PS sih. Dan saya sukses juga mengajak anak-anak untuk disiplin mengatur waktu kapan harus belajar, main, dan kegiatan lainnya. 

Untuk jadwal PS saya tegaskan anak-anak boleh sepuasnya bermain saat hari Sabtu dan Minggu. Batasnya hari Minggu sore sebelum shalat Ashar. Milzam dan Naufal udah bisa ngatur waktu kapan mereka bermain secara bergiliran. Saya memang mengajak anak-anak agar bisa bermain bergantian, nggak boleh egois dan main sesukanya.

Nggak ada teriakan protes karena saudaranya curang, main lebih banyak waktu misalnya. Karena keduanya punya batas main, sejam atau setengah jam gitu. Dan biasanya sebelum selesai, yang sedang main akan ngasih tahu saudaranya kalo dia mau selesai main. Saya bisa senyum aja sambil ngawasi dari jauh dan melakukan kegiatan baca buku atau ngerjain pekerjaan rumah.

Baca Buku Adalah Cara Saya Untuk Mengenal Dunia

Sejak kecil saya suka membaca karena melihat orang tua yang begitu asik saat membaca buku atau majalah. Saya adalah sulung dari empat bersaudara, dengan dua adik perempuan dan satu adik lali-laki. Kami berempat doyan baca semua.

Terlebih orang tua menyediakan bacaan berupa majalah anak-anak pada masa itu. Tahu kah kamu dengan majalah TomTom, Kawanku, Kuncung, dan Bobo? Ah kalo Bobo sih sampai sekarang juga masih terbit ya.

Kesukaan membaca ini yang bikin saya bercita-cita pengen punya perpustakaan sendiri di rumah.

Saya bahkan punya cita-cita kalo sudah bekerja akan membeli satu novel setiap bulan. Hal ini karena sejak masih usia SD hingga kuliah, saat ingin membeli majalah atau novel, saya selalu menyisihkan uang sebelumnya. 

Karena orang tua memang tidak mampu membelikan majalah atau novel baru bagi saya dan adik-adik. Meski begitu saya dan adik-adik sangat senang membaca setiap buku atau majalah bekas yang dibelikan bapak. Terlebih rumah kami menjadi semacam tempat berkumpulnya teman main atau tetangga. Karena hanya di rumah kami lah, mereka bisa puas membaca.

Ya, saya tinggal di kampung pecinan di daerah Karanganyar, Randualas, Semarang Tengah. Kampung kecil dengan warga yang beragam, dari berbagai daerah. 

Bapak saya terkenal disiplin namun royal membelikan kami buku atau majalah untuk bacaan meski bekas. Karena di mata teman sepermainan saya dahulu, hanya rumah kami yang menyediakan bacaan dan bisa dipinjam. Tentunya dengan membacanya di rumah kami.

Kembali lagi pada pilihan bapak dan ibu saya yang menyediakan bacaan di rumah. Dengan buku atau majalah pilihan mereka agar terseleksi dan sesuai dengan usia saya dan adik-adik. Bapak memang tidak memiliki uang yang banyak, yang bisa membelikan benda yang kami inginkan. Namun bapak tahu dengan mengenalkan buku bacaan pada kami sejak dini, artinya juga mengenalkan dunia tanpa batas.

Seperti yang pernah bapak sampaikan, buku adalah jendela untuk saya bisa menatap dunia di luar sana yang sungguh teramat luas. Pengen melihat negeri Paman Sam? Cukup mencari buku tentang negeri adidaya itu dan baca isinya. Saya akan bisa mengenal tentang wilayahnya, cuaca, dan penduduknya.

Mengajarkan Minat Baca Buku, Mengenalkan Dunia Baru 

Tahun berlalu hingga saya pun berkeluarga dan tinggal di rumah yang cukup besar. Suami kebetulan sudah menabung sejak masih kerja dan membeli rumah pertama ini. 

Sejak masih pacaran pun suami tahu dengan minat baca saya. Meski sempat muncul cemburu kala melihat saya asik dengan buku bacaan. Lama kelamaan dia udah hapal tiap kali saya duduk dengan buku di tangan, artinya itu adalah me time yang tidak bisa diganggu. Hahahaa, bersyukur banget punya suami sebaik dia.

Karena suami tuh orang yang bertolak belakang dari saya, dia tidak suka baca buku. Misalkan melihat majalah Ayah Bunda, paling dia hanya membaca judulnya. Sungguh lucu banget ya keputusan Tuhan menjodohkan kami.

Namun ketika anak-anak mulai hadir dalam pernikahan kami, sungguh dia adalah laki-laki terbaik untuk saya. 

Karena setiap buku dan majalah yang saya beli, tak pernah ada larangan. Dia selalu siap mengantar ke toko buku, pameran buku, bahkan pernah juga sampai nemenin belanja di pameran buku BBW di Kota Jogja saat itu.

Minat Baca


Sejak awal memulai hubungan kasih, saya udah menjelaskannya bahwa buku adalah kecintaan saya sejak kecil yang ditanamkan orang tua. Jadi meski kelak menjadi suami saya, dia tak berhak melarang saya menghentikan minat baca ini. Terlebih karena saya ingin mendidik anak-anak kelak juga memiliki minat baca buku. Saya ingin mengikuti cara bapak dan ibu saya mendidik anak-anaknya mencintai buku. 

Meski saya tahu suami tidak suka baca buku atau majalah, tak mengapa. Sepanjang dia mendukung saya dan anak-anak untuk mencintai baca buku.

Alhamdulillah dukungannya luar biasa. Ada satu kejadian yang sempat bikin jantung kami dag dig dug. Yaitu si sulung yang pernah berjalan dari rumah di kawasan Pedurungan menuju Tlogosari (sekitar kurang lebih 4 km), hanya demi menyewa buku di salah satu kios sewa buku. 

Untuk anak usia 8 tahun, yang tak pernah pergi sendirian sejauh itu bahkan dengan jalan kaki, tentunya nekad banget. Gara-gara saya janji akan mengantar si sulung sewa buku, namun karena hujan akhirnya gagal. Jadi sehari kemudian dia berjalan kaki sendirian menuju Tlogosari.

Saya pun langsung pamit dari tempat kerja begitu mendapat kabar dari ART dan bapak tentang keberadaan si sulung yang tak ditemukan di rumah. Seluruh tetangga udah ditanya, bahkan teman mainnya juga semua ada di rumah.

Saya udah curiga bahwa dia pasti pergi ke kios sewa buku. Saya pun meminta bantuan adik laki-laki untuk menyusuri sepanjang jalan antara Tlogosari dan Pedurungan. Saya sendiri dari tempat kerja menuju kios sewa buku. Namun di sana tidak terlihat anak saya. 

"Dia naik apa kesini, Mba?" tanya penjaga kios yang udah hapal dengan kami, karena pelanggan lama.
"Bisa aja naik angkot, dia suka nyimpan duit saku yang seminggu sekali saya kasih,"

Akhirnya percuma juga saya duduk diam di kios buku. Saya hanya meminta pada petugas yang jaga kios agar menahan anak saya bila sudah tiba di sana. Saya juga memintanya untuk nelpon mengabarkan bila Milzam udah nyampe di kios.

Saya memutuskan untuk ikut menyusuri jalanan sepanjang Tlogosari sampai Pedurungan. Alhamdulillah saya terlatih untuk tidak gampang cemas bila menghadapi peristiwa yang bagi sebagian orang tua, terutama ibu-ibu bakal panik. Saya terlatih untuk berpikir sistematis dan logis, serta menyingkirkan perasaan bila menghadapi satu peristiwa yang butuh konsentrasi. 

Kondisi mental yang stabil, tidak gampang panik, dan mencemaskan satu hal buruk yang belum tentu terjadi, telah membuat saya selamat melakukan pencarian di jalan. Saya yakinkan diri bahwa ada malaikatNYA yang melindungi anak saya. Tentunya dzikir, istighfar, bacaan ayat kursi tak henti saya lantunkan. Sesekali saya berhenti di pinggir jalan untuk mengecek ponsel, mana tahu ada adik atau bapak, atau mbak penjaga kios menghubungi saya.

Saya udah dua kali menyusuri jalanan Soekarno Hatta dari Tlogosari menuju rumah di Pedurungan, dan balik lagi ke Tlogosari, ketika mendadak ada sms masuk.

Mbak, Milzam ada di bengkel, selamat, sehat, dan aman. Diantar oleh orang naik mobil yang mau kulakan di Johar

SMS yang masuk itu saya baca berulang. Saya sedang di jalan Soekarno Hatta, dan jarak menuju bengkel adik saya itu cukup 10 menit sampai. Namun saya tak ingin terburu-buru kesana. Saya mengucap syukur dan menyempatkan diri mengambil air untuk minum. Saya pun menelpon rumah, mengabarkan pada bapak dan ART yang sedang menanti kabar kami. Sengaja saya meminta bapak menunggu di rumah karena ada Naufal yang masih berusia 3 tahun. 

Sepanjang pencarian si sulung, saya baru mengabarkan suami saat tengah di kios sewa buku. Saya takut kalo suami pecah konsentrasinya karena sedang bekerja di proyek. Saya pun mengabarkan kabar gembira ini.

Saya memeluk si sulung begitu tiba di bengkel. Adik saya pun menuturkan kronologis bagaimana kejadian si sulung selama menghilang sekitar tiga jam itu.

Benar dugaan kami bahwa si sulung tak sabar menanti kepulangan saya dari tempat kerja. Sementara ketika meminta simbah kakung untuk mengantar ke Tlogosari, dia diminta bersabar karena adiknya lagi tidur. Kalo saat terbangun si adik tidak melihat kakak dan simbahnya, bisa marah karena merasa ditinggal sendiri di rumah meski ada mbak ART.

Jadi si sulung nekat berangkat sendiri dengan berjalan kaki menyusuri jalan fatmawati, menyeberang jalan brigjend. sudiarto, menuju jalan soekarno hatta. Kemudia dia mengambil arah jalan Syuhada, karena sering diajak simbah kakung naik motor lewat jalan itu tiap kali ke Tlogosari, rumah bapak ibu saya.

Capek pasti kan dan rasa haus mengantarkan si sulung mampir ke warung. Dan di sini lah dia dipertemukan dengan orang baik yang mengantarkannya ke bengkel adik saya atau om nya di jalan soekarno hatta.

Teman kerja, tetangga, dan seluruh kerabat kami yang mengetahu peristiwa ini cuma berkomentar sederhana. Bahwa orang baik akan selalu mendapat pertolongan ketika mengalami musibah. Kejadian si sulung ini katanya adalah bentuk pertolongan yang kami terima karena katanya kami suka bantuin orang lain. Masya Allah, saya hanya mengerjap menahan air mata saat mendengan komentar senada. 

Karena peristiwa ini, suami pun akhirnya membuatkan perpustakaan mini di rumah. Dia memesan rak buku sebanyak 6 buah, dan meminta saya membeli komik dan buku-buku kesukaan anak-anak, terutama si sulung. Nilainya cukup lumayan karena mencapai 9 jutaan. Maksudnya adalah agar di rumah ada perpustakaan tempat anak-anak bisa membaca buku sepuasnya. Jadi kami nggak perlu lagi menyewa buku di tempat lain. Cukup baca dengan pilihan buku yang ada di rumah aja.

Wah mendapatkan dana sebanyak itu tentu bikin saya kalap. Hampir tiap akhir pekan saya menyambangi toko buku di kota Semarang. Tiap hari Sabtu dan Minggu tiba, saya pun menuju toko buku. Memilih buku-buku kesukaan anak-anak. 

Minat Baca

Hingga hari ini dukungan suami pada minat baca buku saya dan anak-anak tak pernah luntur. Bahkan memerlukan diri untuk datang dari Bogor dinihari, dan pukul 10 pagi udah berangkat ke Jogja untuk belanja buku di BBW. Karena memang suami kebetulan pas pulang ke Semarang. Meski aslinya saya nggak tega meminta, bahkan sempat menolak dan nggak perlu lah sampai ke Jogja. 

Ternyata suami memberikan kejutan dengan mendadak ngajakin ke Jogja dan mengantar kami belanja buku di BBW Jogja. Uhhh senangnya saya dan anak-anak waktu itu.

Menurut suami, dukungannya itu mudah. Hanya memberikan materi atau mengantar. Lebih sulit mengajarkan anak-anak untuk suka baca buku. Karena suami tahu, bahwa orang-orang yang suka baca buku akan memiliki wawasan yang lebih luas. Orang yang suka baca juga memiliki kemampuan untuk memperlajari hal baru dengan lebih mudah. 

Memang dari pengalaman saat sekolah dulu, saya lebih mudah belajar di pelajaran yang membutuhkan hapalan. Karena terbiasa membaca buku dan novel yang tebal.

Cara Mengenalkan Minat Baca Buku Pada Anak 

Suami bilang, biarkan saja hanya dirinya yang tidak suka baca buku. Namun anak-anak harus mengikuti hobi ibunya yang suka baca. Hahahaa, lucu banget kan ucapan suami ini. Dia nggak tertarik menyukai bacaan karena menurutnya rumit. Enak mendengarkan apa yang sudah saya baca, katanya.

Beruntung deh kalo salah satu orang tua menyukai proses membaca, mengajarkan pada anak-anaknya juga. Karena saya tak bisa membayangkan bagaimana cara anak belajar bila dia tidak pernah diajarkan untuk suka membaca. Karena saya meyakini orang yang suka membaca, akan lebih mudah belajar di kelas. Dia lebih mudah menerima penjelasan guru di kelas.

Sejak anak-anak masih dalam kandungan, saya udah mengajarkan kesukaan membaca. Bukan hanya membaca buku fiksi, komik, majalah, atau novel anak-anak. Namun saya juga membacakan mereka ayat-ayat dalam Quran sebagai pengenalan bacaan yang pertama. 

Mengajak si sulung suka baca adalah hal mudah. Sangat mudah malah. Di dinding kamar, saya sengaja menempel kertas bertuliskan huruf warna warni yang saya bikin sendiri. Saya juga menempelkan halaman bonus dari majalah Ayah Bunda di dinding kamar. Tujuannya memang agar si sulung mudah diajak membaca sebelum tidur.

Tidak demikian halnya dengan adiknya, Naufal. Sejak kecil tiap kali saya ajak membaca, tangannya selalu meremas majalah. Gemes kan?!

Alhamdulillah meski begitu saya tak pernah lelah mengajaknya melihat gambar warna warni di buku atau majalah Bobo. Dan entah berapa majalah menjadi korban remasan tangannya. Hingga akhirnya ketika udah usia 5 tahun dia mulai suka baca komik yang isinya banyakan gambar dibanding tulisan. Dia bisa ketawa sendiri tiap buka komik. 

Sekarang si bungsu udah memiliki novel favorit. Sejak usia SMP dia suka novel karya Sherlock Holmes. Ya saya dan ayahnya menuruti aja keinginannya membeli misalkan sedang jalan-jalan di mall yang ada toko buku.

Minat baca
Si sulung dan buku koleksi
Beli di BBW Jogja

Mengajarkan anak memiliki minat baca buku memang harus ditumbuhkan sejak dini, sejak masih dalam kandungan. Kita baca buku-buku yang berwarna agar mulai mengenalkan juga macam warna sejak dini.

Seharusnya bagi ibu muda yang saat ini ingin mengajarkan anaknya menyukai bacaan, harus bersyukur. Karena penulis anak sekarang banyak hadir dengan buku-buku berkualitas. Jaman anak-anak saya hanya ada buku mewarnai dan majalah anak. Jadi saya pun memiih daftar bacaan berupa ensiklopedi binatang, alam, dan jenis lainnya. 

Memilihkan buku pun enggak harus sesuai keinginan kita. Saya dulu tidak memaksa si bungsu untuk menyukai buku favorit kakaknya. Tiap anak memiliki kecintaan tersendiri. Bahkan tidak mengapa untuk suka baca komik. Pilihkan aja komik yang sesuai usianya. Biarkan anak-anak memilih buku kesukaannya, karena yang penting kan minatnya udah dibimbing sejak dini. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Selasa, 19 Mei 2020

Berkebun Menjadi Self Healing Ketika Pandemi
Mei 19, 2020 18 Comments

Berkebun Menjadi Self Healing Ketika Pandemi

Self Healing

Assalamualaikum Sahabat. Saya terlahir dan tumbuh dewasa sebagai orang kota. Bahkan sampai berkeluarga pun masih setia menempati rumah di tengah kota. Padahal saking pengennya jadi orang desa, saya dulu sempat berujar mau mencari jodoh orang desa. Ternyata semesta tak mendukung, wkwkkk. 

Mengapa sih saya begitu pengen tinggal di desa? Entah lah, saya sendiri nggak yakin alasan yang sebenarnya. Cuma karena rumah masa kecil saya itu di gang kecil, dan bertetangga dengan penjual yang boro atau merantau di Semarang. Rata-rata mereka berasal dari Delanggu.

Saya pernah minta ibu untuk diijinkan ikut tetangga pulang kampung. Mereka biasanya pulang kampung saat nyadran. Yaitu kegiatan tradisi membersihkan makam dan selamatan. Kebetulan salah seorang tetangga ada yang seumuran dan dia ikut pulang kampung ibunya. Ibunya memang salah seorang keturunan warga Jati Rogo, Delanggu. 

Sejak saat itu setiap kali ada teman atau keluarga bapak ibu saya yang pulang kampung, saya tak mau ketingalan ikut mereka. Siapa yang punya kampung gitu, saya dengan pede mengajukan diri ikut pulang. Saya melakukan ini sampai udah jadi mahasiwa, ahahaha.

Saya memang menyukai tanaman hijau. Kesukaan ini mengantarkan saya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dari SD hingga SMA. Di SMA pun saya masuk grup pecinta alam. Bahkan saat kuliah, saya pun ikut aktif di kegiatan WALHI kampus Politeknik Undip (sekarang : Polines).

Memandang pepohonan bikin pikiran tenang, hati pun senang. Mencium aroma daun, atau menyentuh embun di permukaan daun, menjadi sensasi yang bikin kangen. Hal ini mampu mengirimkan signal ke otak dan memproduksi lebih banyak serotonin. 

Udah tahu kan, kalo serotonin itu memiliki fungsi mempengaruhi suasana hati. Serotonin juga berperan sebagai pencernaan, proses pembekuan darah, pembentukan tulang, dan fungsi sek**al.

Kegiatan berkebun memang bikin saya melupakan huru hara warga negeri ini yang dengan bebasnya ke mall, memilih baju baru, atau buka bersama. 

Cemas Muncul Membaca Berita Tentang Covid-19

Sejak covid masuk ke Indonesia, saya masih santai memang. Kayaknya waktu itu masih sedikit orang yang terpengaruh dengan berita dua orang perempuan, ibu dan anak yang menjadi PDP.

Namun semua berubah begitu menjelang akhir Maret, penderita PDP mulai bertambah. Semua kegiatan sejak pertengahan bulan Maret dilakukan di rumah. Dari belajar, bekerja, semua dilakukan dari rumah saja.

Informasi seputar covid sangat deras mengalir disajikan di portal berita, di share di grup WA, dan semua sosial media lainnya. Banyak yang kemudian menjadi cemas, dari versi ringan hingga berat. Bahkan ada yang butuh curhat karena membaca info menjadikan hatinya parno, jantung deg-degan, pikiran kalut dan pusing kepala.

Saya sendiri terpengaruh nggak sih dengan info seputar covid? 

Awalnya iya, banget. Kemudian saya japrian dengan teman dan adik ipar yang bekerja sebagai tenaga kesehatan. Saya juga mencari tahu tentang covid dari teman blogger yang bekerja di dinas kesehatan. Saya mulai membatasi diri dengan tidak membaca semua info di portal berita. Baik yang di share di grup WA maupun di sosial media lainnya. 

Kemudian seperti ketika saya memiliki masalah, ada langkah yang sudah membantu meringankan kesedihan atau rasa nggak nyaman karena pandemi ini. Artinya sebelum ada pandemi, seiring usia saya tentunya udah beberapa kali mengalami masalah. Dari masalah kerja, dengan teman kerja, dengan bos, dengan tetangga, dan siapapun yang mungkin terjadi selama ini. Saya tidak langsung menanggapi dengan emosi.

Ada prosedur yang menuntun saya mengambil keputusan, apakah akan defensif, assertiv, atau cuek? Tergantung tentunya dengan ringan atau berat masalah yang muncul.

Saya tak pernah mengijinkan seseorang melukai hati. Caranya adalah dengan mengandaikan seseorang sebagai subyek, dan masalah sebagai obyek. Jadi masalah yang harus dicari solusinya, bukan bermusukan dengan orang yang bikin masalah. 

Sampai sejauh ini, paling aman memang peduli pada diri sendiri dahulu. Orang lain itu pelengkap kebahagiaan. Kalo orang lain jahat pada kita, nggak penting. Dia bisa dihilangkan kehadirannya jadi bahagia saya tak akan terusik. 

Menyembuhkan luka   hati dari masalah dengan orang lain memang kembali pada diri sendiri. Sepanjang kalian bisa lebih memedulikan kebahagiaan diri sendiri, tak penting kok sikap atau ucapan orang lain tentang kita. 

Mulai lah dengan ritual sejak pagi sehabis shalat, ajak diri sendiri untuk berbicara. pikirkan hal baik yang sudah kalian kerjakan, rejeki yang sudah diterima, mengucapkan syukur, dan tersenyum lah. Berterima kasih pada diri sendiri yang telah berani jujur mengungkapkan kesedihan. Menangis pun tak apa. Agar luka hati bisa terlepas dari selongsong di lubuk yang terdalam.

Seperti cemas yang muncul saat mengetahui warga yang tidak patuh saat antri di kasir. Pengennya sih saya tegur ya karena mereka tidak mau berdiri di tanda antrian yang udah disediakan pihak pengelola supermarket. Namun percuma dong saya jelasin kalo aslinya memang mereka adalah warga yang covidiot.

Saya hanya bisa istighfar dan berharap mereka mau mengetahui cara penyebaran virus covid. Saya menyadari bahwa tidak semua orang mau menyisihkan waktu untuk membaca berita. Mereka senang share berita di WAG, namun belum tentu sudah membaca sebelumnya. Yah, warga negeri ini memang rendah literasi. 

Pilihan Berkebun Sebagai Self Healing Agar Hati Tenang

Self Healing dengan Berkebun

Pandemi covid ini telah mengganggu banyak hal, dari kesehatan, ekonomi, hingga hubungan sosial antar manusia. Baru kali ini warga dunia dituntut untuk diam di rumah. Melakukan semua kegiatan dari rumah. Karena memang tempat teraman adalah rumah.

Nggak hanya pemilik pribadi ekstrovert yang terganggu karena tidak bisa bertemu dan menjalin komunikasi secara langsung dengan orang lain. Mereka yang memiliki pribadi introvert pun juga merasakan kesepian. Terutama kalo si introvert ini merasa nyaman dalam lingkungan yang sudah dikenalnya secara dekat.

Saya adalah si introvert dari SD hingga SMP. Saya pun berusaha membuka diri ketika belajar di SMA karena kritikan dan saran seorang sahabat. Jadi saya si introvert yang bakal measa nyaman dengan lingkungan pertemanan yang udah lama kenal. Saya bisa menjadi pribadi yang ceria dan bercerita banyak hal pada orang yang udah akrab sejak lama.

Ketika harus di rumah aja, awalnya saya senang. Nggak apa lah menurut anjuran pemerintah. Bukankah saya selama ini juga bekerja dari rumah? 

Namun setelah mengisi waktu di rumah dengan berkreasi menu baru, nontn film di channel TV, kebosanan mulai datang. Saya memang nggak bisa diam sih. Jadi harus ada kegiatan yang bakal bikin saya bergerak. Bosan kan kalo harus duduk seharian di depan TV, atau baca buku?

Self Healing dengan Berkebun

Saya mulai menengok teras rumah di depan. Tempat tembok pagar dengan pot yang berjajar dan tanaman yang beragam. Saya mulai membenahi gulma di pot, memotong ranting kering dan daun kuning. Trus udah selesai, mau ngapain lagi?

Ahh, ternyata nonton channel di YouTube pun ada juga manfaatnya. Saya mulai tertarik untuk menanam beragam sayuran dan cabe. Cabe kan ada banyak jenisnya, dari cabe keriting, cabe rawit setan, cabe rawit hijau, cabe scorpion, cabe gendot, cabe rainbow, dan lainnya. 

Foto di bawah ini adalah tanaman baru berupa semaian benih pok coy, cabe keriting, kemangi, tomat marglobe, dan daun bawang. Saya senang juga dengan tanaman daun mint yang tetap sehat setelah beli di tempat jual tanaman. 

Berkebun

Ternyata dengan kegiatan berkebun ini, saya mendapatkan manfaat. Apa aja sih manfaatnya, yuk teruskan membacanya ya.

Berkebun, meski lahan di rumah saya sempit, mampu menarik fokus saya pada kegiatan yang menyenangkan. Kalo semula saya tiap hari buka info tentang covid di laman resmi pemerinah daerah Jateng. Dan saya juga ngecek jumlah orang dengan PDP, ODP, atau OTG yang ada di aplikasi jarak terdekat dengan rumah saya. Hasilnya kadang bikin saya dag dig dug kalo ada pertambahan penderita.

Situasi pandemi memang sulit, banyak yang menghadapinya dengan kemarahan, sedih, emosi, dan belasan perasaan lain. Tiap orang butuh menyembuhkan kesedihan atas rasa tak nyaman ini dengan me time dan tidak terus menerus mencari info covid.

Saya sendiri memilih berkebun untuk self healing bagi diri sendiri. Dengan merawat tanaman yang ada di teras depan rumah, saya kadang bisa menghabiskan waktu sejam hingga dua jam lebih. Dari membersihkan rumput liar di pot, mengambil daun kuning, memotong dahan yang tidak berguna, agar tanaman tumbuh sehat. 

Bagi orang yang tak menyukai berkebun, tentu gak yakin dengan pilihan kegiatan ini. Mereka bisa saja menganggap berkebun itu rumit, kotor, dan panas karena kena sinar matahari.

Sementara bagi saya dan orang yang menyukai berkebun, kegiatan ini sesuatu yang menyenangkan. Kadang melihat kuncup baru tumbuh saja, mampu membuat hati bersorak kesenangan. Seperti saat saya menyaksikan benih pok coy yang saya tanaman hari Minggu jam 10 lebih, gak sampai dua hari udah muncul sprout atau calon daun. Saya jadi meloncat girang di teras, padahal itu selasa abis shubuh loh. Hihihii.

Ternyata apa yang saya rasakan ini merupakan efek mampu melarikan diri dari kebosanan dan rasa cemas dari berita tentang covid. Berkebun mampu membuat saya fokus dengan memberikan kesempatan bagi bagian otak untuk lebih kreatif. Seperti yang dituturkan oleh Dr. Joshua Klapow Ph.D.

"Berkebun itu melibatkan ketrampilan kognitif dan motorik. Ada rasa menempatkan perhatian orang pada sesuatu yang  positif,"

Rasa bahagia atau panik itu bisa menular karena pada intinya manusia terutama masyarakat Indonesia memiliki konformitas yang tinggi. Jika orang-orang sudah panik, maka mereka bisa menjadi agresif. Mungkin kah orang-orang yang kemarin menyerbu mall di Ciledug itu ungkapan kepanikan karena kelamaan di rumah?

Hmm, saya nggak yakin. Karena orang yang sudah di rumah dengan niat menahan penyebaran virus, akan tetap di rumah kalo mengetahui korban masih saja bertambah.

Coba deh lakukan kegiatan yang menyenangkan, yang bikin rasa cemas, panik, maupun sedih bisa dihempaskan. 

Saya selama pandemi memang lebih banyak di dapur dan berkreasi menu baru serta mengulang menu lama yang jarang dimasak. Namun saya juga perlu menemukan kegiatan yang lebih banyak lagi agar pikiran teralihkan dari rasa sedih. Atau bisa mengalihan rasa cemas melihat rang-orang yang masih santuy berkerumun di kafe atau angkringan. 

Itu lah kenapa saya juga sharing di sosial media dengan menu berbuka. Atau cerita tentang kebun di lahan sempit yang saya lakukan. Saya ingin menularkan hal-hal positif seperti itu untuk menguatkan sesama. Bahwa ibu-ibu bisa kok merawat tanaman meski katanya gak punya bakat. Atau bikin jajanan yang hits, seperti donat, brownis, dan lainnya. Yang penting lakukan kegiatan dengan hati ringan dan senang. Lakukan dengan tekun dan percaya diri bahwa kalian bisa. 

Tetap bersabar di rumah aja dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan. Gak apa juga nonton drakor kalo itu bikin pikiran bisa teralihkan dari info tentang covid atau tingkah warga negeri ini yang covidiot. 

Tetap jaga silaturahmi dengan saling menyapa di dunia maya, via chat WA, atau pun video call. Saling berkabar seperti ini bisa menguatkan, membangun suasana positif selama pandemi masih bercokol di negeri ini. Yuk saling menyemangati agar tetap di rumah dengan sharing kegiatan yang seru dan bikin hepi, sahabat. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Senin, 18 Mei 2020

Hari Pertama Trip Lombok 4 Day 3 Night Bersama Sahabat Bogger
Mei 18, 2020 27 Comments

Trip Lombok 4 Day 3 Night Bersama Sahabat Bogger

Trip Lombok

Assalamualaikum Sahabat. Perjalanan ini sangat saya nantikan. Kalian tentunya juga akan merasakan hal sama bila memiliki rencana trip bersama sahabat. Terlebih teman seperjalanan saya adalah Mba Tanti, pemilik blog Lalang Ungu, Ruang Ekspresi Sepotong Hati.

Dari awal trip ini rencananya adalah bulan Februari. Tapi sengaja saya dan mba Tanti mundurkan karena kayaknya curah hujan tinggi. Jadi pada bulan Januari 2020, saya pun pesan tiket Joga - Lombok PP untuk bulan Maret 2020.

Dua tahun yang lalu, saya pernah cerita di blog ini kalo destinasi wisata impian yang belum sempat dikunjungi salah satunya adalah pulau Lombok. Pengen banget bisa berkunjung ke Lombok bareng suami dan anak-anak. Namun sayangnya suami sedang banyak kerjaan mulai Desember 2019 hingga Juni 2020. Yah masa gagal lagi mau dolan ke Lombok?


Saya ingat pernah ngobrol di WA dengan mba Tanti tentang impian pergi bareng. Alasannya karena kami beberapa kali pergi dalam satu perjalanan dan seru banget. Iseng-iseng akhir tahun chat dengan mba Tanti, gimana klo ngetrip bareng ke Lombok. Ternyata gayung bersambut. Dan kami sempat cerita juga di grup WA, siapa tahu ada teman-teman yang ingin gabung bersama kami.

Kabar Covid dan Keputusan ke Lombok

Awal Februari waktu membaca kabar ada dua orang WNI yang tertular covid, saya sempat santai. Mereka tingal di Jakarta dan tertular dari orang Jepang. Namun ternyata makin hari berita tentang virus satu ini makin santer.

Saat itu saya dan Mba Tanti tengah memilih paket tour yang akan menemani selama di Lombok. Saya dan mba Tanti baru pertama kali berkunjung ke Lombok, jadi butuh guide yang profesional tentunya. Kami inginnya ngetrip enjoy. Nggak usah mikir gimana menuju ke lokasi wisata, makan di mana, dan printilan lainnya yang rumit dan bakal mengganggu kesenangan jalan-jalan.

Semua sudah siap, ketika Jakarta mulai ada penambahan pasien baru PDP. Tapi berita seputar covid masih belum heboh. Awal bulan Maret, ada teman blogger yang juga memutuskan ke labuan bajo. Saya pun terus memantau kondisi di daerah wisata lainnya.

Dari berita juga saya membaca tentang kondisi di Lombok. Ternyata masih sama dengan di Jawa Tengah. Pembatasan wilayah juga belum dilaksanakan di Jakarta. Sementara di negara lain sudah ada lockdown atau karantina wilayah. 

Dari diskusi dengan keluarga dan mba Tanti, kami memutuskan untuk tetap berangkat. Toh kondisi daerah yang akan kami kunjungi masih aman. Namun saya dan mba Tanti tetap bersikap hati-hati dengan membawa hand sanitizer dan masker. 

Menuju Kota Jogja, Mampir Makan di Bakmi Jombor

Mba Tanti berangkat dari Pekalongan, dan kami udah janjian akan bertemu di stasiun Poncol. Alhamdulillah suami bisa mengantar saya dan mba Tanti ke tempat travel yang sudah saya pesan di kawasan jalan Atmodirono. Perjalanan juga lancar dari stasiun setelah menjemput mba Tanti menuju travel Kencana.

Cuma waktu tiba di travel, baru mba Tanti ingat bahwa tumbler nya ketinggalan di tempat duduk saat nungguin saya. Duhhh, moga sekali itu aja kejadian ketinggalan ya.

Perjalanan menuju Kota Jogja dengan naik travel juga berjalan lancar. Jalanan memang masih ramai namun tak terjadi kemacetan. Saat memilih jam keberangkatan travel, kami sengaja memilih jam 14.00 wib. Alasannya agar sampai di Jogja sekitar waktu maghrib dan sempat makan malam dulu. Kami juga nggak tergesa memburu waktu karena keberangkatan pesawat ke Lombok masih pukul 21.00 wib.

Atas kesepakatan bersama, saya meminta driver travel untuk mengantarkan kami di rumah makan daerah Jombor. Karena kalo ikut travel ke pool, lokasinya di tengah kota. Dan takutnya jalan macet kan kalo weekend. Sementara kalo dari Jombor, kami bisa langsung menuju bandara dengan jarak tempuh sama tapi jalannya lancar.

Driver berbaik hati menurunkan saya dan mba Tanti di kawasan Jombor, Kota Jogja. Ada warung makan yang menyajikan mie dan nasi goreng ala Magelangan. Saya sendiri belum pernah beli di warung makan Bakmi Jombor ini. Pilihan driver sih waktu itu dan kami berdua setuju aja. 

Sambil menyeret koper ke warung, saya memilih tempat duduk di ruangan yang agak besar. Saya memesan jeruk panas dan nasi goreng. Dan saya kaget waktu lihat penampakan pesanan yang disajikan si ibu penjual. Porsi gede, gaes!

Ya udah lah berdoa dulu sebelum menikmati nasi goreng porsi gede, semoga habis deh. Hihiiii.

Trip Lombok

Mbak Tanti memesan nasi goreng mawut atau nasi goreng Magelangan. Yaitu nasi goreng yang ada campuran mie. Saya udah sering makan menu ini di tempat lain. Sementara mba Tanti penasaran makanya mau nyoba nasi goreng mawut atau ruwet ini.

Rasanya lumayan enak, mungkin karena saya kelaparan dan belum sempat makan dari pagi ya. Kebiasaan kalo pagi sarapan buah, dan harusnya siang makan nasi. Tapi karena sibuk prepare barang yang mau dibawa jadi terlupa makan. Tapi saya sempat ngemil roti di perjalanan.

Usai makan, Mba Tanti segera memesan taksi online untuk mengantar ke bandara Adi Sucipto. Sayangnya driver taksi online memberi kami petunjuk lokasi parkir yang cukup jauh dari warung Bakmi Jombor. Padahal saya dan Mba Tanti udah keluar warung dan jalan kaki beberapa meter. 

Ternyata tempat kami menunggu itu 'daerah merah' ojol atau taksi online. Jadi kami pun menyeret koper saat Maghrib menuju belokan yang lumayan jauh, tempat taksi dan driver udah nungguin. Itu aja sempat bertanya pada orang yang kebetulan lewat, lokasi yang dimaksud oleh driver.

Drama Salah Terminal Bandara

Driver taksi online segera melajukan mobilnya menuju bandara. Sempat isi bensin juga di jalan. Alhamdulillah tak berapa lama, kami sudah diantar di halaman parkir Terminal A. Agar hati tenang kami numpang shalat dulu di mushola yang letaknya dekat deretan mesin ATM.

Setelah itu kami pun bertanya pada petugas letak Terminal B. Olalaa, jawaban petugas bikin saya dan mba Tanti senyum-senyum.

Ternyata Bandara Adisucipto itu memiliki dua terminal kedatangan dan keberangkatan domestik. Terminal A untuk keberangkatan dengan menggunakan Garuda Indonesia, Lion Group, Citylink, dan untuk kedatangan pesawat Garuda, Air Asia, Lion Group, Citylink, Sriwijaya, dan Express Air. Sementara Terminal B untuk keberangkatan domestik Sriwijaya Group dan Express Air serta keberangkatan dan kedatangan international Air Asia dan Silk Air.

Trus, di mana dong letak Terminal B?

Petugas bandara pun menjawab, gak jauh kok, sekitar 200 meter saja dari Terminal. Saya pun berhitung memperkirakan jarak dan menganggap dekat. Karena tiap hari juga udah terbiasa jalan kaki sejauh 2 km, hahahaa. 

Gaya banget loh, petugasnya udah nawari untuk naik golf car aja, tapi memang kudu nungguin penumpangnya penuh. 

Trip Lombok
Sebelum jalan kaki
ke Terminal B, sempat foto-foto


Saya dan mba Tanti memilih jalan kaki karena alasan waktu yang masih longgar. Dari pada nunggu di Terminal B kelamaan, mending olah raga malam lah.

Jadiii...kami pun jalan kaki sambil menyeret koper dan nyangklong tas. Jadi pemandangan tersendiri karena hanya kami berdua sih yang jalan dari Terminal A ke Terminal B. 

Saya dan mba Tanti memiliki bayangan tentang lokasi terminal yang bersambung, alias nggak terputus oleh bangunan gitu. Rupanya bukan seperti bayangan kami, sahabat.

Terminal A dan B Bandara Adisucipto Jogja itu letaknya di 2 gedung yang terpisah dan nggak nyambung. Kami harus keluar dari Terminal A dan menyusuri trotoar di pinggir jalan beraspal pada malam sepi nan sunyi. Kemudian ngikuti jalan belok kiri dan lurus sampai nanti ada tulisan penunjuk arah Terminal B. Jalannya ada penerangan tapi nggak terang benderang. Iya sih buat apa coba ngasih lampu jalan sampai terang benderang.

Trip Lombok

Beruntung lah nggak sendirian, karena saya lebih takut sama orang jahat. Kalo ketemu mak kunti paling dia yang takut sama emak setrong ini. Hahahaa.

Berdua dengan mba Tanti berjalan kaki tetap asik dan seru aja. Kami malah ketawa tiap kali mengingat tingkah konyol salah bandara ini. Dan nampaknya hanya kami aja yang salah turun dari taksi. Karena sepanjang perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 30 menit itu, tak nampak orang yang menyusul kami. Bahkan golf car pun nggak terlihat melintas. 


Setibanya di Gedung Terminal B, kami segera menuju ruang pemeriksaan. Alhamdulillah semua berjalan lancar hingga kami sudah duduk manis di ruang tunggu keberangkatan. Bahkan kami sempat beberapa kali ambil foto bergantian dan selfi bareng. Hihihii. Kenangan indah harus direkam agar ada jejak perjalanan kami berdua.

Trip Lombok

Di ruang tunggu bandara cukup ramai. Ada rombongan anak kuliah kayaknya yang sepertinya akan pulang ke Lombok. Terlihat dari tentengan di tangan mereka adalah oleh-oleh khas Jogja. 

Nah di Bandara Adisucipto tak nampak perlakuan khusus bagi semua penumpang untuk pemeriksaan suhu tubuh atau lainnya. Masih biasa aja tanpa prosedur seperti yang saat ini ada di seluruh bandara untuk pencegahan covid.

Tulisan ini sampai di sini dulu ya. Semoga saya bisa segera menuntaskan rangkaian cerita Trip Lombok 4D3N bersama sahabat saya, mba Tanti. Wassalamualaikum. 
Reading Time:

Minggu, 17 Mei 2020

3 Hal Yang Penting Dilakukan Menjelang Hari Terakhir Ramadan
Mei 17, 20200 Comments

3 Hal Yang Penting Dilakukan Menjelang Hari Terakhir Ramadan

Doa menjelang Ramadan Berakhir

Assalamualaikum Sahabat. Ramadan nyaris berakhir, dan rasanya saya masih merasa kurang melakukan ibadah dalam segala segi. Ramadan tahun ini cepat banget berjalan. Saya sampai speechless waktu berbincang hal ini dengan suami.

Trus kami berdua saling mengingatkan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Mumpung masih ada sisa hari di akhir ramadan kan.

Ini 3 hal yang kami lakukan menjelang hari terakhir ramadan :

- Berdoa Mohon Ampunan dan Terbebas dari Masalah

Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah dalam urusan agama, dunia, keluarga dan hartaku.

Ya Allah, tutupilah auratku dan tenangkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah! Jagalah aku dari arah muka, belakang, kanan, kiri dan dari atasku, dan aku berlindung dengan kebesaranMu, agar aku tidak dihancurkan dari bawahku.

Terlebih malam lalilatul qadar termasuk dalam malam terakhir bulan ramadhan. Dan ini juga waktu yang mustajab untuk berdoa. Sebaiknya setiap muslim membaca doa apapun untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Dan Doa Aisyah diatas adalah doa yang paling baik, karena doa ini diajarkan langsung oleh Nabi kepada istrinya yaitu Aisyah. 

Doa sebelum Ramadan berakhir

- Perbanyak Sedekah

Mumpung ramadan belum berlalu, ini adalah saat-saat terbaik menyisihkan sebagian harta untuk orang yang tidak mampu. 

Doa menjelang berakhirnya Ramadan

Saat pandemi juga pas banget bila melihat ke sekeliling kita, mana tahu ada tetangga yang tidak bisa makan hari ini. Coba deh ulurkan bantuan dengan memberikan sembako dan uang untuk membeli lauk.

- Doa Terhindar dari Api Neraka

Saya mendapatkan doa ini dari simbah waktu masi kecil. Tiap liburan bulan puasa (jaman kecil dulu tiap bulan ramadan libur sebulan), saya dan sepupu selalu nginap di rumah simbah. 

Kalo pagi hari kami diajarkan bacaan doa yang sampai hari ini masih sering saya baca. Seperti shalawat tiap kali bepergian, istighfar setiap saat, ayat kursi setiap mau tidur, dan lainnya. 

Salah satunya adalah doa agar terhindar dari api neraka. Berikut ini doanya :

Ya Allah, selamatkanlah aku dari api neraka dan masukkan aku ke dalam surge-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

Doa diatas biasanya saya baca pada tanggal 21 Sampai akhir Bulan Ramadan. Kata simbah dulu, doa ini memohon kebebasan dari api neraka. Jadi bila ingin dijauhkan dari api neraka, perbanyaklah membaca doa seperti diatas.

Demikian tiga hal yang selalu saya lakukan menjelang berakhirnya bulan ramadan. Meski hari biasa pun saya juga melakukannya. Namun memang saat 10 hari terakhir, melakukan tiga hal di atas memiliki makna yang lebih dalam. Wassalamualaikum.

Reading Time:
Peduli Dengan Berbagi Pada Mereka Yang Terdampak Pandem
Mei 17, 2020 42 Comments
Peduli Dengan Berbagi Pada Mereka Yang Terdampak Pandemi

Berbagi Saat Pandemi

Assalamualaikum Sahabat. Sepuluh hari terakhir ramadan biasanya menjadi saat yang bikin baper. Saat-saat ramadan akan meninggalkan kita. Semoga kita masih diberikan waktu dan rejeki untuk berjumpa ramadan tahun depan dalam kondisi yang lebih baik. Saat yang sama juga merupakan hari-hari yang menceriakan karena lebaran akan tiba. Keceriaan yang membungkus suasana dalam silaturahmi bersama keluarga, kerabat, dan sahabat.

Sayangnya ramadan dan lebaran tahun ini tidak seperti biasanya. Kondisi pandemi yang masih mencengkeram erat warga negeri ini, mengikis sedikit keceriaan dalam menyambut bulan suci. Suasana ramadan yang sepi dari kegiatan tarawih, berbagi takjil, dan tadarus di masjid, tentunya menjadi akan jadi kenangan pahit.

Namun sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, kita diwajibkan tetap berprasangka baik dengan kondisi saat ini. Pandemi memang mengusik kegiatan warga negeri ini dan juga warga dunia, untuk sejenak berhenti. Seakan alam mengnginkan manusia beristirahat dari kegiatannya yang mengusik alam selama ini. Polusi udara, kemacetan jalan raya, sampah yang berlimpah di TPA dan di jalanan, sudah saatnya dikurangi secara luas.

Terlihat kan begitu pemerintah mengumumkan agar seluruh masyarakat stay at home, dan pekerja agar work from home, pelajar dan mahasiwa juga learn from home, lingkungan menjadi lebaih baik. Langit biru karena tak ada polusi udara yang membungkus udara kota. Jalan terlihat agak lengang karena banyak warga yang melakukan kegiatan di rumah saja.

Tapi masa iya ada pandemi seperti ini baru perubahan lingkungan bisa terwujud? Nanti setelah pandemi usai, artinya situasi kembali seperti semula dong? Ngenes ya jadinya.

Ulang Tahun Dalam Keprihatinan

Mungkin kah ada yang mengingat bahwa tahun ini Indonesia genap berusia 75 tahun? Kalo mengingat jutaan impian milik warga negeri ini bisa merayakan ulang tahun negeri dalam keceriaan, sepertinya tidak akan terlaksana. Mengingat sekarang ini kurva orang yang terjangkit covid masih terus meningkat. Dan sampai kapan pandemi berakhir, beberapa ahli tidak berani memberikan prediksinya.

Bukan itu saja. Pemerintah bahkan akan mengendurkan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Yaitu bagi mereka yang berusia di bawah 45 tahun diperkenankan untuk berkarya kembali. Alasannya adalah karena mereka tergolong warga dengan imunitas tubuh bagus.

Saya malah berpikir seperti ini,  kalo warga usia di bawah 45 tahun bekerja lagi di kantor. Mereka memang memiliki imunitas bagus karena faktor usia. Namun itu artinya bila mereka terpapar virus di luar rumah, ketika pulang bisa saja menjadi OTG (Orang Tanpa Gejala) yang membawa virus di tubuhnya. Ini sih perkiraan saya sebagai orang awam dari hasil membaca berbagai informasi seputar penyebaran virus covid-19.

Kondisi dalam PSBB aja masih banyak orang yang keluar rumah untuk hal tak penting. Apalagi bila PSBB dibuka, apa tidak mungkin warga menjadi bertindak ngawur? Traveling bebas, ke kafe/restoran, ngumpul di angkringan. Bayangkan bila beberapa warga membawa virus dalam tubuhnya, dia menjadi OTG. Karena terlihat sehat, bugar, namun di dalam tubuhnya ada virus covid.

Udah tahu kan gimana penyebaran virus covid? 

Yup, virus ini cara penyebarannya adalah dari satu orang ke orang yang lain melalui percikan (droplet), dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan ketika batuk atau bersin. 

Perlu kalian tahu, jarak jangkauan droplet dulu sekitar 1 meter. Namun saat ini WHO menyebut jarak jangkauan droplet menjadi 2 hingga 3 meter. 

Droplet ini lah yang bisa menempel di permukaan benda. Seperti meja, pintu, handle pintu, angkutan umum, dan benda lain di tempat umum.


Kalo warga berusia di bawah 45 tahun ini menjadi OTG, bisa dibayangkan dong efek dominonya. Yaitu ketika dia pulang dan bertemu dengan keluarga di rumah, bisa terjadi penyebaran virus.

Terlebih bila di rumah tersebut ada orang lansia, anak-anak, ibu hamil. Bisa membayangkannya nggak sih apa yang akan terjadi?

Harapan saya dan banyak teman-teman di luar sana, yang masih aware dengan tetap diam di rumah, adalah putusnya mata rantai penyebaran virus. Semoga pemerintah mempertimbangkan kembali peraturan yang akan melonggarkan PSBB. Pengen kan kurva covid di Indonesia melandai pada bulan Juli? Sehingga perayaan ulang tahun kemerdekaan RI ke 75 bisa berlangsung meriah di seluruh negeri.

Tetap Menjaga Pola Hidup Sehat       

Akhirnya memang semua kembali pada diri kita sendiri. Sebagai istri dan ibu, saya sejak memiliki bayi pun sudah mengingatkan suami untuk jaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Begitu anak-anak mulai tumbuh, hal serupa pun saya tekankan pada mereka.

Saya terbiasa menjaga pola hidup bersih dari bapak yang disiplin untuk jaga kebersihan. Tiap pulang dari bepergian, bapak selalu menekankan agar kami segera mencuci kaki dan tangan. Baju juga segera masukkan ke ember cucian.  Baru lah kemudian kami boleh ambil minuman atau makanan. 

Kata bapak waktu itu, kuman dari luar akan terus menempel tubuh bila langkah yang dimintanya tidak dilakukan. 

Apa yang diajarkan bapak sejak saya kecil, ternyata merupakan langkah yang dianjurkan oleh Kemenkes sebagai pola hidup bersih dan sehat dengan GERMAS. Perilaku pola hidup bersih dan sehat memang penting, terutama saat terjadi pandemi seperti sekarang. Apalagi kalo kalian masih harus bekerja keluar rumah. Atau butuh belanja sayuran dan kebutuhan rumah tiap periode tertentu. 

Berikut beberapa hal yang mesti jadi perhatian saat pandemi covid:     

1. Rajin mencuci tangan dengan sabun

Menjaga kebersihan menjadi salah satu rutinitas yang paling sering digaungkan sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Salah satu perilaku menjaga kebersihan yang sangat gencar dikampanyekan adalah mencuci tangan memakai sabun. Kalo diingat kegiatan mencuci tangan ini sebenarnya sudah dilakukan saat mau bersuci (wudhu). Bila kalian melakukan bersuci dengan benar, itu lah langkah yang sama dengan saran dari Kemenkes.

Sebagai langkah awal pencegahan masuknya virus, mencuci tangan dengan sabun merupakan bagian dari kesadaran akan penerapan PHBS. Sebenarnya, mencuci tangan dengan sabun merupakan perilaku normal keseharian yang harus dilakukan. Karena itu jadikan hal ini sebagai kebiasaan baik ya.

2. Meningkatkan Imunitas Tubuh

Sistem imun yang kuat dipercaya menjadi benteng terbaik terhadap serangan virus. Karena itu masyarakat sekarang mulai rajin mencari informasi tentang hal tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menjaga asupan tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.

Berbagi Saat Pandemi

Yaitu memperbanyak sayur dan buah sebagai konsumsi sehari-hari di luar makanan yang biasanya. Karena kalo untuk meninggalkan kebiasaan makan sebelumnya yaitu nasi, lauk pauk, dan sayur, diganti raw food, bukan hal mudah. Membiasakan perbanyak ngemil sayuran dan buah saja dan meninggalkan snack kemasan pabrik. 

Pada bulan puasa kebetulan banget kan, bisa membatalkan puasa dengan minum air putih atau teh hangat dan kurma. Sahabat bisa loh memilih kurma Medjool yang memiliki kandungan lebih dibanding kurma lainnya. 

Pandemi Covid, menjaga kesehatan

Untuk mengetahui manfaat kurma Medjool, silahkan baca :



Berikutnya setelah shalat Maghrib, saya ngemil buah potong. Baru setelah shalat Isya dan tarwih, bisa menikmati makan secukupnya. Saya tetap makan nasi dengan ukuran 3 sdm dan sayuran serta lauk yang ada. 

Saya selalu menyediakan buah-buahan lokal yang saat ini banyak dijual dengan harga murah. Saya sudah lima tahun ini tiap sahur hanya makan buah potong dan jus sayuran. Ternyata karena udah biasa, tubuh jadi terasa ringan dan enggak lemes saat melakukan kegiatan pagi hari. Saya bisa aktif berkreasi dengan merawat tanaman setiap pagi habis shalat subuh, menulis artikel ikut challenge selama 30 hari di salah satu komunitas blogger, dan menyiapkan makan untuk berbuka.

3. Rutin Olah Raga

Meski puasa saya dan anak-anak tetap melakukan olah raga ringan. Biasanya sehabis tarwih kami memilih olah raga ringan sit up. Saya hanya mampu melakukan gerakan sit up sebanyak 30 kali. 

Yang penting tetap bergerak agar tubuh terasa segar dan tidak mudah sakit. Saya merasakan sendiri sejak rutin olah raga, bulan puasa ini menjadi lebih bugar. Tidak mudah lelah dan tetap bersemangat melakukan semua pekerjaan rumah.

4. Berjemur Sambil Berkebun

Setiap hari saya berjemur di depan rumah sambil nyiram tanaman. Paling bagus memberi nutrisi pada tanaman adalah sekitar pukul 9 hingga 10 pagi hari. Saat stomata tanaman muncul untuk mencari makanan.

Alhamdulillah makin banyak waktu di rumah, koleksi tanaman saya justru makin banyak. Saya punya waktu yang luang untuk merawat tanaman lebih banyak lagi.

Berbagi Saat Pandemi

Saat ini selain tanaman lama yaitu jeruk nipis, jeruk purut, jeruk limau, cabe, sirsak, yang semuanya ditanam dalam pot. Juga ada tanaman baru yaitu seledri, daun bawang, cabe keriting, pok coy, tomat, dan kangkung. Saya memesan benih beberapa jenis sayuran di toko online. Rencananya saya akan berkebun dengan model vertikal di lahan sempit depan teras rumah.

Saat ini benih yang saya beli di toko online udah sampai. Hari ini juga menjadi hari pertama saya semai benih cabe keriting, tomat marglobe, pok coy, dan kemangi.

Berbagi Saat Pandemi

Saya bersyukur ada suami dan anak-anak yang memberikan dukungan dengan menyiapkan peralatan untuk menanam model vertikal. Semoga dengan menyiapkan ketahanan pangan dari rumah, saya bisa menghemat biaya belanja sayuran. 

5. Atur Waktu Istirahat

Siapa yang masih melek sampai malam demi kerjaan atau nonton drakor? Nah ini yang kadang sulit dihindari, tidur sampai larut malam. Alasannya banyak, dari ngejar deadline, nonton film atau drakor, jadi biang keladi. Ngejar deadline pekerjaan gak masalah, hanya waktunya yang kurang tepat. Belajar mengatur waktu harus mulai dilakukan agar tidak lagi tidur sampai tengah malam atau bahkan dinihari. Terlebih saat bulan puasa kan kita mesti bangun pukul 03.00 atau sesuai waktu kalian di daerah masing-masing. 

Ternyata tidur sampai larut malam mengakibatkan beragam masalah. Mulai dari susah mengurangi BB tubuh, kesehatan jangka panjang yang bakal terganggu, dan lainnya.

6. Mengelola Stres

Saat ini begitu banyaknya info seputar covid dan kadang belum tentu benar bisa bikin orang menjadi gampang stres atau ketakutan. Padahal bila pikiran terlalu fokus pada kabar buruk dan kita tak mampu mengelolanya, bisa menyebabkan menurunkan imun tubuh.

Coba saring dan pilah informasi yang valid, agar tidak mudah galau membaca berita. Karena memang banyak sekali berita hoax di portal berita online atau sosial media.

Lebih Peduli Pada Warga Yang Terdampak Pandemi

Berbagi Saat Pandemi

Sahabat, saat ini begitu banyak terjadi PHK karena perusahaan pun terdampak corona. Sulitnya proses produksi berakibat pada sulitnya perusahaan mempertahankan karyawannya. Terutama perusahaan besar manufaktur yang memiliki ribuan karyawan. Adik kandung saya juga mengalami PHK. Alhamdulillah dia bertahan dengan beralih jualan sembako. Model pemasarannya menggunakan sosial media. 

Saya sendiri bersama suami udah tiga kali membagikan sembako. Alhamdulillah tabungan jimpitan yang dikumpulkan oleh pengurus RT, mendapatkan jumlah yang lumayan. Dengan modal tabungan jimpitan, saya pun membelanjakan sembako untuk kerabat, tetangga, dan teman yang terdampak pandemi. 


Melihat pembagian sembako yang saya lakukan bersama suami, atau saat bersama teman alumni SMP, ada perasaan sedih. Ingin sekali bisa membantu lebih banyak. Bayangkan saja dalam satu paket sembako, isinya adalah beras 2,5 kg, gula pasir 1 kg, telur 1/2 kg, minyak 1 liter, dan teh 1 kotak kecil. 

Saya berharap sih paket sembako ini cukup untuk memperpanjang konsumsi makan keluarga penerima. Saya juga berharap lebih banyak lagi pihak yang mengulurkan bantuan pada tetangganya terdekat, keluarga, dan teman-temannya.

Mungkin bisa juga kalian bergerak bersama dengan teman satu komunitas untuk mengumpulkan donasi. Tiap orang bisa menyisihkan donasi seminimal mungkin. Duit 20 ribu yang biasanya untuk beli kopi kekinian, gak akan terasa untuk didonasikan. Duit 20 ribu dari satu orang bila dikumpulkan dalam jumlah puluhan atau ratusan orang, bisa lumayan. Hasil donasi bisa untuk dibelanjakan sembako dan dibagi pada teman satu komunitas yang terdampak pandemi. 

____________

Tidak mudah memang hidup dengan pandemi yang masih ada di lingkungan kita. Namun ingat lah, kita tidak sendiri. Seluruh warga dunia juga mengalaminya. Musibah ini tidak memandang pangkat, harta, usia, karena semua kalangan bisa mengalaminya.

Sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan melakukan ikhtiar semampunya. Dengan harapan pandemi lekas berakhir dan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat kembali pulih. Namun tentunya ada ikhtiar juga dari apa yang kita lakukan untuk tetap mencintai bumi pertiwi dengan hal-hal kebaikan. Hidup dengan menjaga kebersihan dan kesehatan, merawat bumi dengan ikut menanam tanaman, dan ikut aktif berbagi atau mengumpulkan donasi untuk membantu sesama. Wassalamualaikum.
Reading Time: