Berangkat Haji Berdua Selagi Muda, Pengorbanan Seperti Apa Yang Kami Lakukan? - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 23 Juni 2025

Berangkat Haji Berdua Selagi Muda, Pengorbanan Seperti Apa Yang Kami Lakukan?

Assalamualaikum Sahabat. Mengenang perjalanan haji yang saya dan suami lakukan tahun 2014 lalu, rasanya seperti baru terjadi. Tak terasa 11 tahun waktu yang sudah berlalu. Namun perasaan haru, bahagia, makin sayang pada pasangan, dan bermacam rasa masih sesekali menyelinap. Menumbuhkan cinta yang makin kuat, saling menjaga, dan ingin menua bersama dalam tubuh yang sehat.

Proses kepulangan jemaah haji ke tanah air masih belum usai. Kenangan setiap tahun ketika bulan haji selalu hadir mengisi hari-hari kami. Alhamdulillah saya dan suami beruntung mendapatkan kesempatan berangkat haji selagi masih berusia muda. 



Bagi saya yang saat itu berusia 46 tahun dan suami 47 tahun, masih merasa muda, kuat berjalan jauh, sehat dan bugar. Jadi ibadah rukun, wajib, dan sunnah haji bisa kami lakukan semuanya. Bahkan setiap hari kami berdua selalu berangkat ke Masjidil Haram.

Semangat Dan Realita Orang Yang Ingin Berangkat Haji

Sepulang dari ibadah, saya dan suami menularkan semangat berangkat haji selagi muda pada kerabat dan sahabat. Saya ajak mereka agar segera menyiapkan dana khusus untuk setoran awal BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Banyak yang beralasan belum mampu karena meski ada tabungan, tapi diperuntukkan kebutuhan lainnya. 

Kebutuhan dana bagi calon jamaah haji membuka tabungan haji pada BPS-Bipih sesuai domisili adalah setoran awal sebesar Rp 25 juta. Calon jamaah haji yang sudah melakukan transfer setoran awal Bipih ke rekening BPKH melalui cabang BPS-Bipih sesuai domisili, otomatis mendapatkan nomor porsi antrian.

Ngomongin tentang masa tunggu haji reguler di Indonesia yang mencapai puluhan tahun, menjadi sebuah pengorbanan tersendiri. Dahulu saya dan suami daftar haji tahun 2010 dan dapat nomor antrian keberangkatan tahun 2014. Kami setor bulan Juli 2010 hanya menunggu 4 tahun untuk berangkat haji. Sementara tetangga kami yang setoran awal BPIH bulan September 2010 berangkat tahun 2015. Calon jemaah haji yang berbeda setoran awal BPIH tiga bulan, bisa mundur lebih lama.

Namun sedih banget saat baca info akan ada pengurangan kuota haji dari Kerajaan Arab Saudi hingga 50%. Semua bermula dari banyaknya jemaah lansia yang saat ibadah haji justru sakit hingga dirawat di rumah sakit. Yang bikin sedih dan nyesek adalah jemaah lansia ini banyak juga yang berangkat sendiri tanpa pendamping keluarga.

Jemaah haji lansia yang berangkat tanpa didampingi keluarga,  apabila kondisi sehat tidak masalah. Saya sendiri dulu beberapa kali dititipi ketua regu, mendampingi lansia usia di atas 80 tahun namun kondisi kesehatannya baik baik saja. Berbeda bila kondisi jemaah haji lansia dengan sakit komplikasi. Ini kalo tidak ada keluarga yang mendampingi, bikin repot jemaah lainnya. 

Pertanyaannya, kok bisa mereka yang sakit dan merepotkan sesama jemaah ini lolos screening kesehatan di wilayah masing-masing?

Rupanya masalah pengurangan kuota ini ada sangkut pautnya dengan penyelenggaraan haji yang buruk. Tentang hal ini saya nggak akan tuliskan karena tidak memiliki informasi yang jelas (bukan jemaah haji tahun 2025). 

Namun saya hanya ingin mengungkapkan tentang kondisi kesehatan yang menjadi salah satu alasan kuota haji Indonesi bakal kena pangkas. Semoga hal ini tidak terjadi ya, kuota tetap seperti semula. 

Dari kondisi realita yang ada memang jumlah jamaah haji Indonesia yang lansia dan risiko tinggi cukup banyak. Alasan yang mendasari hal ini karena biaya berangkat haji itu tidak murah. Namun semangat ingin menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima sungguh luar biasa. Banyak orang yang bukan berharta harus menabung dengan menyisihkan harta yang dimiliki untuk biaya haji.

Ketika tabungan terkumpul sejumlah setoran awal BPIH yaitu 25 juta rupiah, usia mungkin sudah di atas 50 tahun. Lamanya menanti antrian berangkat haji menjadikan mereka berada dalam kondisi usia lansia, dengan kondisi kesehatan yang beragam.

Jadi meski melalui proses seleksi jamaah lebih ketat, selalu ada keluarga yang ingin orang tuanya tetap berangkat haji. Dan jamaah dalam kondisi berat dengan penyakit tertentu, termasuk yang harus cuci darah, tetap tidak bisa berangkat. Tetap saja jemaah yang meninggal saat dalam perjalanan, selama di tanah suci, masih lebih banyak dan menjadi catatan tersendiri bagi Kementerian Haji Arab Saudi.

Ibadah Haji Bagi Yang Mampu, Finansial & Fisik

Setelah perjalanan panjang
penerbangan dari Solo menuju Jeddah

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Dalam konteks ini, mampu mencakup kemampuan fisik, mental, dan finansial untuk melaksanakan perjalanan ke Tanah Suci. 

Ada banyak sekali utas pada sosial media yang berbagi kisah mereka saat ibadah haji tahun 2025. Selain kondisi sesama jemaah yang menjadi teman satu kamar yang saya tuliskan di awal, juga adanya gosip pemaksaan lolos tes kesehatan. Tim kesehatan ada yang menerima cercaan dari keluarga calon jemaah haji dikarenakan tidak meloloskan tes kesehatannya. Bahkan ada yang sampai dipaksa untuk memberi hasil tes lolos. 

Haji adalah ibadah fisik dan mental. Kegiatan selama menjalani ibadah dibutuhkan fisik dan mental yang sehat. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi menetapkan syarat-syarat Istita'ah kesehatan bagi seluruh jemah haji yang datang dari penjuru dunia. 

Istita’ah kesehatan adalah kemampuan calon jemaah untuk menjalankan ibadah haji dari aspek kesehatan, baik fisik maupun mental. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan secara menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 

Tujuan pemeriksaan ini untuk memastikan bahwa kesehatan jemaah haji berada dalam kondisi optimal agar mampu mengikuti seluruh rangkaian ibadah yang padat, penuh aktivitas fisik, serta dilakukan dalam cuaca ekstrem di Arab Saudi.

Tanpa kondisi fisik dan mental yang prima, jemaah berisiko mengalami kelelahan berat, dehidrasi, kambuhnya penyakit kronis, hingga kematian. Oleh karena itu, aspek kesehatan menjadi bagian penting dalam menilai kelayakan keberangkatan seseorang sebagai jemaah haji.

Pemeriksaan istitha’ah dilakukan secara bertahap dan melibatkan tim medis profesional. Prosedur yang dilakukan mencakup:
  • Pemeriksaan fisik lengkap.
  • Pemeriksaan laboratorium seperti darah, fungsi hati, dan ginjal.
  • Tes kesehatan mental dan kognitif.
  • Penilaian kemampuan aktivitas harian (ADL – Activities of Daily Living).
  • Skrining penyakit menular.
Proses ini biasanya dimulai setahun hingga beberapa bulan sebelum keberangkatan. Bagi calon jemaah yang belum memenuhi syarat, pemerintah menyediakan pendampingan dan pengobatan agar mereka memiliki kesempatan berangkat di tahun berikutnya.

Peraturan tentang persyaratan istita'ah kesehatan harus dilakukan, baru bisa melunasi BPIH, diberlakukan sejak ibadah haji tahun keberangkatan 2023. Hal ini berbeda dengan yang saya alami dulu. Suami saat itu harus setor pelunasan BPIH baru kami menjalani serangkaian tes kesehatan.

Peraturan yang sudah berlaku selama dua kali penyelenggaraan ibadah haji ini saya anggap bagus. Karena memang ibadah haji adalah ibadah fisik dan mental. Agar jemaah haji tidak menyusahkan rekan sesamanya, alangkah baiknya menjaga kesehatan selagi muda.

Haji Itu Ibadah Fisik dan Mental

Jamarat Aqobah
di depan jamarat Aqobah
butuh jalan kaki dari maktab
di Mina ke jamarat PP 8 km

Ketika saya dan suami mengetahui bahwa kami akan berangkat haji tahun 2014 (saat daftar dan dapat porsi keberangkatan bulan Juli 2010), berbagai persiapan dilakukan. 

Berikut ini saya cantumkan beberapa persiapan yang wajib dilakukan calon jemaah haji minimal dua tahun sebelum hari keberangkatan. 

1. Buat catatan kesehatan pribadi

Sebagai orang yang saat itu memiliki fisik dan mental yang sehat, saya tetap membuat catatan kesehatan pribadi. Bagi kalian yang memiliki masalah kesehatan khusus, lakukan langkah ini untuk mencegah gangguan lebih lanjut ketika beribadah di tanah suci. Catat juga obat-obatan yang selama ini kalian konsumsi sesuai resep dokter. 

2. Rutin Lakukan pemeriksaan kesehatan

Begitu suami setor BPIH bulan Juli tahun 2010, kami memulai persiapan untuk cek kesehatan di laborat. Cek kesehatan lengkap ini kami lakukan setiap 6 - 8 bulan sekali. Tujuannya agar bila kami terdeteksi satu penyakit tertentu, bisa dilakukan pengobatan sedari awal. 

3. Menerapkan gaya hidup sehat

Rangkaian ibadah haji itu menguras banyak tenaga, calon jamaah diharapkan sejak jauh hari mempersiapkan kesehatan fisiknya. Melakukan olahraga lebih cepat tentunya lebih baik. Lakukan setidaknya olahraga ringan tetapi rutin, seperti jalan kaki atau bersepeda, selama 30 menit setiap hari.

Lakukan olahraga rutin


Selain itu, kalo selama ini belum memilah makanan, mulai lah mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk menjaga berat badan. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat bisa berbahaya bagi tubuh kita. Berat badan yang lebih berat juga bisa membuat kita lebih cepat lelah selama menjalankan badah. 

4. Lakukan vaksinasi

Vaksinasi sebelum menunaikan ibadah haji merupakan salah satu syarat wajib. Vaksin meningistis wajib dilakukan untuk menghindari wabah penyakit meningitis meningokokus yang pernah terjadi.

Vaksin tambahan yang dianjurkan sebelum berangkat haji adalah vaksin influenza, vaksin hepatitis A, vaksin hepatitis B, serta vaksin tifoid dan pneumokokus. Pemberian vaksin ini disarankan dilakukan 2–3 minggu sebelum keberangkatan dan paling lambat 10 hari sebelumnya.

5. Persiapkan obat-obatan dan perawatan kulit

Penyelenggara ibadah haji memang sudah menyediakan obat-obatan. Namun kita sebaiknya tetap membawa obat-obatan sendiri sesuai kebutuhan, terutama obat dari dokter yang harus dikonsumsi secara rutin. 

Bagi jemaah haji perempuan yang masih dalam usia subur atau yang belum menopause, disarankan membawa obat penunda haid. Hal ini menjadi pilihan terbaik bila kita menginginkan kegiatan ibadah haji berjalan lancar. Pastikan juga jumlah obat mencukupi waktu tinggal kita di sana.

Untuk mengantisipasi cuaca yang panas dan terik di Arab Saudi yang bakal membuat kulit kering bahkan rusak, kita disarankan menyiapkan tabir surya dan pelembab bibir. Kedua produk perawatan kulit ini penting karena menjadi kebutuhan primer selama beribadah di tanah suci.

6. Istirahat yang cukup

Ada berbagai fakta bahwa stres adalah salah satu kondisi yang banyak dirasakan oleh peserta ibadah haji. Yang perlu disadari, kondisi stres dapat membuat daya tahan tubuh berkurang, sehingga kita rentan sakit.

Dari tim dokter saat manasik di tiap kecamatan, biasanya menyarankan agar mempersiapkan semua keperluan satu minggu sebelum keberangkatan. Meski semua persiapan tentu sudah dilakukan jauh hari, namun untuk keperluan pribadi seperti baju, peralatan ibadah, obat-obatan, bisa dilakukan minimal seminggu sebelumnya. Hal ini dilakukan agar kita memiliki waktu luang untuk beristirahat secara fisik dan mental. 

Pengalaman Saya Mempersiapkan Keperluan Ibadah Haji


langkah persiapan ibadah haji


Dalam kesempatan ini saya akan menceritakan pengalaman saya mempersiapkan semua keperluan untuk beribadah di tanah suci. Selain yang sudah saya tuliskan di atas, untuk persiapan kesehatan sudah kami lakukan begitu usai menyetor biaya BPIH dan mendapat porsi kapan akan berangkat. 

Penantian selama 4 tahun kami pergunakan semaksimal mungkin melakukan persiapan, dari finansial, kesehatan fisik, mental yang perkuat dengan lebih banyak bersabar setiap menghadapi masalah, dan meluangkan waktu untuk anak-anak.

Untuk kesehatan fisik, saya dan suami sudah menjaga pola makan sejak sebelum kami mendaftar haji. Ada batasan jumlah konsumsi makanan tertentu karena kami ingin tetap sehat saat menjalankan ibadah haji. Jangan sampai kami mengidap penyakit tidak menular yang akan mengganggu pelaksanaan ibadah selama di tanah suci.

Dua tahun sebelum berangkat haji, saya dan suami rutin olahraja jalan kaki di komplek perumahan. Selama tiga hari dalam satu minggu kami jalan kaki sejauh 2-3 km. Namun satu tahun sebelum keberangkatan ibadah haji, kami perbanyak dengan jalan kaki setiap hari dengan jarak tempuh sejauh 3 hingga 5 km. Intinya kami jadikan kegiatan jalan kaki ini sebagai latihan fisik agar kami siap menjalani ibadah fisik di tanah suci.

Pengorbanan yang saya lakukan demi bisa tetap sehat agar mampu menjadi pendamping suami untuk kebutuhannya di tanah suci. Bagaimanapun meski suami bilang bisa mandiri untuk kebutuhan pribadinya, saya tetap ingin melayaninya seperti di rumah. Paling tidak saya bisa menjadi teman jalan menuju Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk beribadah. Bila saya tidak sehat, gimana bisa menjadi pendamping suami selama ibadah haji?

Pengorbanan yang saya dan suami lakukan sepanjang usia pernikahan hingga akhirnya bisa menunaikan ibadah haji selagi berusia muda, tak terhitung nilainya. Pengorbanan harta, menjaga kesehatan, hingga melatih kesabaran dan ikhlas menjalani setiap ikhtiar yang kami lakukan, tak sepadan dengan pengalaman ibadah di tanah suci. 

Haji muda
Alhamdulillah sehat selalu
selama ibadah di tanah suci

Indahnya berhaji selagi muda bagi pasangan suami istri bisa menjadi cerita kehidupan yang akan selalu dikenang hingga menutup usia. Sebuah kesempatan yang bagi saya merupakan keberuntungan. Meski untuk satu keberuntungan ini ada banyak ikhtiar dan doa yang saya untai demi mewujudkan impian berhaji selagi usia muda.

Itu sebabnya saya ingin menularkan semangat berkorban pada sahabat semua. Berkorban meniru langkah Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar demi perintah Allah SWT. Pengorbanan yang kita lakukan untuk orang-orang yang kita sayangi tak ada seujung kuku dengan yang dilakukan oleh keluarga Nabi Ismail AS. Semoga bermanfaat, wassalamualaikum.


Sumber Materi :
- https://bpkh.go.id/syarat-daftar-haji-reguler/
- https://gohealthymedia.id/syarat-istithaah-kesehatan-jemaah-haji-2025-pentingnya-memenuhi-kualifikasi-sebelum-berangkat/
- https://www.alodokter.com/pelajari-persiapan-dan-cara-menjaga-kesehatan-saat-ibadah-haji
- https://khazanah.republika.co.id/berita/sy6g31483/saudi-soroti-lima-permasalahan-misi-haji-ri-2025-via-nota-diplomatik-ini-penjelasan-kemenag-part5

Tidak ada komentar: