Maret 2013 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Kamis, 14 Maret 2013

Ekskul Bisa Menjadi Prestasi Yang Membanggakan
Maret 14, 2013 13 Comments
Sebagai orang tua, kita tentu ingin anak-anak memiliki prestasi. Namun kami lebih senang bila prestasi itu bukan di bidang akademik, karena sebenarnya tidak ada anak pintar atau bodoh. Semua anak terlahir dengan membawa talentanya masing-masing.

Menjadi orang tua itu bisa diibaratkan sebagai pelukis. Ketika seorang bayi terlahir di dunia, kelak orang tua lah yang selalu menorehkan tinta di atas kertas masing-masing anaknya. Karena itu kita harus pintar melihat dengan cermat bakat masing-masing anak.

Kami memiliki dua orang putra yang selisih usianya 5 tahun lebih. Putra sulung kami memiliki sifat tekun dan pantang menyerah. Kata suami, niru bundanya nih :)  Sejak kecil pula dia sudah terlihat memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi. Karena usianya belum mencapai empat tahun, tapi sudah ngebet ingin ikut lomba tujuh belasan di lingkungan perumahan kami. Peserta termuda yang diijinkan ikut lomba berusia 5 tahun. Akhirnya panitia pun memberi kelonggaran untuk si sulung menjadi peserta termuda.

Si sulung pun sudah kami ikut sertakan untuk les nari (meski nggak dilanjutkan), les gambar di tokbuk Merbabu, dan les bahasa Inggris. Namun les gambarnya berhenti karena ia merasa tidak bisa menggambar dengan bagus. Hanya les bahasa saja yang diikutinya sampai lulus SD.

Naaah.... beda si sulung, beda pula si adik. Namanya juga dua pribadi yang berbeda, anak kembar aja memiliki sifat yang berbeda kan?

Sejak kecil si bungsu suka banget coret-coret di bidang kosong. Dinding rumah (lama) yang baru dicat, bisa jadi ajang pelampiasan ekspresinya. Kalau aku sih melihat aksinya ini sebagai bentuk kreatifitas, beda dengan si ayah. Anak-anak memanggilnya babe. Katanya, dinding rumah bagaikan lukisan rambut genderuwo.

Semakin bertambah usia, kreatifitas coretannya tampak mengalami kemajuan. Naufal (3 th) bahkan kreatif membuat gambar bunga pada selembar kertas dan membentuknya menjadi buket, mirip buket bunga. Dan saat emaknya ini pulang kerja, tangan mungilnya mengulurkan buket dari kertas ini. Ihik... terharuuuu, karena sore itu bertepatan dengan tanggal 22 Desember, yang diperingati di Indonesia sebagai hari ibu. Sebaga ucapan terima kasih aku memeluk dan mencium pipinya yang 'gembil'.

Kalau si sulung kadang-kadang dibantu mengerjakan tugas ketrampilan saat usia SD, si bungsu ini mandiri banget. Dia marah bila kami membantunya. Kadang kami mesti bertengkar dulu. Akhirnya kami mengalah dan mengamati dari dekat. Ternyata, hasilnya malah lebih bagus dari pekerjaan kami. Tugas ketrampilan apa saja bisa dikerjakan sendiri. Dari membuat layang-layang, kitiran (apa sih bahasa Indonesianya? hihi), mobil-mobilan dari gabus, asbak dari sabun mandi batang hingga kalung dari sedotan.

Suatu malam, saat usianya menginjak 8 tahun, kami dibuat terpana. Menjelang tidur, kami nonton tivi sambil rebahan di tempat tidur. Pandangan kami terpaku pada halaman buku gambar milik Naufal. Ada gambar Naruto di atas kertas yang belum selesai diwarnai. Semula aku mengira gambar itu dijiplak dari komiknya. Tapi saat si bungsu membuat lagi di selembar kertas, kami langsung kaget. Meski ia meniru gambar itu, tetap saja bagi kami itu sebuah prestasi. Tidak setiap anak bisa menggambar sebagus anak kami kan?

Kami memberi pujian bukan sekedar kata. Tapi, kertas bergambar Naruto made by Naufal itu kami robek dan menempelnya di kaca meja rias. Sungguh, kami begitu bangga dengan kemampuannya ini.

Namun, sayang sekali ia tak mau diikutkan dalam kursus menggambar ataupun mengikuti lomba. Istilahnya, suka-suka dia. Jadi, yang bisa kami lakukan adalah, menyediakan sarana untuk melampiaskan hobi gambarnya. Seperti buku gambar segala ukuran, pinsil warna, crayon, spidol, pensil gambar, dan peralatan lain yang mendukung hobinya. Saking asyiknya, bisa saja dia mengekspresikan coretannya di buku tulis. Alasannya, buku gambar yang kosong sudah penuh gambar.  Kebetulan, saya selalu menyimpan beberapa buku tulis, buku kotak, buku halus dan peralatan tulis.

Ketrampilannya ini ternyata berbuah manis saat ia menginjak bangku kelas VII di sekolahnya sekarang, di SMP IT PAPB Semarang. Sekolah ini memberikan waktu khusus pada hari sabtu untuk menyalurkan hobi siswanya. Seharian itu siswa yang telah bergabung dalam ekskul pilihan masing-masing, mengikuti kegiatan dengan bimbingan guru.

Saat menulis ekskul pilihan pada awal MOS yang dilakukan di rumah, kami sempat beradu argumentasi. Naufal sejak awal memilih ekskul Komputer dan KIR Sosial. Pilihan kedua tidak jadi masalah buat kami, karena ekskul ini bisa mendidik si bungsu agar peduli dengan masalah sosial di lingkungan tempat tinggal dan sekolah. Berbeda dengan pilihan pertama, yang membuat kami jutek.

Alasan kami tidak setuju adalah, si bungsu bisa duduk di depan komputer selama berjam-jam pada saat hari libur. Hanya diselingi aktivitas makan dan shalat atau ke kamar mandi. Akibatnya, si bungsu susah diajak pergi silaturahim dengan keluarga besar, sekedar window shopping, atau incip-incip kuliner. Benar-benar bikin bete. Tapi karena ia ngotot, kami pun mengalah. Bukankah dia yang akan menjalani kegiatan ekskul di sekolahnya?

Rupanya pilihan ekskul ini berbuah prestasi. Yaitu saat pembimbing ekskul memilih dia dengan kakak kelasnya mewakili lomba ICT - Desain Grafis tingkat SMP di Maria Regina School. Semula dia enggan dan mau mengundurkan diri. Waduh, mulai deh krisis PD-nya muncul. Si bungsu memang tidak memiliki rasa PD seperti kakaknya. Jadi, kami sebagai orang tua kudu sering memompa semangatnya.


Alhasil, hari sabtu pagi tanggal 16 Februari 2013, aku mendapat tugas mengantar si bungsu untuk mengikuti lomba di sekolah internasional yang berlokasi di daerah Papandayan, Semarang. SMP IT PAPB termasuk salah satu sekolah swasta yang diundang untuk mengikuti lomba ICT di sekolah ini. Di samping lomba ICT, masih banyak lagi lomba yang dipertandingkan. Diikuti peserta dari tingkat Play Group, SD hingga SMP. Tema lomba adalah Love Prosperity. Ada lomba gambar, mewarnai, tari, nyanyi dan pentas seni.


Pentas seni Barongsai dan Liong, turut memeriahkan acara Open House 2013 di Marina Regina School.


Lomba ICT diadakan di lantai 4 sekolah yang memiliki arsitektur keren ini. Sambil nunggu lomba dimulai, kami jalan-jalan di area sekolah. Pengunjung yang datang bukan berasal dari sekolah ini saja. Tapi ada juga sekolah-sekolah lain, sepertinya sih khusus sekolah swasta yang diundang. Yang menarik adalah, meski panitia lomba adalah kalangan katholik, namun peserta lomba dan pengunjung yang datang menunjukkan pluralisme. Dari pemilik mata sipit, kulit putih, kulit sawo matang, berbahasa jawa, Indonesia hingga Inggris, semua berbaur di lokasi sekolah.

Bazar pun digelar pula di sini. Turut memeriahkan acara yang berlangsung sejak pagi , jam sembilan hingga menjelang sore. Ada penjual sate, siomay, nasi ayam/liwet, berbagai minuman dan snack. Yang unik, penjualnya bukan hanya pedagang makanan tulen. Tapi ada stand khusus untuk siswa sekolah ini menunjukkan keahliannya berjualan. Tersebar di sekeliling kelas. Dari lantai satu hingga lantai 4.

Peserta lomba Desain Grafis yang pertama keluar adalah wakil dari SMP IT PAPB. Membuat pengantar berkomentar,"Waaah...yang keluar pertama dari sekolah Islam. Kereeen...." Hihi, cukup bangga juga saat mendengarnya.

Namun, karena kelelahan, Naufal dan kakak kelasnya ingin segera pulang. Keduanya tak berminat untuk menunggu hasil lomba. Kebetulan pihak sekolah tidak bisa ikut mengantar kedua siswanya pada lomba ini dikarenakan pada saat bersamaan ada kegiatan lomba Mapel di SMPIT PAPB.

Alhasil, pengumuman baru diketahui pada hari senin, saat pihak Maria Regina School mengantar hadiah lomba. Sebuah prestasi karena dua siswa yang menjadi wakil dari sekolah, semua menjadi pemenang. Kakak kelasnya meraih juara I, sedangkan Naufal menjadi juara III. Sebuah prestasi yang hebat karena persiapan lomba hanya tiga hari. Berita ini diliput oleh wartawan dari Harian Semarang.

Dan, ini lah plakat juara III yang diterima Naufal, selain uang pembinaan. Duuuh, Alhamdulillah, kami sekeluarga ikut bangga dengan prestasi di luar akademik yang diperoleh si bungsu.

Saat ini, plakat ini diletakkan di samping komputer di rumah. Yang asli disimpan oleh pihak sekolah.

Prestasi ini kami harapkan bisa menjadi motivasi bagi si bungsu agar lebih giat menekuni bidang design grafis yang ternyata sangat diminatinya.  Dan juga untuk meningkatkan rasa PD bahwa dirinya memiliki kemampuan yang tidak setiap anak bisa. Seperti kata guru pembimbing, persiapan lomba mepet, tapi kedua siswa yang ikut lomba sudah memiliki modal dasar ketrampilan dan kreatifitas masing-masing.

Bravo Naufal, teruslah berkarya! Salam cinta, bunda dan keluarga.
Reading Time: