My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi: Masjid
Tampilkan postingan dengan label Masjid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 September 2023

Strategi Shalat di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo
September 09, 2023 2 Comments
Assalamualaikum. Beberapa waktu lalu saya akhirnya bisa mengantar Ibu untuk beribadah di Masjid Zayed Al Nahyan di Solo. Alhamdulillah udah bisa mewujudkan keinginan ibu adalah kebahagiaan bagi saya. Mungkin bagi orang lain ini bukan lah hal yang istimewa. Atau bisa jadi ini juga nggak penting. Namun bagi saya mewujudkan keinginan ibu itu sedikit kebahagiaan yang bisa kami berikan untuk beliau.

Masjid Zayed Surakarta

Kebetulan saat itu barengan dengan silaturahmi keluarga Bani Ilyas diadakan di Tengaran, Salatiga. Jadi ada alasan bisa lanjut ke Kota Solo untuk beribadah shalat Ashar di masjid yang tengah viral ini. Kalo sebelumnya saya enggan ke masjid tersebut karena mengetahui gimana padatnya jemaah dari berbagai kota yang ingin berkunjung dan beribadah. Tapi gak ada rencana malah akhirnya bisa juga memenuhi keinginan Ibu. Keinginan yang sepele di mata seorang ibu, tapi kadang anaknya nggak bisa memenuhi keinginannya. Kan bikin galau juga 


Jadi seusai silaturahmi, ada dua mobil yang rencananya ingin ke Solo. Selain rencana lainnya dari rombongan lain, ada yang ingin bezuk keluarga di Klaten, ada yang ingin healing berenang di umbul dan lainnya. Bebas pokoknya acara usai silaturahmi keluarga besar kami. Dan pilihan saya bersama ibu, adik, dan dua sepupu adalah bisa shalat Ashar di Masjid Zayed Al Nahyan di Solo.

Akses Menuju Masjid Zayed Al Nahyan

Saat itu bulan Juni 2023, dan kami mendengar info kalo susah banget akses menuju masjid tersebut. Tapi saya udah dapat bocoran strategi bisa dapat parkir dekat masjid. Apalagi kami naik mobil pribadi, pasti lebih mudah mencari lokasi parkir terdekat.  Dan kami buktikan sedekat apa parkir yang akhirnya didapat oleh paksuami?!

Kalo kalian rombongan yang berkunjung ke masjid ini menggunakan bus, pasti akan parkir di tempa khusus untuk bus. Saya dan rombongan sempat melihat deretan bus yang parkir di sana. Saya segera melihat map di ponsel dan cukup kaget juga, ternyata masih jauh loh. Mungkin dari tempat parkir tersebut, pengunjung akan menaiki transportasi yang katanya ada disiapkan oleh pengelola Masjid Zayed Al Nahyan.

Baru lah ketika saya sampai di kawasan paling dekat dengan masjid, ternyata ada pilihan transportasi seperti ojek atau kereta kuda.

Ojek untuk ke masjid Zayed


Kemarin kami memilih lewat Terminal Tirtonadi, sehingga melewati dua rute pengalihan. Dari Google Map. kami dipilihkan jalur yang paling dekat dengan masjid. Meski untuk mencapai tempat parkir ini mobil harus melewati berbagai jalan kucing, bukan jalan tikus loh yaa, hihihiii. Gak apa lah berliku-liku demi dapat tempat parkir terdekat. Tahu dong karena kami bawa ibu, kasihan kalo jalannya jauh. Masa iya mesti naik ojek, kasihan ah ntar naik dan turunnya itu loh. 

Alhamdulillah suami bisa juga mencapai jalan yang lokasinya bagian depan masjid. Kayaknya sih karena saya sendiri kurang yakin dengan jalan yang bagian depan. Tapi kalo dilihat dari tulisannya, kami memang parkir depan masjid. Karena ada tulisan nama masjid di bagian depan pagar.

Kalo dilihat di sisi kanan kami parkir mobil, tengah ada pengerjaan jalan yang kata suami itu proyek bikin terowongan. Apakah ini yang namanya proyek Viaduk Gilingan? Saya juga nggak tahu. Ada eskavator besar yang tengah menggali  tanah dan cukup lebar untuk dijadikan jalan.

Kalo saya baca di beberapa portal berita, terowongan ini menyambungkan area parkir di Solo Cultural Center (sebelah barat masjid di seberang rel KA), dengan lokasi masjid Zayed Al Nahyan.

Tentang tempat parkir bagi pengunjung yang ingin bisa ibadah di Masjid Zayed Al Nahyan memang masih jadi PR besar bagi pengelola. Karena jalan menuju masjid ini tuh termasuk jalur sibuk. Bagi orang yang mengenal Kota Solo, termasuk suami saya beruntung mengenal jalan yang menghubungkan dari arah terminal Tirtonadi. 

Tips dari suami, tetap update aja dengan berita dan cermati Google map. Asalkan kalian mengenal jalur yang memudahkan akses menuju masjid. Kalo kalian tidak tahu jalannya, lebih baik parkir di tempat yang disediakan dan naik shutle bus atau freeder, atau ojek yang punya seragam khusus. 

Mengenal Sejarah Berdirinya Masjid Zayed Al Nahyan

Bangunan masjid nampak berdiri anggun di depan mata kami. Saya udah terpesona dengan bangunan berwarna putih yang katanya merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA. Masjid Sheikh Zayed terdiri dari dua lantai dan dilengkapi 4 menara setinggi 75 meter serta satu kubah utama. Kubah utama ini berkukuran paling besar dan tingginya sekitar 65 meter yang terletak di bangunan utama.

Foto di masjid Zayed
Hanya foto berempat


Kabarnya ada 82 kubah yang dihiasi batu pualam putih di Masjid Sheikh Zayed Solo. Coba deh kalian hitung karena kemarin saya hanya menghitung tak lebih dari 50 puluhan. Mungkin kita harus memutari seluruh bangungan masjid ya.

Secara keseluruhan, masjid dengan nuansa emas dan putih ini mampu menampung hingga 10 ribu jamaah. Sedangkan, bangunan inti diperkirakan hanya mampu menampung 4 ribuan orang. 


Masjid Zayed Solo ini simbol persahabatan negara Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA). Dari beberapa info yang saya ketahui, ada simbol persahabatan antar kedua negara. Yaitu penanaman pohon Sala di area masjid oleh kedua kepala negara saat peresmian masjid tanggal 14 November 2022. Namun masjid ini baru dibuka untuk umum Hari Rabu, tanggal 1 Maret 2023 ditandai dengan shalat Shubuh berjamaah. Hadir Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin, imam shalat adalah ulama berasal dari Persatuan Emirat Arab (PEA), Sheikh Mohammed Muaad Al Mahri.


Saat saya kesana, pohon Sala bisa jadi tempat berlindung dari panasnya mentari siang hari. Karena beberapa di antara pohon ini udah mulai merimbun meski belum terlihat besar. Semoga tumbuh subur dan bisa menjadi tempat bernaung pengunjung yang tengah menanti shalat Dhuhur dan AShar.

Kebanyakan pengunjung yang datang seperti saya, dengan pandangan takjub ke arah bangunan masjid yang memiliki ornamen khas Timur Tengah. Berdiri anggun, cantik dengan warna  masjid ini juga tetap memiliki sentuhan unsur budaya asli Indonesia. Di beberapa bagian lantai di Masjid Sheikh Zayed terdapat hiasan motif batik, yaitu batik kawung.

Motif Kawung terlihat di bagian
luar bangunan masjid di belakang saya


Aturan Berkunjung ke Masjid Sheikh Zayed Solo

Euforia warga +62 yang ingin berkunjung di Masjid Sheikh Zayed Solo sungguh luar biasa. Masya Allah, semoga niatnya suci karena ingin menikmati suasana shalat di sana ya. 

Karena membludaknya pengunjung, banyak aturan yang ditetapkan oleh pengelola. Berikut aturan yang diberlakukan untuk ditaati oleh pengunjung :

  • Pengunjung diharapkan memakai pakaian sopan dan menutup aurat
  • Pengunjung wanita yang tidak berhijab harus memakai tudung untuk menutup aurat
  • Masyarakat dari agama lain diperbolehkan datang ke Masjid Sheikh Zayed Solo dengan catatan pengunjung juga harus menutup aurat
  • Pastikan kaki sudah kering sebelum masuk masjid
  • Pengunjung dilarang membuka jendela masjid karena suhu sudah diatur oleh takmir masjid
  • Jangan mencorat-coret area masjid
  • Tidak boleh menginjak tanaman atau rumput di area masjid karena merupakan tumbuhan tumbuh
  • Pengunjung dilarang membawa tikar atau alas untuk duduk lainnya
  • Pengunjung dilarang bermain di kolam yang berada di lokasi Masjid Sheikh Zayed Solo
  • Pengunjung diharapkan sopan selama di area masjid, dilarang berisik agar tidak menganggu kegiatan ibadah
  • Dilarang merokok, makan, dan minum di area masjid
  • Dilarang tidur di masjid.

Strategi Shalat di Masjid Zayed Al Nahyan

Sebenarnya andai pengunjung tidak membludak, kalian nggak perlu melakukan strategi khusus. Namun dengan adanya pengunjung, terutama ketika barengan dengan keberangkatan jemaah haji, saat itu pengantarnya pun mampir di masjid ini. Tahu dong kalo jemaah yang dari kota kecil atau desa itu yang antar bisa puluhan orang. 

Saat itu saya dan rombongan memutuskan untuk ambil air wudhu di toilet umum milik warga sekitar masjid. Perlu kalian ketahui, warga sekitar banyak yang membuka usaha pendukung bagi pengunjung yang ingin beribadah di masjid. Banyak toilet umum milik warga, penjaja oleh-oleh, warung makan, cemilan dan air mineral, atau air minum lainnya. Terdapat pula hotel kelas melati di dekat bangunan masjid.

Warung, toilet, dan hotel

Pilihan kami wudhu di toilet ini ternyata hal yang tepat. Karena begitu pintu masjid dibuka nggak berselang lama, pengunjung entah mengapa berhamburan merangsek ke area halaman depan masjid. Dari depan itu sebenarnya udah terlihat kran-kran wudhu namun saking banyaknya pengunjung jadi terbentuk antrian panjang. 

Bagian basement setahu saya pun ada kran-kran wudhu, namun kata beberapa pengunjung kondisinya sama. Bahkan ada yang bilang antriannya malah lebih mengular. Padahal pihak pengelola menyediakan ratusan kran wudhu di masjid ini. Memang antusias pengunjung aja yang bikin antriannya mengular. Jadi kami berombongan menjaga agar jangan sampai batal wudhu. 

Tempat wudhu putri yang terletak di basement sebenarnya cukup luas, namun saya kasihan ibu mesti naik turun anak tangga. Itu lah mengapa saya memilih di luar masjid. Sementara kata suami saya dan Om yang ikut rombongan kami, bercerita kalo tempat wudhu putra ada di sisi selatan masjid yang dekat dengan kawasan parkir selain di basement.

Nah memasuki bagian tempat shalat mesti tertib, nggak perlu berlarian karena pasti bisa mendapatkan ruangan. Bagi pengunjung putri, dipersilakan lewat pintu samping bagian kanan. Dari sini udah siap beberapa petugas / volunter, semua perempuan tentunya untuk ruang shalat putri, yang mengarahkan pengunjung naik ke anak tangga lantai 2. 

Sebenarnya bagi lansia seperti ibu saya, udah disediakan lift khusus namun kami belum tahu lokasinya. Baru lah ketika usai shalat, ada volunteer yang mengarahkan ibu dengan pendamping satu orang menggunakan lift khusus lansia ini.

Namun anak tangga tergolong ramah untuk lansia yang sehat. Buktinya ibu dengan santai menaiki satu demi satu anak tangga tanpa kesulitan. Saya hanya mendampingi di sisi ibu. 

Memasuki ruang shalat di lantai 2, udara sejuk menyambut kami. Menghilangkan rasa pengap setelah berdesakan di pintu masuk pagar masjid. Fasilitas di ruang shalat ada karpet yang cukup tebal, pendingin udara yang udah disesuaikan dengan cuaca luar ruangan, al quran, dan kursi untuk shalat. Ibu saya menggunakan kursi ini agar nyaman. 

Ruang shalat perempuan

Oia volunteer cukup tegas mengatur dan mengawasi pengunjung yang memotret di ruangan shalat. Jadi saya pun hanya motret ibu, sepupu, dan adik. Terus terang saya nggak berani melanggar aturan memotret fasilitas seperti yang saya tuliskan di atas. Mungkin nanti kalo ada kesempatan shalat lagi, bisa dicoba ya, hihii.

Alhamdulillah perjalanan hingga bisa shalat di Masjid Sheikh Zayed di Surakarta ini tergolong lancar. Bisa membuat ibu tersenyum karena keinginannya shalat di masjid yang masih baru ini terwujud itu kebahagiaan saya dan suami. 

Mungkin ada banyak orang tua yang udah tinggal jauh dari anak-anaknya memiliki impian kecil. Tapi belum tentu anak-anak ini punya waktu dan kesempatan untuk mewujudkannya karena kesibukan atau kondisi jarak yang terbentang jauh. 

saya dan suami yang sejak tahun 2010 pindah rumah dekat dengan kediaman orang tua, sengaja sih pilihan ini dan ibu mertua loh yang menyarankannya. Kami bersyukur memiliki kesempatan bisa merawat ibu di usia senja. Menjadi teman masa tua ibu dan bapak (udah almarhum bulan Oktober 2021), dan mengajak anak-anak saya untuk ikut serta menjaga sepanjang masih ada kesempatan.

Parenting yang diajarkan sejak kecil hingga dewasa bagi anak-anak, agar menghargai orang tua meski udah berusia lanjut adalah hal penting. Nampaknya sekarang udah ada platform yang menyediakan tempat untuk belajar parenting. Bagus loh bagi calon pasangan yang mau menikah, jadi udah persiapan dulu sebelumnya. 

Coba deh kepoin sekolah Parenting di Malang yang lumayan terkenal di kalangan praktisi seperti Sekolah Parenting Harum ini ya teman-teman. 

Sekian cerita saya menemani ibu shalat di Masjid Sheikh Zayed Surakarta. Semoga bisa menjadi informasi yang bermanfaat, wassalamualaikum.
Reading Time:

Selasa, 02 April 2019

Masjid Selat Melaka Malaysia, Tempat Hunting Foto Saat Senja (Traveling Malaysia #3)
April 02, 2019 36 Comments

Masjid Selat Melaka Malaysia, Favorit untuk Hunting Foto Saat Senja 

Melaka Malaysia

Assalamualaikum Sahabat. Masjid Selat Melaka Malaysia Menjadi Tempat Hunting Foto Saat Senja. Saya baru tahu ketika sudah tiba di lokasi dan banyak juga orang yang menanti senja sambil ngobrol dengan teman seperjalanannya.

Jadi ini adalah artikel ketiga dari serangkaian cerita Traveling Malaysia bareng teman-teman blogger.  

Baca yuk : Traveling Malaysia #1 Cek In Tiket Promo di Bandara Soetta

Saya lanjutkan ceritanya dari perjalanan naik grab pesanan yang mengantar ke homestay di kawasan jalan Kesidang. Nama homestay yang kami tinggali selama satu malam di Melaka adalah B'Your Home. Tempatnya bersih meski kayaknya jarang ditinggali atau disewa. Kayaknya bangunan lama yang abis diperbaiki. Jadi aroma lembab terasa sekali. Saya pun menyalakan kipas angin untuk mengusir bau lembab. Pendingin udara juga tetap saya nyalakan.

Homestay ini rate nya cukup murah, per kamar sekitar 95RM (350 ribu rupiah)/malam. Saya dan suami sekamar dong, begitu pula Vita dan suaminya, Anas. Sementara mba Dian satu kamar dengan Mara, sama-sama lajang sih. Homestay ini udah dibooking sejak bulan Februari 2019.

Yang jagain homestay udah ngasih kunci kamar kepada Mara, yang udah datang duluan. Rupanya dia kelelahan nungguin kami dengan jalan-jalan sendiri di kawasan Gereja Merah. Jadi saat kami tiba di homestay, dia tengah terlelap. Udah digedor-gedor sama Vita, dan ternyata salah kamar. Kamar yang ditempati Mara ada di sebelahnya lagi.   Wkwkwkk.

Kasihan sih, anaknya masih ngantuk makanya susah dibangunkan. Tapi kami butuh istirahat dan mandi. Sebelum sore nanti jalan-jalan ke Masjid Melaka dan nyari makan di dekat Gereja Merah.


Mandi dan Istirahat di Homestay B'Your Melaka Malaysia

Melaka Malaysia

Saya tuh kebiasaan kalo nginap di hotel, pasti suka bongkar-bongkar tas bawaan. Bukannya istirahat tapi ngatur baju mana yang akan dipakai hari ini. Suami sampai nyuruh saya berhenti dan tiduran sebentar biar ntar sore kuat jalan lagi untuk melihat suasana Melaka yang eksotik.


Melaka Malaysia
Kamar saya, kompliit ada
kamar mandi dalam, air mineral, TV
Eh baru juga rebahan bentar, ada info dari Mara kalo kami bakal ngumpul untuk jalan ke Masjid Melaka 20 menit lagi.

Masya Allah, belum mandi dan mata juga mulai ngantuk. Tapi chat Mara di WA grup bikin kantuk terhempaskan.

"Ayo kalo bisa jam 6 udah nyampe Masjid Melaka, biar dapat view sunset,"

Huwaaa, baca chat tersebut bikin saya semangat. Lelah dan kantuk hilang seketika. Saat itu jarum jam menunjuk pukul 17.40 waktu setempat. Di Malaysia, pukul 6 malam suasana di luar ruangan masih terang benderang.

Saya berlari sambil ngambil handuk yang udah disediakan di atas kasur. Tapi sebelumnya saya balas chat di grup kalo saya dan suami mandi dulu sebelum jalan-jalan keluar homestay. 


Menyusuri Selat Melaka Malaysia dan Melihat Kecantikan Suasana Senja

Begitu rombongan siap, Mara segera memesan grab. Di Malaysia sini nyari Grabcar gitu gampang. Dan biayanya juga murah karena kami sharing cost. Dari homestay di jalan Kesidang menuju Masjid Selat Melaka, hanya bayar 12 RM (Rp. 44.400). Ini juga masih dibagi 6 orang, jadi masing- masing iuran 2 RM atau Rp. 7,400.


Masjid Selat Melaka ini terletak di Bandar Hilir, menghadap selat Melaka Malaysia. Menurut wikipedia, masjid ini terletak di selat terpanjang di dunia. 

Letaknya di pinggir laut, mengapung gitu sih. saya jadi teringat dengan Masjid Terapung di Jeddah, Arab Saudi. Saya pernah berkunjung ke Masjid Terapung saat ibadah haji tahun 2014.

Jadi saya merasa dejavu meski bangunan masjid Selat Melaka dengan Masjid Terapung di Jeddah sangat lah beda.

Saya cerita tentang selat Melaka dulu ya. Bagaimana kecantikan selat ini mampu mempengaruhi orang-orang untuk berkunjung. Bukan hanya muslim yang berkunjung kesini. Namun banyak juga wisatawan non muslim yang datang di sini. Jadi kawasan Masjid ini seperti wisata sejarah.

Mobil yang mengantar kami berhenti di halaman masjid yang luas. Sisi kanan masjid terdapat menara. Sementara sisi kiri terdapat kios makanan dan cindera mata.


Melaka Malaysia
Menara di bagian halaman masjid

Bagian sisi kiri (dari arah pengunjung datang), juga merupakan akses menuju lokasi kece untuk mengambil foto sunset.


Jadi Mara udah lari duluan membawa kamera serta tripodnya. Saya pun mengikuti. Sementara rombongan kami lainnya masih asik foto selfie di depan masjid. 

Saya sempat mampir foto di bangunan kosong, yang rimbun oleh ilalang kering.


Melaka Malaysia

Di sepanjang tepi laut, terdapat tembok penahan gelombang. Dengan batu gunung berukuran besar terletak di pinggir dinding penahan gelombang. Di sini lah tempat orang-orang menanti sunset sambil ngobrol dan ngemil makanan ringan. Saya sempat foto-foto dengan suami, juga teman-teman serombongan.


Foto bersama rombongan
Ketika matahari terlihat dengan warna jingga yang cantik, saya terpesona. Terdiam. Menatap matahari yang bulat cantik. Lama kelamaan matahari mulai samar dan sesekali tertutup awan putih. Beberapa tangan mulai memotret kecantikan sang surya yang mulai samar. Suara petir terdengar dari jauh. 

Saya juga nggak mau kalah, ikutan selfi dalam temaram senja.


Melaka Malaysia


Kisah Masjid Selat Melaka Malaysia 

Melaka Malaysia
Penampakan Masjid Selat Melaka
ketika senja, eksotis dan anggun

Masjid Selat Melaka Malaysia ini pembangunannya menelan biaya hingga RM 11 juta. Berdiri di atas tanah seluas 1,8 hektar dan memiliki bentuk bangunan yang diadopsi dari Timur Tengah dan Melayu. Masjid ini termasuk masih baru karena dibangun pada bulan Juni 2003 hingga selesai bulan Agustus 2006.

Saat itu peresmiannya dilakukan oleh Yang di-Pertuan Agong, Tuanku Syed Sirajuddin Ibni Al-Marhum Tuanku Syed Putra Jamalullail ketika itu, tanggal 24 Nopember 2006. Masji ini mampu menampung sekitar 2 ribu jemaah saat shalat berjamaah. 

Shalat di dalam masjid ini terasa khusyuk, saya berasa sedang di negeri Arab. Ada juga ruang perpustakaan yang ada di serambi depan. 

Masjid Selat Melaka ini selalu menjadi kunjungan wajib wisatawan dari manca negara. Di samping bentuk bangunannya yang mirip masjid-masjid di Timur Tengah. Juga karena menyaksikan pemandangan sunset yang menawan. Ketika saya dan rombongan menanti babang Grab, ada rombongan wisatawan yang turun dari bus besar. Sepertinya mereka berasal dari negeri Asia, entah dari Korea atau Tiongkok.

Masjid yang didominasi warna putih ini terlihat anggun kala waktu terang. Dan ketika malam datang, berubah eksotis dengan lampu yang berpendar di setiap sudut bangunannya.

Nah, untuk menaranya itu bukan diperuntukkan untuk memperdengarkan suara adzan semata. Menara yang tingginya sekitar 30 meter itu memiliki kedudukan yang penting. Yaitu sebagai tempat untuk mengarahkan kapal-kapal yang melewati selat Melaka. 

Selat Melaka ini merupakan selat dengan kesibukan yang padat. Jadi wajar sih kalo menara masjid ini memiliki fungsi sebagai mercu suar untuk kapal yang lewat. Juga menjadi panduan bagi pesawat terbang yang melintas di kawasan itu.

Shalat Maghrib Pada Malam 1 Rajab 1440 H di Masjid Selat Melaka Malaysia

Karena tidak ingin telat ikut jemaah shalat Maghrib, kami bergegas ke tempat wudhu. Saya sekilas membaca pengumuman yang ditulis di papan tulis. Isi pengumuman adalah akan ada pengajian menyambut datangnya bulan Rajab.

Saya menyimpan sandal di tempat yang sudah disediakan di dekat koridor yang menghubungkan selat Melaka dan masjid. Ada rak tingkat untuk meletakkan sandal atau sepatu jemaah masjid. Ruang penyimpanan sandal dan sepatu ini bisa menampung dalam jumlah banyak.

Seperti masjid di Arab Saudi, tempat wudhu wanita di masjid ini lokasinya juga tertutup dari pandangan bukan muhrim. Jadi jemaah wanita bisa nyaman dan bebas membuka hijabnya untuk mengambil air wudhu. Toilet tempatnya terpisah dan terletak di samping tempat wudhu.

Setelah wudhu, kami mengambil tempat di dalam masjid yang diperuntukkan jemaah wanita untuk shalat. Sebelum memasuki ruangan shalat, terdapat tempat penjualan minuman dengan sistem kejujuran. Tak ada yang jaga, jadi yang ingin membeli minuman tinggal memasukkan uang seharga boto minuman air mineral yang yang murah. Air mineral di sini harganya 1 RM. 


Melaka Malaysia
Mara sedang mengambil
minuman yang dipilihnya
Mara justru memilih minuman yang ada di mesin pendingin. Di mesin sini harganya nggak berbeda meski ada berbagai pilihan minumannya. Kami mampir membeli minuman di sini usai shalat. Saya sih pilih air mineral yang ada di rak di samping mesin minuman berpendingin.

Waktu shalat Maghrib usai, ada pengumuman kalo akan ada pengajian menyambut datangnya malam 1 Rajab. Tepat seperti yang saya baca di papan pengumuman di depan masjid.

"Wah, harusnya kita dengerin tausiyah nya, mumpung sedang di masjid," cetus mba Dian.

"Tapi bisa sampe malam dong, dan perut udah kelaparan,"

Bener sih, maksud hati pengen ikutan pengajian mumpung di masjid yang jauh dari kampung halaman. Kapan lagi coba kami bisa dengerin tausiyah dengan bahasa Melayu. Namun panggilan untuk mengisi perut wajib ditunaikan.

Sebelum meninggalkan masjid, kami sempat foto dengan nuansa yang berbeda. Ada kerlip lampu yang menghiasi malam di Masjid Selat Melaka Malaysia. Cantik, syahdu, temaram, pengen deh kesini lagi suatu hari nanti.


Melaka Malaysia
Foto lagi abis shalat Maghrib
kesannya masjidnya kayak terapung



Melaka Malaysia
@Marasoo sedang
foto kece

Silahkan baca : Terbang Bersama Garuda ke Malaysia

Dari masjid ini kami memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalan ke kawasan sungai Melaka. Di sana ada beberapa bangunan bersejarah.  Kami sepakat memesan grab lagi. Dan tarifnya murah karena lokasi dekat dari tempat kami. 

Dari masjid ke sungai itu hanya dikenakan tarif 10 RM. Sharing cost gini enak sih, jatuhnya murah. Kami masing-masing cukup bayar 1,5 RM. Saya dan suami hanya membayar 3 RM, murah ya. 

Cerita traveling dan berkunjung di Masjid Selat Melaka Malaysia udah usai. Kelanjutan cerita traveling Malaysia akan saya lanjutkan di artikel berikutnya. Rencananya saya akan menulis tentang kuliner kami selama traveling di Malaysia. Ditunggu yaaa, Sahabat. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Sabtu, 22 Oktober 2016

Berharap Ada Waktu Terbaik Mengunjungi Baitullah Lagi
Oktober 22, 2016 22 Comments


www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum. Kalo ditanya apa momen yang paling berkesan dan tak terlupakan, saya bingung jawabnya. Sepanjang usia saya, ada banyak momen yang sangat berkesan dan tak mungkin terlupa. Tapi kalo untuk milih satuuu aja, baik laaaah. Saya akan menuturkan kisah saat ibadah Thawaf Wada dan terakhir kali melihat bangunan Ka'bah. Saat berdoa dan berharap ada waktu terbaik mengunjungi Baitullah lagi.

Reading Time:

Kamis, 18 Agustus 2016

Kisah Haji: Strategi Rutin Shalat di Masjidil Haram Bagi Jemaah Haji Perempuan
Agustus 18, 2016 29 Comments

www.hidayah-art.com
Assalamu'alaikum. Mendekati bulan Haji yang hanya dalam hitungan hari, sebagian jemaah Haji sudah mulai disibukkan dengan persiapan keberangkatan. Bahkan ada beberapa kloter yang sudah masuk asrama dan tiba di tanah suci. Menyaksikan berita tentang proses keberangkatan ini, hati saya kembali merindu. Seperti tahun lalu, saya kembali menuliskan pengalaman saat berhaji untuk membasuh rindu. Artikel berjudul Kisah Haji: Strategi Rutin Shalat di Masjidil Haram Bagi Jemaah Haji Perempuan. Saya menyajikan artikel untuk berbagi pada calon jemaah haji yang masih menanti keberangkatannya.
Reading Time:

Senin, 25 Juli 2016

10 Amalan Meneruskan Kebaikan Leluhur Kita
Juli 25, 2016 8 Comments

www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum. Alhamdulillah saya masih bisa menuliskan artikel untuk One Day One Post. Menginjak hari ke 13, dengan tema seputar tips meneruskan kebaikan untuk yang sudah meningal. Tema ODOP semuanya menarik. Terlebih tema ini, agar kita saling mengingatkan dalam kebaikan. Saya akan menuliskan artikel berjudul 10 Amalan Meneruskan Kebaikan Leluhur Kita.
Reading Time:

Selasa, 31 Mei 2016

Masjid Bani Adam Boyolali, Amal Jariyah Dari Yayasan Keluarga Dalam Satu Trah
Mei 31, 2016 3 Comments
www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum teman. Beberapa kali saya pernah menulis tentang masjid yang pernah saya singgahi untuk shalat. Biasanya saya jadikan artikel di blog ini karena unik, mempunyai ciri yang berbeda dengan masjid lain, atau semata karena saya terinspirasi begitu usai shalat. Salah satu masjid yang sering saya dan keluarga, terutama suami numpang shalat adalah Masjid Bani Adam. Masjid ini bikin saya terinspirasi tiap kali usai shalat. Akhirnya hari ini saya putuskan untuk   menulis tentang masjid tersebut. Masjid Bani Adam Boyolali, Amal Jariyah dari Yayasan Keluarga Dalam Satu Trah.
Reading Time:

Jumat, 22 April 2016

Keunikan Masjid Al Muttaqin Kaliwungu Dengan Tempat Shalat yang Terpisah Seperti di Tanah Suci
April 22, 2016 16 Comments

www.hidayah-art.com



Assalamu'alaikum teman. Saya sudah lama sekali ingin menuliskan tentang tempat ibadah yang bersejarah ini. Namun karena alasan kesehatan akhir bulan lalu, saya urung menuliskannya. Harus sehat dulu baru boleh berlama-lama menulis lagi. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bercerita tentang keunikan Masjid Al Muttaqin di Kaliwungu, yang memiliki kesamaan dengan masjid di tanah suci. Apa sih keunikannya? Yuk, lanjut baca yaaaa.
Reading Time:

Selasa, 30 Juni 2015

BUBUR INDIA, TAKJIL UNIK  DAN LEGENDARIS DARI MASJID PEKOJAN
Juni 30, 2015 30 Comments



Assalamu'alaikum temans, udah masuk  puasa hari ke-15 ya. Moga sehat semuanya, semoga bisa menjalani ibadah sunnah juga di bulan penuh berkah ini, aamiin.

Puasa hari keenam kemarin, si sulung tiba-tiba bilang pengen makan bubur India. Tapi bukan beli bubur nyampe ke India loh, hehehe. Bubur India yang diinginkan Milzam tuh ada di Semarang. Tepatnya Bubur India yang dibuat untuk takjil di masjid Pekojan. Entah mengapa Milzam kayak orang ngidam, harus bubur yang dibuat di masjid Pekojan dan enggak mau bubur lainnya. 
Reading Time:

Kamis, 20 November 2014

MASJID NABAWI, LOVE AT FIRST SIGHT
November 20, 2014 10 Comments
www.hidayah-art.com



Sesampainya di Jedah pas dinihari, saya bersama suami masih nunggu teman satu kloter yang sedang dalam proses pemeriksaan imigrasi di bandara King Abdu Azis. Cukup lama juga, saya sampai bisa shalat tahajud di mushola bandara yang berupa ruang cukup lebar berukuran 6x10m2 dengan penyekat. Tanpa dinding permanen.

Usai shalat tahajud, saya masih sempat tiduran.
Reading Time: