My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi: Cerpen di Media
Tampilkan postingan dengan label Cerpen di Media. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen di Media. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 September 2016

Cerpen : Hati Yang Terpasung
September 03, 2016 14 Comments

www.hidayah-art.com

Berita pesawat terbang yang jatuh di perairan Samudra India nyaris memenuhi layar kaca pagi ini. Semua stasiun TV menayangkan peristiwa tragis itu dengan mewawancarai narasumber. Pertama melihat beritanya, jantung Ariana berpacu tak beraturan. Ia segera duduk di sofa dengan jemari tangan saling meremas. 

Ia mesti kuat mendengar penyiar berambut cepak itu membaca kabar terbaru dari bandara maupun rumah sakit. Ia pernah menjalani ritual ini. Mendengar kabar tiap saat, berharap ada keberuntungan. Berharap mukjizat Tuhan menolongnya dari hati yang patah.
Reading Time:

Selasa, 30 Agustus 2016

Semua Orang Bisa Menulis dan Masuk Majalah
Agustus 30, 2016 22 Comments
www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum. Saya percaya keinginan yang kuat bila diiringi dengan ikhtiar dan doa, pasti akan terwujud. Tuhan menyukai hambaNYA yang terus berikhtiar dan berdoa. Jadi nggak ada alasan putus asa atau menyerah sebelum benar-benar berusaha. Ini pula yang saya lakukan sejak masa remaja. Saya percaya Semua orang bisa menulis dan masuk majalah. Tinggal berusaha dan berdoa, serta pantang menyerah agar keinginan tersebut bisa terwujud.

Sejak kecil saya sudah cinta bacaan. Entah itu majalah bekas, koran pembungkus kain dari jahitan ibu. Iya ibu saya penjahit yang punya pelanggan banyak. Sementara bapak adalah teknisi mobil yang kerja sendiri dengan sistem panggilan. Namun orang tua saya pecinta bacaan. Karena mereka pula, saya dan adik-adik sangat cinta bacaan.
Reading Time:

Minggu, 25 November 2012

Cerpen : KEINGINAN BAPAK
November 25, 2012 7 Comments


 Cerpen ini dimuat di majalah Paras bulan Februari 2012. Yang ini versi asli sebelum diedit sedikit oleh editor. 
BAPAK
            Sudah hampir seminggu bapak berdiam di dalam kamar tidurnya.  Tak banyak lagi aktivitas yang dilakukan beliau.  Keluar kamar hanya untuk mandi dan makan.  Padahal, biasanya bapak rajin sekali jalan pagi mengelilingi kompleks perumahan usai sholat Subuh.
            “Kita harus telepon Bondan.  Dia perlu tahu  kejadian ini, mas,” cetus Wiwid.
            “Ya sudah telepon adikmu sekarang.  Jangan sampai kita disalahkan nantinya,” jawab Kamal.
            Bondan tinggal tak jauh dari rumah mereka.  Meski tidak setiap hari, tapi dia dan istrinya acap menyambangi rumah ini.  Untunglah Bondan sedang di rumah.  Dia berjanji akan berkunjung malam ini usai sholat Maghrib.
Reading Time: