Juli 2012 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Rabu, 25 Juli 2012

CERITA  ANAK  SMA
Juli 25, 2012 3 Comments
CERITA  MASA  SMA, begitu menyenangkan.  Karena usia belasan tahun seperti ini belum banyak memiliki tanggung jawab.  Namun tetap saja, sebagai pelajar SMA, waktu itu aku merasa bertanggung jawab dengan setiap tindakanku. 

Berbeda saat  menjadi pelajar SMP, aku sangat menikmati hari-hari sepanjang masa SMA.  MOS di SMA SULTAN AGUNG  I  SEMARANG, sangat menyenangkan.  Tidak ada penindasan dari kakak senior pada kami, siswa baru.  Bahkan, dengan adanya Masa Orientasi Studi di sekolah ini, aku menemukan kakak tingkat yang baik hati, gemar menolong dan suka menabung, hahaha...

Seperti ingin balas dendam, di sekolah ini aku banyak bergaul.  Tidak seperti saat SMP.  Aku cerita begini, karena mendapat bisikan dari teman cewek, bahwa saat SMP dulu, aku banyak disegani oleh teman-teman cowok.  Tapi, bukannya aku berubah sikap di SMA ini karena ingin punya teman cowok yang banyak lah, atau pengagum cowok.  Aku memang ingin berteman dengan banyak orang.  Bukankah lebih susah mendapat teman baru, dari pada mendapat musuh?

EKSTRAKURIKULER PILIHAN
Di SMA  Sultan Agung I  Semarang,  aku terlibat dalam kegiatan sekolah.  Dari awal, aku sebenarnya ingin masuk dalam ekskul PMR.  Tapi, apa daya, sekolah ini tak memiliki kegiatan yang satu ini.  Yang agak nyerempet sih PRAMUKA.  Haha, aku tidak malu menjadi anggota Gugus Depan Tjut Nya' Dien.  Kenapa mesti malu?  Tidak seperti SMP, di SMA ini tidak diwajibkan bagi siswa siswinya menjadi anggota Pramuka.  Jadi, anggota pramuka di sekolah ini hanya sedikit.  Aku satu-satunya anak kelas I B yang menjadi anggota. 

Aku juga terlibat dalam pembuatan majalah dinding.  Saat itu, aku memang ingin bisa belajar menulis dan mengirim tulisan ke media.  Mungkin ambisiku ini karena terprovokasi dari hobi baca sejak aku kecil.  Siapa sih yang tak ingin karyanya dikenal banyak orang?  Bagiku, ada namaku tertulis di media, merupakan sebuat hal yang tak mustahil.  Rupanya, ambisi ini tercapai saat aku duduk di kelas II.  Artikel tentang kegiatan pramuka di bumi perkemahan Karanggeneng, Gunung Pati, bersama dengan gudep sekodya Semarang, dimuat di Suara Merdeka.  Waaah, sekolahku langsung heboh.  Aku, siswi yang tak banyak omong, bisa 'ngomong'  di surat kabar!  Gruru, Kepala Sekolah bahkan teman yang tak pernah menyapa, jadi mendekat dan banyak tanya tentang bagaimana tulisanku bisa mejeng di korannya JAWA TENGAH.  

Di SMA ini aku  sering terpilih mewakili sekolah untuk lomba baris berbaris.  Terutama menjelang perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus.  Tiap tahun, aku selalu memperoleh dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran karena harus berlatih tiap hari dan saat lomba.  Meski sedih karena tidak bisa duduk manis di dalam kelas, aku senang menjadi wakil sekolah.  Karena seperti kegiatan pramuka, di ajang lomba ini aku juga bertemu banyak kawan baru dari SMA yang ada di kota Semarang. 

Ketika menjadi pelajar SMA inilah, aku mempunyai paradigma baru.  Bergaul itu menyenangkan dan produktif.  Asal kita bisa menjaga pergaulan yang positif,  seimbang, menumbuhkan pribadi kita menjadi dewasa dan bertanggung jawab.  Pengalamanku bertambah.  Wawasanku pun berkembang.  Tidak hanya menjadi pelajar yang duduk di kelas mendengarkan guru memberikan materi pelajaran.  Mumpung hanya tiga tahun menjadi pelajar SMA, kehadiranku di sekolah juga harus bisa memberikan 'arti' untuk almamaterku.

Begitu indah masa SMA.  Semoga kalian pun juga mengalami masa SMA yang berwarna dan bisa memberi inspirasi pada sesama.
Reading Time:

Senin, 16 Juli 2012

Tulisan di majalah Kartini edisi 2325 /  28 Juni - 12 Juli 2012
Juli 16, 2012 4 Comments
Bulan Februari aku kirim naskah ini ke majalah Kartini.  Seperti saran seorang teman, aku lupakan naskah yang sudah aku kirim ke media.  Aku mulai lagi menulis tema lain dan cerita lain.  Tentu aku tak melupakan naskah ini 100 %.  Aku buat folder khusus untuk mencatat naskah-naskah yang sudah aku kirim ke media.  Gaya banget yak, padahal tiap bulan belum tentu ngirim banyak karya :P
Hingga bulan Mei, aku masukkan data baru ke dalam folder data naskah yang udah terkirim ke media, panitia lomba nulis, atau sekedar tabungan naskah.  Ah, aku ingat dengan naskah yang aku kirim ke Kartini.  Aku penasaran dengan nasib naskahku ini.  So, aku tanya ke redaksi via email. 

Rupanya pihak redaksi berbaik hati menjawab pertanyaanku.  Bahkan mereka memberi kesempatan agar aku merevisi naskah sesuai persyaratan teknis pihak redaksi.  Wow, surprise dong.  Apalagi di halaman rubrik Setetes Embun memang tak dicantumkan persyaratan teknis untuk format pengiriman naskah.  Segera aku revisi naskahku dan langsung mengirim kembali naskah yang sudah aku rombak dengan menambah beberapa paragraf baru.

Senangnya lagi, pihak redaksi sudah memberi perkiraan kapan naskahku akan dimuat.  Respon dari redaksi menumbuhkan semangatku yang kian melejit agar terus menulis dan menulis.



Ceritaku ini aku persembahkan untuk almarhum bulik Asiyah yang telah meninggal pada tanggal 19 September 2011.  Juga untuk pengabdian anak dan menantunya yang ikhlas merawat beliau dengan kasih sayang dan senyum yang tulus.
Reading Time:

Minggu, 15 Juli 2012

Catatan Hati; 18 Tahun Mengukir Kasih
Juli 15, 20120 Comments
Aku mengenalmu kala usia belasan tahun.  Ketika pikiran dan hati masih tertambat pada buku dan belajar.  Beribu hari memisahkan aku dan dirimu.  Tak ada ucapan.  Tak pernah ada niat akan bersua suatu hari nanti.

Berjuta detik melangkah di dunia, menjadikan aku wanita yang bertumbuh.  Namun tetap saja aku membutuhkanmu.  Lelaki yang mampu memilihkan setiap jejak untuk kutapaki.  Seperti doa yang ternyata sama-sama kita panjatkan sebelum bertemu di pelaminan.  Perempuan baik-baik akan mendapatkan laki-laki yang baik, Begitu pula Laki-laki baik-baik akan mendapatkan perempuan yang baik.  Sebuah ayat dalam Al Quran - surat AnNur ayat 26,  yang menjadi jaminan Allah untuk kita yang menjadi umatNYA.

Aku percaya, pertemuan kembali itu sudah dicatat olehNYA.  Pertemuan yang kau gagas dalam bentuk reuni.  Hanya kita berdua.  Namun, pertemuan itu menjadikan sebuah wadah silaturahim yang islami.

Aku selalu yakin, engkaulah lelaki pilihan Allah untukku.  Karena kata-katamu selalu memberikan inspirasi yang mungkin tak kausadari kebenarannya.  Namun, Allah memang memilihmu untukku, agar aku menjadi seperti diriku sekarang.  Ibu dari kedua anak laki-laki yang mulai beranjak remaja.  Anak-anak yang kelak akan menjadi seperti dirimu.  Pemimpin keluarga kecil mereka masing-masing.

Beribu hari yang kita tinggalkan di belakang, moga menjadi hari yang indah untuk selalu kita kenang bersama.  Beribu hari yang ingin aku jalani lagi bersamamu, menuju cita-cita kita agar bertemu lagi kelak di Surga.  Menjadi pengantin yang sejati, dalam limpahan cahaya Ilahi nan abadi.


Sepanjang usia yang kita rajut bersama dalam rumah tangga ini, ibarat sekolah yang tak bosan untuk belajar dan berlatih.  Ada kalanya langkah kaki kita terjerat sesemakan di hutan belantara kehidupan yang penuh peristiwa.  Yang pahit menjadikan kita tersenyum dalam tangis.  Yang indah menjadikan kita selalu mawas diri agar tidak takabur.  Yang menyedihkan pun mampu membuat tawa kita berderai untuk pelipur lara.  Karena kita selalu percaya, Allah Swt menginginkan kita menjadi pasangan seiman sehati yang senantiasa tawakal.

Suamiku, kekasih hatiku, menurutmu aku bukanlah istri yang romantis.  Sebuah ungkapan yang menjadikan aku bermimpi bisa seperti yang kau angankan.  Aku belajar menjadi lebih baik setelah berada di sisimu.  Aku mengandalkanmu agar membimbingku setiap saat.  Karena tanpamu, aku tak akan menjadi wanita.  Engkau adalah imamku untuk membentukku menjadi ibu yang penuh kasih sayang untuk anak-anak kita. Dalam harapmu, aku bermetamorfosa bak kupu-kupu.
Tahun 1987 di Polines - Tembalang

Bersama suami di Marina - Semarang, 2010


Banyak impian yang belum kita raih.  Namun ada juga impianku yang kini mampu kugenggam karena doa dan semangatmu.  Sebagian impian itu, mulai kita semai.  Dan sebagian lagi, kita petik buah impian kita.  Ada pula pucuk impian yang mulai mengembang dalam guyuran doa dan tangis kita saat bermunajat.

Suamiku, mari kita saling eratkan doa dan harapan.  Untuk setiap impian yang telah kita mulai delapan belas tahun yang lalu.  Ini adalah torehan kata yang mampu aku persembahkan untuk keluargaku tercinta.  Suamiku, anak-anakku, Milzam dan Naufal.  Semoga kita dipertemukan kelak dalam Surga Ilahi, Yang Maha Memiliki Segalanya.
Reading Time:

Minggu, 08 Juli 2012

Buku Antologi Cerpen 'GALAU'
Juli 08, 20120 Comments
Buku ini berisi kumpulan cerpen pilihan dari Sayembara Menulis Cerpen Islami, yang diselenggarakan oleh Pena Inteligensia Club.  Ada 10 cerpenis yang menuliskan tentang kegalauan hati dalam tokoh cerpennya dengan gaya bertutur yang penuh inspirasi. Ada kisah 'Surat Cinta dari Granada milik Shafiqah Adia Tresst yang berdomosili di Jakarta.  Kemudian cerita tentang liku-liku memperoleh SIM sesuai peraturan tanpa 'uang pelicin' yang dituturkan dalam tulisan ringan dan bernas oleh Mudi Riyanti dari Jakarta dengan judul 'Wonderful SIM'. Tulisanku yang berjudul ' Pilihan Hati' mengisahkan kegalauan dua orang wanita yang saling mendambakan posisi temannya.  Sebuah kisah yang boleh jadi dialami hampir sebagian besar ibu rumah tangga yang merangkap wanita pekerja di luar rumah.


Kalau ingin membaca lebih jauh 10 cerpen pilihan ini, boleh dipesan melalui Twitter penulis @Hidayah_Art.  Silahkan follow akun penulis yaaaaa :))

Reading Time:
BELAJAR BISA DARI MANA SAJA
Juli 08, 2012 10 Comments
BELAJAR BISA DARI MANA SAJA

Setiap ada tulisanku yang dimuat di media, selalu ada teman yang mengajukan banyak pertanyaan.  Sebenarnya, tulisanku belum banyak majang di media. Aku pun tak punya teori tentang menulis. Bagiku, menulis seperti wadah untuk curhat.  Tempat aku berbagi isi hati dan pikiranku.  Tentang pengalaman mengasuh anak-anak, sosialisasi dengan teman dan kerabat, atau kegelisahan jiwaku karena situasi lingkungan.

Kalau kemudian bisa bermuara di  halaman majalah, mungkin karena aku senang belajar. 
Kalau ingin bisa menulis, ya harus banyak baca.  Di lingkungan kerja, aku sering dianggap makhluk ajaib karena kesukaanku dengan segala bacaan.  Beruntung aku punya suami yang mendukung hobiku. 

Kalau ingin tulisan kita dimuat di majalah A, misalnya.  Ya harus baca majalah A.  Minimal 3 edisi, kalau bisa sih lebih.  Dari sini, aku nulis dengan gaya tulisanku, tak meniru penulis lain. Kemudian, baca, baca, dan baca lagi hasil tulisanku.  Penulis harus percaya diri dengan apa yang ditulis.  Aku tak punya first reader.  Lha wong cuma artikel atau cerpen kok.  Mungkin beda kalau nulis cerber atau kelak, novel ?! Haha... ini impian yang harus aku raih.
 
Tulisanku yang udah aku kirim ke media, juga ada yang ditolak.  Tapi, aku tak putus asa.  Aku sudah mulai mengirim naskah ke media sejak masih berstatus siswa SMA.  Pertama kirim naskah, langsung dimuat.  Senangnya perasaanku kala itu.  Jeleknya, aku belum bisa konsiten menulis.  Aku lebih konsisten membaca dan membaca.  Tulisan berikutnya yang aku kirim ke majalah ketika jadi anak kampus.  Tulisan ini juga langsung dimuat.  Sampai tiga artikel yang aku kirim ke majalah Mode dan semuanya dimuat.  Tapi sekali lagi, aku belum bisa konsisten.  Aku berhenti nulis dan melupakan kegiatan ini.

Aku termasuk orang yang suka kompetisi.  Sejak masih pelajar pun aku sudah senang ikut kompetisi menulis.  Meski nggak pernah menang, sesekali pernah masuk nominasi, itu sudah memberi kepuasan tersendiri.

Intinya sih, kalau ingin tulisan kita menjadi pemenang di hati editor, tentu persyaratannya kudu dipenuhi.  Aku masih terus belajar.  Majalah, buku-buku milik penulis senior, buku teman penulis, novel penulis terkenal, semua aku koleksi dan baca.  Bisa lho bacanya sampai tiga atau empat kali.  Malah ada novel yang aku baca hingga 10 kali.  Saking aku suka dengan cara bertutur si penulis.
Ragam Bacaanku


Asyiknya kita menghirup udara di era digital ini, kegiatan belajar menjadi teramat mudah.  Tinggal dolan ke rumah mis gogel, berteman di fesbuk, atau wisata ke BLOG, kita bisa mereguk ilmu sepuasnya.

Belajar tak mengenal usia.  Belajar bisa di mana saja, kapan saja, bersama siapa saja.  Heuheu...serasa iklan :P  Sebelum maut menjemput, kita bisa terus belajar.  Hanya saja, tidak setiap orang bisa menjadi pelajar yang cerdas.  Intinya sih, mempelajari sesuatu itu tergantung pada niat, semangat dan keteku
nan setiap orang.



Reading Time: