Juli 2024 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 26 Juli 2024

Keseruan Fun Forest Healing Bersama PMI di Hutan Wonosari Mangkang Semarang
Juli 26, 2024 21 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Suara ranting yang saling bersentuhan memperdengarkan musik alam nan merdu. Sesekali suara daun kering bergemerisik saat sepatu saya menimpanya dalam perjalanan di tengah hutan pohon jati. Suara burung mencericip, seakan menjadi pelengkap irama ayunan langkah kaki. 

Kadang kita butuh diam saat melangkah pelan di tengah hutan, tidak perlu memusingkan sesuatu, menikmati suasana dan fokus pada suara-suara di sekitar kita. Masalahnya bagi warga kota besar, sangat sulit menemukan hutan kota. Karena kondisi sekarang ini kota besar lebih banyak memiliki gedung dibanding hutan kota. 

Kota Semarang terkenal memiliki matahari yang terik apalagi kalo motoran dan terpaksa mesti berhenti di lampu bangjo. Bahkan ada yang suka bercanda kalo kota tercinta ini punya lima matahari. Bener sih terutama akhir-akhir ini saya udah malas benget keluar rumah kalo nggak ada urusan penting. Pengennya ngadem aja di rumah. Atau sekalian aja keluar rumah mencari tempat yang banyak pohon plus sungai dangkal dengan air jernih. Pengen ngadem banget ya Allah.


Eh tiba-tiba saya dapat info kalo ada hutan yang masih masuk kawasan Kota Semarang. Wihh penasaran dong di mana lokasi hutan di Kota Semarang yang masih terjaga kelestariannya. 

Pembekalan Bagi Peserta Fun Forest Healing

Sabtu, tanggal 20 Juli 2024 saya dan teman-teman blogger Gandjel Rel berkesempatan ikut kegiatan Forest Therapy and Fun Forest Healing bersama PMI Semarang. Selain blogger, ada juga peserta dari duta kemanusiaan dan tim kesehatan PMI. Seru juga karena jumlah peserta ada sekitar 30 orang, dari usia anak sekolah SD sampai kami yang udah nyaris pra lansia. 

Entah kenapa pagi itu terjadi drama saat saya berangkat diantar paksuami. Ceritanya kami udah sampai dekat dengan masjid Agung Jawa Tengah (dekat rumah kami), eh saya ingat kalo HP tertinggal di rumah. Balik lagi dong ke rumah yang jaraknya nggak sampai 5 menit. Duhhh, udah berangkat gasik juga jadi gagal kalo ada drama seperti ini. 

Bersyukur saya tiba di Klinik Utama PMI Kota Semarang tempat titik penjemputan sekitar pukul 6.30 WIB. Klinik yang juga menjadi Markas PMI Kota Semarang ini letaknya Jl. MGR Sugiyopranoto No 35 Semarang. Selisih satu gedung dari Klinik Utama, merupakan kantor PMI yang juga dijadikan untuk warga mendonorkan darah. 

Peserta yang sudah hadir diminta untuk registrasi dan cek tekanan darah. Saya sempat kaget karena tekanan darah saya 137/78, yang atas agak tinggi. Apakah karena saya sempat lari-lari dari pintu depan hingga ke dalam gedung, hehehee.

Setelah seluruh peserta lengkap, kami pun berangkat menggunakan armada yang udah disediakan oleh koordinator acara. Ternyata lokasi Hutan Wonosari Mangkang itu nggak jauh, waktu yang kami tempuh nggak sampai satu jam.

Rombongan tiba di base camp di hutan Wonosari Mangkang. Ada Ibu Ratna (Sekretaris PMI Kota Semarang), menyambut dan mengajak peserta masuk ke base camp. Bangunan sederhana yang menjadi tempat pembekalan peserta.

Dari ki-ka : dr. Awal, Dr. Hendro, Bu Ratna

Bu Ratna secara ringkas menjelaskan bahwa PMI memiliki unit usaha seperti pembuatan batako dan pupuk. Rencananya juga akan dibuat kolam pemancingan di depan basecamp.

Sebelum kegiatan dimulai, kami mendengarkan sambutan dari Ketua PMI Kota Semarang Bp. Dr. dr. Awal Prasetyo, M.Kes, Sp. THT-KL, MM (ARS). 
PMI tidak hanya berurusan dengan donor darah atau transfusi saja. Tetapi PMI juga membantu pemerintah Indonesia di bidang sosial kemanusiaan, antara lain menangani bencana atau musibah, membantu pelayanan kesehatan dan sosial pada masyarakat dan tugas-tugas kemanusiaan lain.
Lebih lanjut dijelaskan pula oleh dr. Awal bahwa menurut WHO, kesehatan itu dipengaruhi oleh 3 aspek, yaitu fisik, psikis, dan sosial. Ketiga hal ini harus seimbang termasuk aspek sosial yang ada relasinya dengan lingkungan sekitar. Seseorang yang udah mengalami ujian berulang kali, akan menanggapi biasa ketika mendapat ujian lagi. Ini aspek psikis yang tidak semua orang memiliki ketangguhan yang sama. 

Timbulnya berbagai masalah pada aspek psikis ini yang menjadikan kesadaran munculnya niat mengadakan kegiatan forest therapy. Untuk yang pertama ini bisa disebut Fun Forest Healing sesuai dengan tema PMI tahun ini yaitu Humanity For Greenlife.

Kemudian ada pembekalan singkat tentang Forest Therapy dari Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. Beliau adalah praktisi Forest Therapy sekaligus psikolog dari Universitas Gunadarma Jakarta. Dr. Hendro menjelaskan betapa pentingnya memberikan perhatian dengan sengaja yang sedang dilakukan saat ini atau disebut 'present moment'. Kesadaran 

Selama ini kalo kalian pergi ke tempat kerja atau kampus atau kemana pun, naik motor atau mobil, kayak auto pilot. Kayak naik motor dan nggak sampai beberapa lama kok udah tiba di tempat tujuan. Loh tadi di jalan ketemu apa aja? Mungkin jarang kalian perhatikan. Karena kebutuhan untuk tiba di tempat tujuan secepatnya dengan alasan takut terlambat melakukan sesuatu.

Dari sini dr. Hendro mengingatkan agar peserta tidak memikirkan hal-hal di luar kegiatan, nikmati proses berjalan di hutan, dengan langkah pelan, dengan menggunakan 5 panca indra (sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa) plus 1 yaitu insting. 

Sarapan Sehat dan Nikmat 

Telinga saya mendengarkan penjelasan terapis namun mata ini terpaut pada sosok ibu yang membawa senampan penuh isi pisang rebus. Ahhh perhatian saya teralihkan, Sahabat.

Tidak hanya pisang rebus, namun juga ada singkong rebus, kimpul, kacang, serta minuman bir pletok dan teh panas. Cemilan sehat ini rupanya disediakan ibu-ibu Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT).


Saya pun mengambil pisang dan bir pletok. Pisang rebus memiliki manfaat kalium yang alami dan bagus untuk tubuh. Bir pletok menghangatkan tubuh dan bermanfaat untuk pencernaan. Makan satu buah pisang rebus terasa kurang hingga saya pun mengambil singkong rebus. Ahhh, hati saya lumer karena tekstur singkong yang mempur (lembut/empuk).

Kalo ingin kenyang memang harus ngambil singkong atau pisang lagi, tapi nanti malah ngantuk jadinya. Saya pun mengambil tiga buah kacang rebus dan mengupasnya. Cukup deh untuk pengisi perut sebagai bekal jalan di hutan pagi ini.

Apalagi tak berapa lama setelah sesapan terakhir bir pletok, koordinator mengatur rombongan peserta menjadi dua kelompok. Karena blogger ada 8 orang, kami pun dibagi menjadi 4 orang untuk masing-masing kelompok. 

Dan,  perjalanan menembus hutan pun dimulai...

Mindful Walking

Saya, mbak Tanti, Mbak Farida Pane, dan mbak Ika masuk dalam kelompok 1 yang didampingi terapis Mas Rahman dan mba Ninik. Selain kami berempat ada juga peserta lain dari duta kemanusiaan, dan SIBAT.

Sebelum mulai perjalanan, kami sudah diminta untuk tidak membawa beban, seperti tas bahkan HP. Maksudnya agar kami benar-benar berjalan dengan langkah ringan dan santai. Terapis juga mengingatkan agar kami tidak bertanya tentang tujuan perjalanan ini sejauh apa, finishnya di mana, dan jarak tiap pos kira-kira berapa meter.

Kami diajak menyusuri jalan setapak di hutan jati Wonosari Mangkang dengan menerapkan mindful walking. Kami berjalan dalam diam, kami tidak saling berbicara, namun merasakan setiap pijakan kaki yang bersentuhan dengan tanah, batu, daun kering, dan benda yang ada di jalan. 

Saat mulai masuk ke dalam hutan jati, mulai terasa kesejukannya dari angin yang berhembus. Suara daun dan dahan yang bergerak menimbulkan desau ritmis khas hutan. Suara fauna mengiringi langkah kami pagi itu, entah suara burung, unggas, atau serangga hutan. Kesemuanya itu menjadi satu alunan khas alami yang hanya dimiliki oleh hutan.

Selama ini karena tinggal di kota, jarang banget kan nemu daun kering dari pohon berukuran besar seperti jati atau trembesi.. Jadi saat fun forest ini saya seperti anak kecil, suka banget saat mendengarkan kaki saya menginjak daun kering. Suara yang muncul akan berbeda tergantung tingkat kekeringan daun.

SILENCE

Ada percabangan di depan mata, ketika mas Rahman menjelaskan tentang tumpukan sampah organik yang menarik minat kami. Ternyata ini bukan sampah biasa. Namun sampah yang berasal dari tulang daun jati itu bernilai ekspor. Iya, daunnya digunakan untuk pakan ternak. Sementara tulang daun dijadikan kompos namun melalui proses yang cukup lama. Kondisi sampah tulang daun jati, masih berusia beberapa bulan, jadi masih panas dan tidak layak dijadikan kompos. 



Di dekat tumpukan kompos itu pula kami membentuk lingkaran dan melakukan silence. Oleh terapis/pendamping, kami diminta mengatur napas tanpa terburu-buru. 

Kami diajari untuk bernafas menggunakan perut dengan penuh kesadaran. Caranya dengan menarik nafas perlahan melalui hidung hingga perut mengembang. Posisi ini dilakukan sambil merentangkan kedua lengan ke samping lalu ke atas. Masih dalam proses menahan nafas beberapa saat, dengan perlahan melepaskan nafas melalui mulut.

Saat mata terpejam ternyata berpengaruh pada  suara alam yang tertangkap indera pendengar. Suara alam lebih intens, ada cericip burung, gemeresik daun yang bersentuhan dengan angin, serangga yang tak lagi ada di kota, terdengar jelas. Suara yang bikin jiwa saya tenang, hati terasa damai.


Tree Hugging

Saat melanjutkan perjalanan, kembali kami berjalanan dalam diam. Tiba lah kami di percabangan jalan berikutnya dan kaki saya terhenti. Indera penglihatan saya menangkap satu area di sisi kiri jalan yang nampak berbeda di hutan jati ini. Suasana di area itu terlihat lebih rimbun. Pepohonan trembesi yang dikenal sebagai tanaman yang mampu menyimpan air terlihat udah cukup tua. Beberapa pohon ada tanaman yang menempel, seperti anggrek hutan dan tanaman merambat lainnya. Lumut juga terlihat menempel di sebagian batang dan dahan. 

Rasanya area itu seperti hidden gems yang memanggil saya untuk mendatanginya. Saya pun bertanya apa tempat ini boleh kami singgahi, atau harus di tempat lain sesuai panduan? Ternyata pendamping kami mengatakan boleh aja kalo ingin singgah di sini. Ah senangnya, saya pun berjalan memasuki area lahan yang menjadi tempat trembesi tumbuh dengan kokoh.

Pendamping pun meminta kami melakukana tree hugging, yaitu memeluk salah satu pohon yang ada di sana. Saya memilih pohon yang berbatasan dengan area hutan seberangnya. Sepertinya ada selokan dan aliran air yang tidak terlihat. Tapi pendamping kami juga bercerita kalo kawasan dekat dengan tanaman trembesi itu terdapat sumber air.

Saat tubuh saya menempel di batang pohon, ada kekuatan untuk lebih mendekat. Wajah saya makin menempel dan tak terasa kalo ada semut di atas kepala saya yang tengah menyusuri batang pohon. Lapisan kulit kayu yang kasar tidak saya rasakan. Dengan mata terpejam, saya justru merasakan kedamaian. 

Mendadak ada suara angin yang cukup kencang di kawasan hutan di belakang tubuh saya. Terasa udara yang sejuk menyelimuti tubuh. Ahhh ini bukan lah pohon pertama yang saya peluk seumur hidup saya. Namun berbeda ketika mata terpejam dan merasakan kedamaian hutan ini secara mindful.


GROUNDING

Oleh pendamping yaitu Mas Rahman, kami diajak menuju aliran air yang katanya berasal dari curug di hutan ini. Wihhh saya yang anak kota dan selalu rindu bermain air di sungai kayak menemukan wahana baru.

Meski awal berangkat saya nggak tertarik bila nanti masuk ke sungai, tapi pemandangan di depan mata ini nggak boleh dilewatkan. Saya pun melepas sepatu dan kaos kaki, kemudian melangkah perlahan menuju sungai yang jernih airnya. Yup kami melakukan grounding atau bersentuhan langsung dengan bumi.


Mas Rahman menyarankan kami menikmati suasana di sungai. Kami diminta merasakan air yang dingin dan benda yang ada di dasar sungai. Rasanya jadi enggan beranjak dari kesegaran air yang berasal dari sumber mata air di hutan ini. Namun perjalanan belum usai.

Mindful Sitting

Kami mulai berjalan lagi. Karena ribet bila harus mengenakan kaos kaki dan sepatu, saya pun melanjutkan grounding. Tak berapa lama pendamping menyarankan kami berhenti dan duduk dengan posisi senyamannya.

Kami duduk dengan tenang dalam jarak yang tetap terpisah. Oleh pendamping kami diajak merasakan angin yang berhembus, suara burung, dan aroma hutan dengan mata terpejam. Kami juga diajari cara mengatur napas, seperti yang kami lakukan sebelumnya saat SILENCE. Selama proses mindful sitting itu, pendamping memberikan pendalaman materi yang bisa jadi bahan renungan. Seperti penerimaan diri, ikhlas, dan sabar setiap menemukan masalah.


Usai melakukan mindful sitting, kami melanjutkan perjalanan. Oia selama menyusuri jalanan di dalam hutan, sejak awal peserta tidak diperkenankan bertanya tentang pos 1 - 5. Kami hanya diminta menikmati proses perjalanan, tidak memaksakan jalan cepat, bernapas dengan teratur, sehingga tidak merasa lelah ataupun ngos-ngosan.

Kadang istirahat tak lebih dari dua menit. Kebetulan pula di tengah perjalanan kami menemukan sebatang pohon yang roboh. Ahhh rasanya nyaman kalo kami duduk sejenak sambil tetap mendengarkan suara-suara dari hutan.


Istirahat cukup sejenak. Kami melanjutkan perjalanan menuju curug. Membayangkan kata curug, semangat makin menyala. Namun kami tetap mempertahankan langkah perlahan, tak perlu tergesa-gesa.

Dari posisi yang agak tinggi kami berjalan beriringan dengan pemandangan aliran air di sisi kanan dan bukit di sisi kiri. Akhirnya kami menuruni jalur menuju curug. Suara air yang bergemuruh menandakan curug ada di depan kami.

Forest Bathing

Forest bathing dikenal pertama kali di Negeri Sakura, Jepang. Di sana terdapat sebuah metode healing klasik yang dikenal bernama Shinrin-yoku. Shinrin-yoku sendiri memiliki arti, melakukan kontak dan terpengaruh dengan suasana atau atmosfer hutan secara fisik maupun psikis (Peck, 2019).

Di kawasan curug ini pula kami mulai melakukan forest bathing. Peserta bebas memilih untuk berbaring atau duduk di atas matras yang diletakkan di atas bebatuan. Ukuran batu di sini pun tentunya tak sama namanya juga di alam bebas. Saya awalnya memilih posisi tiduran dengan mata terpejam. Lokasi yang saya pilih adalah jalan turunan berdekatan dengan pohon besar. Suasana adem, rindang karena di bawah pohon, membuai saya dan sejenak tertidur. 



Sepertinya bukan hanya saya yang tertidur. Mungkin suasana hutan dengan curug yang memunculkan suara alam bersahabat memberi efek nyaman. Padahal bayangkan tubuh yang tidur di atas lahan tidak rata seperti dalam foto di atas. Harusnya tidak nyaman kan? Namun nyatanya kami merasa nyaman aja.

Mindful Eating

Hidup yang serba cepat sepertinya membuat beragam masalah  muncul. Mandi, berpakaian, makan, bahkan berkendara serba tergesa-gesa. Tak heran kalo sekarang makin banyak orang mengeluh masalah kesehatan seperti asam lambung. 

Tahu kah sahabat, kalo makan terburu-buru bakal menyebabkan lambung susah mencerna makanan?!

Setelah sesi forest bathing, kami beristirahat sejenak dan menikmati pemandangan sekitar curug. Ada dua panitia yang membagikan buah pisang pada peserta. 

Asisten terapis mas Aziz mengajak peserta agar tidak langsung makan buah pisang tersebut. Dia mengajarkan peserta untuk perlahan menggunakan indera penciuman. Membaui aroma pisang, seperti apa menurut kalian?

Mindful eating dengan meraba tekstur kulit buah pisang, mengupasnya, membaui aroma daging buah, memperhatikan bentuknya. Kemudian mendekatkan ke mulut, jangan digigit dulu. Ketika muncul rasa lapar, baru lah gigit pisang, tahan dalam mulut dan kunyah perlahan hingga lembut. 

Sebenarnya pisang yang dibagikan kemarin itu saya nggak suka. Pisang ambon memang sering saya beli untuk anggota keluarga di rumah namun saya nggak pernah ikut makan. Terus terang ini kali kedua saya makan pisang ambon. Yang pertama adalah saat melakukan ibadah haji, sepulang dari shalat dhuha di masjidil Haram. Ada orang baik yang membagikan pisang ambon. Saya tidak tertarik jadi nggak mendekat. Namun mendadak ada orang di sisi kiri yang mengangsurkan sebuah pisang pada saya. Katanya rejeki nggak boleh ditolak, ya udah saya terima dan kasih kepada suami. 

Ternyata suami malah udah dapat 2 pisang ambon. Suami bilang, makan aja katanya tadi lapar. Mendadak saat itu perut saya menagih janji. Ya udah saya pun mengupas pisang tersebut dan makan sambil berdiri karena di sana tidak ada satu pun tempat duduk. Tempat kami menerima pisang adalah jalan basement hotel (loby pintu masuk) depan masjidil Haram. Jalur menuju terminal bus kami. Jadi memang tak ada kursi untuk duduk.

Kembali lagi mindful eating pisang ambon yang saya tak pernah mengonsumsinya, saya pun agak kaget. Kok saya tak ada keinginan menolak makan pisang? Mungkin bawah sadar saya merasakan suasana nyaman selama proses mindful di hutan. Berjalan sejauh 1,5 km dari basecamp hingga curug, perut pun meminta jatahnya. Entah lah apakah nanti sepulang dari fun forest ini saya bakal doyan pisang ambon atau balik lagi, hihii. 

Bagi saya makan pisang ambon ini ibarat mengisi kembali energi ke dalam tubuh. Agar tubuh tetap kuat berjalan nantinya saat kembali ke basecamp.


Pulang ke Basecamp dan Berbagi Cerita

Perjalanan pulang ke basecamp udah bebas, kami saling bercerita. Suasana hati pun ceria setelah menikmati kedamaian hutan dan segala isinya. Gemericik suara air di kawasan curug menambah energi positif. Rasanya pengen lagi kembali ke hutan Wonosari Mangkang untuk bersentuhan dengan isinya.

Namun Dr. Hendro mengatakan saat sesi sharing, bahwa mindful therapi ini bisa dilakukan di mana aja. Nggak harus di hutan, di rumah pun bisa. Prosesnya sama, rasakan kehadiran diri dengan fokus terhadap yang sedang terjadi di sekitar. 

Sebelum sesi sharing, peserta menikmati sajian makan siang yang nikmat dan menyehatkan. Ibu-ibu dari SIBAT sudah menyajikan menu tradisional dengan bahan sayuran yang ada di daerah tersebut yaitu sanca inchi. 

Picture taken
by Archa Bella


Tanaman superfood ini tengah dikembangkan karena sayurnya bisa dimasak olahan tumis maupun lodeh, sedangkan bijinya bisa jadi cemilan sehat. Ada lauk tahu tempe bacem, bandeng presto, krupuk, dan lainnya. Perut yang lapar setelah berjalan sejauh PP 3 km, kembali terisi dan memulihkan tenaga. Alhamdulillah.

Rasanya saya ingin mengajak sahabat untuk merasakan pengalaman serupa. Karena kegiatan fun forest healing ini memberikan kebahagiaan dan kesehatan fisik, psikis dan sosial kita. 

Fun Forest Healing ini bisa diikuti oleh semua warga Kota Semarang maupun luar kota. Biaya ikut fun forest healing ini terjangkau, cukup 150 ribu rupiah. 


Ikuti akun Instagram PMI Kota Semarang untuk mengetahui cara daftarnya. Kegiatan akan dilakukan setiap hari Sabtu dan Minggu. Semoga bermanfaat yaa. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Kamis, 18 Juli 2024

Makanan Halal ala Drama Korea, Cek Restoran di Korea Selatan Yuk
Juli 18, 20240 Comments
Assalamualaikum. Terus terang saya mulai terkontaminasi setelah nonton beberapa drama Korea. Beruntungnya fasilitas nonton Drakor di rumah lengkap, eh menurut saya ya. Selain viu, ada Netflix, dan Disney. Tapi sejak kenal Netflix, saya lebih suka memilih  nonton di layanan ini. Saking setiap hari mantengin drakor, bikin saya auto terbayang bayang dengan makanan dalam tayangan tersebut. 

Yang kemudian terjadi adalah obrolan dengan pak suami, misalkan suatu hari kami mendapatkan rejeki bisa ke Korsel. 

"Di Korsel ada makanan halal?"
"Ada dong, aku udah nonton video salah satu YouTubers, dia jajan makanan halal di sana. Tenang aja,"

Memang kalo mengingat Korea Selatan mayoritas penduduknya adalah non-Islam, maka kebanyakan yang dijual produk non halal. Meski tak menutup kemungkinan ada juga resto atau tempat makan penjual masakan halal.

Bagi kamu yang suka nonton drama Korea, pasti pernah ngiler saat tokoh dalam cerita menikmati makanan atau jajanan khas Korea Selatan.

Namun tahu kah kamu kalo hidangan yang nampak lezat itu belum tentu halal. Jadi saat kamu sedang berada di Korea Selatan, pastikan mencari makanan Korea halal. Kamu harus tahu bahan makanan yang digunakan dalam hidangan yang kamu pilih tidak mengandung daging babi atau alkohol.

Namun kamu nggak perlu khawatir karena kamu bisa dapat daftar lengkapnya pada artikel kali ini. Mulai dari jajanan khas Korea Selatan sampai menu berat yang bikin perut kenyang.

Daftar Makanan Halal di Restoran Korea Selatan

Makanan atau jajanan Korea yang halal dan sering tampil dalam drama Korea, sebagai berikut :

- KIMBAP

theasianslice.com

Jajanan yang satu ini tentu sudah tak asing lagi bagi lidah orang Indonesia. Jenis Makanan Korea yang terdiri dari nasi yang dibungkus dengan rumput laut ini populer sebagai menu bekal sekolah atau piknik. Gimbap juga cocok dijadikan menu makanan untuk dijadikan bekal aktivitas di luar ruangan seperti hiking.

- Bibimbap

Picture pixabay by @nikluv

Makanan korea yang halal selanjutnya yakni Bibimbap. Hidangan Ini berupa nasi putih dengan lauk sayur serta daging dan telur. Selain itu ada juga saus pedas gochujang yang menambah cita rasa dalam makanan ini.

- ODENG / Fishcake soup 

Odeng merupakan makanan berkuah yang berisi fishcake khas negeri ginseng. Rasanya yang pedas, gurih, dan menghangatkan perut membuat odeng banyak diminati ketika mendekati musim dingin ataupun hujan. 

Potongan fishcake yang lembut seperti tahu ini bahannya diibuat dari berbagai macam. Ada yang dibuat dari kulit kembang tahu dan diisi bahan protein. Ada juga yang bahannya mengandalkan telur dan sayuran serta bumbu yang diaduk menjadi adonan dan dicetak. Cara makannya dicocol saus kecap asin dengan potongan cabe. Atau bisa juga dibuatkan kuah yang segar.

https://asktheman.xyz/

- Tteokbokki

Kamu pasti udah paham dengan tteokbokki, bahkan udah sering jajan atupun bikin sendiri di dapur rumah. Tteokbokki memang udah banyak yang dijual dalam bentuk kemasan instan di supermarket ataupun minimarket.

tteokbokki
islamictubeuk.com


Tteokbokki dilihat dari segi bahannya makanan ini tersusun dari garaetteok, pasta cabai korea, cabai bubuk korea, dan gula. Selain itu juga ada bawang bombay, daun bawang, fish cake dan wortel. Dari segi bahan terdapat makanan yang cukup asing yakni garaetteok. 

Lalu haramkah bahan makanan ini? Jawabnya tidak, sebab makanan ini berasal dari beras yang diolah mirip dengan punten bila di Indonesia, bedanya bentuknya bulat. Oia tentang punten nanti saya buatkan artikel tersendiri ya. Garaetteok adalah salah satu variasi dari tteok atau kue beras Korea, dibentuk menjadi bentuk silinder putih panjang.
 

- Jajangmyeon

Jajangmyeon tergolong makanan halal yang recommended untuk dicoba. Kalo saya lihat di Drakor itu, beberapa ada yang nayangin tokoh utama atau pembantu menikmati mie dengan saus berwarna hitam. Rupanya Saus hitam itu terbuat dari kacang kedelai hitam yang sangat terkenal di Korea. 

https://www.gastrotourseoul.com/korean-jajangmyeon-noodles/

Tekstur mie yang digunakan untuk jenis makanan jajangmyeon terlihat kenyal. Mie ini kemudian disiram pasta kacang hitam untuk memberikan perpaduan rasa yang manis dan gurih. Eh ini sih kata si mbak youtuber itu ya.

- Japchae



Bahan yang digunakan mirip jajangmyeon, yaitu bihum atau soun yang dimasak bersama isian sayuran dan protein. Bahan pembuatan soun goreng ini adalah minyak sayur, bawang putih, daging sapi cincang, wijen, bawang bombay, wortel, paprika, daun kucai, dan jamur kuping. Kalo dari penggunaan bumbu yang terdiri dari bahan yang familiar seperti kecap, garam dan sejenisnya, udah umum dipakai di Indonesia.

Restoran Halal di Korea Selatan

Sudah ngomongin makanan halal ala drama Korea meski nggak banyak. Karena saya juga sebatas nonton channel salah satu YouTubers Indonesia yang tinggal di Korea Selatan. Nggak lengkap ya kalo nggak saya tuliskan juga di mana kamu bisa mendapatkan makanan halal saat di Korea Selatan.

Berikut ini beberapa restoran atau tempat makan yang bisa kamu kunjungi :

1. DONG MUN

Nami Island adalah salah satu tempat wisata yang harus dikunjungi, terutama pada musim gugur untuk menikmati pemandangan cantik ketika daun-daun berguguran. 

Namun tahukah jika kamu sedang berada di Nami Island, terdapat sebuah restoran yang menyediakan makanan khas korea yang halal? Dong Mun adalah restoran bersertifikasi halal yang terletak di Nami Island. Restoran ini menjual berbagai macam masakan Asia mulai dari makanan Vietnam, Thailand, China dan tentunya juga makanan Korea yang halal. Seperti Bibimbab, jajangmyeon dan bulgogi.

Ini adalah tempat yang tepat bagi kamu bisa menikmati makanan khas Korea tersebut setelah seharian mengelilingi Nami Island yang indah. Untuk jam operasional, restoran ini buka pada pukul 10 pagi sampai 7 malam (hari kerja dan musim dingin) dan pada pukul 10 pagi sampai 8 malam (akhir pekan dan saat bukan musim dingin). Untuk harga makanan biasanya dibandrol dengan harga KRW 10.000 sampai KRW 12.000 per porsi.

Lokasi: 1 Namisum-gil, Namsan-myeon, Chun-cheon-si, Gang-won-do.

2. EID – 이드 Halal Korean Food

Jika memikirkan tentang restoran halal di Seoul, EID pasti jadi salah satu yang akan terpikirkan pertama kali. Berlokasi tak jauh dari Seoul Central Mosque, restoran ini dikelola oleh keluarga Muslim Korea dan merupakan restoran favorit di kalangan traveler Muslim dari seluruh dunia. Kamu bisa mencoba beragam makanan khas Korea di sini seperti bibimbap dan bulgogi, tentu saja lengkap dengan banchan-nya!

Alamat: 
67 Usadan-ro 10-gil, Hannam-dong, Yongsan-gu, Seoul

Cara ke sana: Gunakan subway ke Itaewon Station. Keluar dari Exit 3, lanjutkan dengan berjalan kaki selama sekitar 10 menit.
Jam buka: 11.30-21.00 (Selasa libur)

3. Yang Good BBQ

Ke Korea Selatan katanya nggak boleh pulang kalo belum kulineran BBQ. Ada restoran BBQ halal di Seoul dan kamu bisa mengunjungi Yang Good BBQ. Lokasinya tak jauh dari Gangnam yang terkenal itu. Nah mereka itu menggunakan daging bersertifikat halal yang diimpor dari Australia. 

Salah satu menu yang populer di Yang Good BBQ adalah daging domba mereka yang disajikan dengan bumbu spesial yang lezat. Jadi nggak heran kalo Yang Good BBQ menjadi salah satu restoran halal di Seoul yang paling populer. Perlu diketahui karena restoran ini juga populer di kalangan penduduk lokal. Jadi seperti kebiasaan yang udah mendarah daging, mereka tetap menyajikan minuman alkohol.

Cara ke sana: Gunakan subway ke Eonju Station (Exit 8) atau Gangnam Station (Exit 12). Lanjutkan dengan berjalan kaki selama sekitar 10 menit.
Jam buka: 16.00 - 23.00 (Minggu libur)

Sekian info seputar makanan halal yang ada di Korea Selatan. Saya menuliskan artikel ini sambil ngiler. Akhirnya besoknya nyari minimarket penjual odeng dan tteokbokki, dua jajanan yang udah dua kali saya nyicipi, hahahaa. Artikel ini terinspirasi dari tulisan mbak Maria Tanjung yang juga Blogger Surabaya. Semoga bermanfaat ya, wassalamualaikum.

Sumber materi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Garaetteok
https://islamictubeuk.com/makanan-korea-halal-analisis-bahan-dan-cara-pembuatannya/
https://www.klook.com/id/blog/restoran-halal-terpopuler-di-seoul/
Reading Time:

Sabtu, 06 Juli 2024

Break The Silence: 23 Tahun Hidup Bersama Pasangan Pengidap NPD
Juli 06, 2024 31 Comments

Break The Silence: 23 Tahun Hidup Bersama Pasangan Pengidap NPD


Assalamualaikum Sahabat. Kalian pernah mendengar atau membaca tentang NPD? NPD (Narcissistic Personality Disorder)  saat ini marak jadi perbincangan di berbagai sosial media. Bahkan beberapa perdebatan kecil pun sempat viral di Twitter dan Tiktok. Dua sosmed yang menjadi tempat curhat gen Z. Dari berbagai komentar yang saya baca, banyak yang ngaku-ngaku menderita NPD. Entah mereka sudah menjalani konsultasi dengan ahlinya atau sekadar self diagnosis.



picture taken by Ranny Afandy


Beberapa waktu yang lalu saya hadir dalam #KEBIntimate dengan tema #BreakTheSilence: 23 Years of Narcissistic Abuse Survivor. Kampanye Broken but Unbroken yang diinisiasi KEB (Kumpulan Emak Blogger) dan Cognitocomms bertujuan untuk mengedukasi perempuan tentang gangguan mental NPD di 8 kota besar di Indonesia. Semarang menjadi kota ketiga setelah Jakarta dan Bandung.  


Menghadirkan NPD Survivor yaitu Mbak Kartika Soeminar yang selama 23 tahun menikah dengan pasangan hidup pelaku Abuse NPD. Perempuan asal Surabaya yang tinggal di Ubud, Bali ini memiliki seorang putri dari pernikahannya dengan seorang WNA.


Hadir juga Ibu Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si yang dikenal juga sebagai psikolog senior di kota Semarang. Ibu Probo juga menjabat sebagai Kepala Humas Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang.


Emak Blogger Semarang
Picture taken by Ranny Affandy

Cerita Kartika Soeminar Yang Menjalani Hidup Selama 23 Tahun bersama Abuse NPD

Sebelum Mbak Kartika menuturkan kisah hidupnya, ada video yang memperlihatkan sepenggal kesulitan yang dialaminya. Durasi video yang hanya beberapa menit mungkin tak mampu menggambarkan kesulitan Mba Kartika sepanjang 23 tahun hidup bersama pelaku Abuse NPD. Namun yang hanya sedikit ini telah mengusik hati dan pikiran saya, betapa mengerikan hidup bersama pengidap NPD.

NPD ternyata bisa dikategorikan salah satu penyakit kejiwaan. Salah satu ciri utama penderita NPD adalah level narsistik yang berlebihan. Pengidap NPD sering memiliki sifat superior, haus dengan pujian, merasa paling benar dan tidak punya empati terhadap lingkungan sekitar. Mereka pada umumnya tidak menyadari adanya gangguan mental pada dirinya saking level narsistik yang ekstrem ini.


Dari penggambaran ciri pengidap NPD, orang yang berada di sekitarnya bisa jadi adalah korban yang tak sadar dengan kondisi tersebut. Atau mungkin menyadari namun tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk terlepas dari perlakuan buruk tersebut.

Begitu pula yang dialami oleh Mbak Kartika yang merasakan pergulatan batin akibat perlakuan pengidap NPD yang tak lain adalah pasangan hidupnya. Awalnya perlakuan love bombing diterimanya. Yaitu pujian dan kalimat romantis, hujan hadiah hingga dirinya jatuh cinta hingga tak menyadari perubahan sikap pasangannya. Love bombing menjadi gaslighting, mulai memanipulasi setiap kalimat yang diucapkan. Tak ada lagi pujian atau kalimat romantis. 


Pernikahannya dalam waktu satu tahun telah berubah, sikap pasangan hidupnya menjadi manipulatif. Semua yang diucapkan mbak Kartika menjadi sebuah masalah. Semula dirinya menganggap suaminya akan berubah. Namun pengidap NPD itu tak bisa berubah kecuali yang bersangkutan yang mau mengubah sikapnya.


Mbak Kartika menyebut kondisi yang dihadapinya sebuah dilema. Padahal dia adalah pencari nafkah tunggal karena sang suami tidak bekerja. Mereka memiliki seorang anak, namun semua kebutuhan rumah tangga menjadi tanggung jawab mbak Kartika.


Saat semua perkataan suaminya merendahkan dirinya, dia hanya mampu diam. Bahkan saat di luar rumah dia masih mampu tersenyum karena tak ingin mengumbar masalah pernikahannya. Namun dia mulai mencari informasi seputar sikap sang suami dari sosial media. Dari buku yang dibacanya, juga sosial media seperti Tiktok, youtube, ciri-ciri seorang mental abuse NPD ada pada suaminya. 


Kesadarannya mulai bangkit saat mbak Kartika berani membuka diri pada seorang teman sekaligus juga psikolog. Saat itu mbak Kartika curhat sebagai teman, dan menuturkan semua yang dialaminya. Dia juga mulai berani mengajukan gugatan cerai karena menurutnya sikap suaminya tak mungkin mampu diubahnya.


Masalah muncul kemudian karena sang suami bersikap playing monkey. Setiap Kartika mengingatkan kalau suaminya ngomong A, suaminya berdalih memutarbalikkan menjadi B. Sampai-sampai Kartika ingin merekam setiap suaminya ngomong agar tak bisa berdalih. Namun suaminya akan menjelekkan bahkan memfitnah. Kartika difitnah kalo dirinya sengaja minta cerai dengan tujuan mantan suami dideportasi dari Indonesia.


Selain playing monkey, suaminya bahkan juga melakukan smear campaign. Yaitu dengan menyebar berita bohong pada kenalannya yang ada dalam circle pergaulan mereka kalo Kartika orang yang jahat. Kartika difitnah sengaja merencanakannya sejak lama untuk merugikan nama baik dan bisnisnya. 


Momen penting yang menyadarkan Kartika adalah saat dia merasa sakit-sakitan namun saat ke dokter dan diperiksa, tak ada masalah kesehatan fisik. Dokter justru nanya, Kartika punya masalah apa, karena tidak sakit namun BB nya terus turun hingga 9 kg. 


Kartika saat mulai konsultasi dengan temannya, juga mengiringinya dengan olahraga. Dia juga menyembuhkan diri dengan melakukan journaling, mencurahkan isi hatinya baik itu kesal, marah, sedih, dan emosi lainnya.


Melihat betapa banyaknya perempuan menjadi korban pelaku abuse NPD, menyadarkan Kartika pentingnya berbagi pengalamannya. Dia berniat menulis buku dan mulai membuka tulisannya saat melakukan journaling. Sementara kepada putrinya, Kartika menjelaskan kalo ibunya ingin bahagia menapaki usia untuk masa depan mereka. 


Kenali Pengidap NPD Bersama Dra. Probowatie Tjondronegoro, M.Si

Ibu Probo adalah psikolog yang dekat dengan wartawan, terlihat candaan beliau saat akan memulai sesi sharing siang itu. Beberapa dari wartawan menimpali ucapan ibu Probo yang memang mampu menerbitkan tawa kecil kami yang hadir dalam #KEBIntimate.

Menurut Ibu Probo, Narcissistic Personality Disorder adalah gangguan kepribadian di mana individu memiliki perasaan berlebihan tentang pentingnya diri sendiri. Mereka membutuhkan perhatian dan kekaguman berlebihan, kurang empati terhadap orang lain. Hal ini disebabkan karena pola asuh di masa kecil yang terlalu sering mendapat pujian.

Ibu Probo menyebutkan gejala dan ciri-ciri NPD agar kalian bisa menghindari orang-orang yang mengidap NPD. Di antaranya adalah :

  • Perasaan grandiositas, merasa diri sangat penting dan superior dibandingkan orang lain. Mereka adalah orang yang memiliki harga diri tinggi dan menganggap orang yang berbakat, berpengaruh, dan sangat dibutuhkan orang lain.

  • Kebutuhan konstan akan pujian

  • Keyakinan bahwa mereka istimewa dan unik

  • Eksploitasi interpersonal

  • Kurangnya empati

  • Iri terhadap orang lain atau percaya bahwa orang lain iri pada mereka

  • Perilaku arogan dan sombong

Orang yang memiliki gangguan NPD memiliki kombinasi faktor genetik, biologis, dan lingkungan. Mereka memiliki pengalaman masa kecil yang salah, seperti pola asuh yang terlalu memanjakan atau terlalu kritis. Semua keinginannya selalu dipenuhi dan tidak pernah mengalami penolakan atau penundaan untuk pemenuhan keinginannya. Hal ini menyebabkan seorang NPD menganggap dirinya tidak pernah salah.


Saat ini di media sosial ada banyak orang yang menuliskan status kalo dirinya mengidap NPD. Mereka merasa dirinya narsis karena suka mengunggah foto di sosial media. 


Padahal jelas beda banget narsis dan narsistik ekstrem hingga menjurus NPD. Untuk menganggap seorang NPD harus melalui proses konsultasi dengan ahlinya, mendatangi psikolog misalnya. Ibu Probo menjelaskan gimana mendeteksi NPD, yaitu melalui evaluasi psikologis dan kriteria DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, fifth Edition). Yaitu dengan mengidentifikasi pola jangka panjang dari perilaku narsistik dan kesulitan interpersonalnya masing-masing.


Tidak setiap orang dengan gangguan narsistik bisa langsung dikenali. Harus ada tahapan yang dilakukan dengan proses seperti :


• Psikoterapi: Terapi kognitif-perilaku, terapi psikodinamik. Hippotherapy. Terapi oleh psikolog bisa dengan memberikan pelukan, kadang-kadang penderita ada yang sampai histeris meski belum sempat bercerita. Dan ini bisa diredakan dengan pelukan.


• Obat-obatan: Tidak ada obat khusus untuk NPD, terapi obat untuk gejala terkait (seperti depresi atau kecemasan) bisa digunakan bagi penderita.



Dan banyak loh orang yang tak menyadari atau mengakui kalau dirinya memiliki masalah. Mereka kesulitan dalam membentuk hubungan terapeutik yang sehat. 


Ibu Probo memberikan 5 langkap psikologis bagi kalian untuk menghadapi orang dengan gangguan NPD :


1. Menerapkan Batasan

Yaitu dengan menerapkan batasan, memperkuat diri sendiri dengan tidak terlalu memperhatikan perlakuan pengidap NPD. Bersikap apatis atau cuek, mengurangi interaksi dan komunikasi.


2. Afirmasi Positif

Menstimulasi energi positif pada diri sendiri setiap hari, dengan mengucapkan kata-kata yang bisa menguatkan mental. Seperti,"saya semakin kuat, saya bisa menghadapi semua". 


3. Journaling

Bu Probo mengajarkan untuk mengambil secarik kertas, bebas, boleh kwitansi atau bon belanjaan, tuliskan isi hati kalian. Luapkan emosi terhadap orang NPD. Kemudian robek kecil-kecil dan buang. Terapi ini efektif meluapkan rasa kesal dalam diri kita yang merasa tersakiti.


4. Pendekatan Spiritual

Dekatkan diri pada tuhan, tingkatkan ibadah, dan memohon diberikan kekuatan mental dan kesehatan jasmani agar mampu berhadapan dengan pengidap NPD.


5. Konsultasi dengan ahli

Temui dan konsultasikan kesehatan mental kalian, sekaligus cari tahu tentang cara menghadapi orang NPD pada ahli jiwa.


picture taken by Uniek Kaswarganti


Acaranya seru dan bergizi dengan inspirasi dari dua pembicara, cukup membuka mata saya tentang NPD. Saya pernah punya pengalaman menghadapi orang yang toksik, dan memang salah satu caranya adalah meninggalkannya. Butuh kekuatan mental, doa yang tak berkesudahan, bahkan pernah saya tuliskan di blog ini juga, untuk menyembuhkan hati yang tersakiti.


Terima kasih pada Mbak Kartika Soeminar, semoga penerbitan bukunya lancar, sukses untuk semua langkahnya, dan sehat selalu. Saya setuju dengan kalimat penutup beliau, jangan pernah memprioritaskan kebahagiaan orang lain. Karena kebahagiaan kita lebih penting untuk mental health kita. Kalo dirinya sehat tandanya dia bahagia.


Dari Ibu Probo ada kalimat penutup, bahagia itu kita ciptakan, cintailah apa yang kita lakukan, jangan berharap orang memahami kita, jangan berbuat orang senang dengan kita. Namun  berbuatlah sesuai norma. Kita bisa membahagiakan orang tapi belum tentu orang tersebut akan membahagiakan kita.


Sesi terakhir adalah senam 5 jari untuk memulihkan diri dari kesedihan, menjadi semangat dan sehat. Ibu Probo menyarankan agar peserta melakukan senam 5 jari ini setiap pagi sehabis bangun tidur agar semangat memulai hari. 


Sekian cerita #KEBIntimate session 3 with Kartika Soeminar di Kota Semarang. Semoga kalian yang membaca bisa mengambil manfaatnya. Wassalamualaikum.

Reading Time: