Assalamualaikum Sahabat. Pasti banyak yang mengira saya penyuka tanaman hias baru-baru ini aja. Terutama yang baru berteman dan melihat foto-foto tanaman hias di akun sosial media saya, yang lumayan sering setelah pandemi. Kalo post foto memang sejak pandemi menjadi sering saya lakukan. Namun jauh sebelum pandemi pun saya udah pernah post foto di Instagram maupun Facebook.
Namun memang sejak pandemi koleksi tanaman saya makin banyak. Bisa jadi karena kebanyakan di rumah, nggak bisa jalan-jalan, jadi perhatian tercurah ke koleksi tanaman. Karena merawat tanaman udah jadi habit sejak lama.
Koleksi tanaman Sebelum pandemi |
Sebelumya saya udah pernah menuliskan koleksi tanaman buah atau warung hidup yang ada di teras sempit rumah. Lumayan banget, saya bisa memetik kangkung, bayam, cabe, daun salam, jeruk dan daun bawang untuk kebutuhan dapur. Nggak banyak yang dipetik tapi cukup untuk kebutuhan dapur. Namun untuk cabe, jeruk limau, dan daun jeruk, ada beberapa tetangga ikut menikmati. Sedekah bisa dari tanaman yang ada di rumah ya.
Silahkan baca : Menyiasati Tanaman di Rumah Hadap Barat
Kali ini saya ingin menuturkan tentang koleksi tanaman hias yang ada di rumah. Dan sebenarnya enggak banyak koleksi tanaman hias saya. Jauh banget jenis dan jumlahnya dibanding tahun 2008 saat masih tinggal di rumah lama. Karena di sana ada lahan yang lumayan untuk meletakkan tanaman koleksi. Jadi saya punya tanaman hias daun mapun bunga, seperti anggrek dan adenium.
Di rumah yang sekarang saya ada beberapa jenis aglonema, sri rejeki, anthurium, sirih-sirihan, sukulen, dan philo. Ada juga sih monstera tapi kali ini yang ingin saya bahas adalah koleksi tanaman hias harga murah.
Mengapa Suka Koleksi Tanaman Hias?
Sepertinya kecintaan saya pada tanaman dimulai dari bantu Bapak nyiram tanaman saat masih usia sekolah. Kemudian bertambah ketika saya menikah dan menempati rumah bersama suami. Apalagi di rumah pertama kami tersedia lahan yang cukup luas.
Meski saat itu masih kerja, saya selalu menanti hari Sabtu dan Minggu. Hari ketika saya memiliki waktu lebih untuk ngurus tanaman dengan lebih intens. Kesukaan saya bertambah manakala tetangga juga memiliki hobi yang sama. Nyaris sebagian besar warga di RT tempat saya tinggal suka berkebun. Dan kami suka saling tukar tanaman koleksi yang berlebih. Asik kaaan, koleksi tanaman di rumah jadi nambah tanpa beli.
Ketika booming gelombang cinta, saya terkena imbas positif nya. Karena mengoleksi tanaman gelcin dan berhasil menuai benih hingga membesarkan anakannya. Jadi kalo dihitung saya mampu menangguk rejeki dari gelombang cinta lebih dari 20 jutaan. Ini hasil penjualan indukan seharga 15 juta yang awalnya saya beli hanya seharga 13 ribu. Tapi saya merawat selama 3 tahunan. Dan sisa penghasilan dari anakannya yang sangat banyak.
Silahkan baca : Hobi Berkebun Menghasilkan Duit
Hingga suatu hari saya dan keluarga mesti pindah rumah, mendekati orang tua yang sebelumnya mondar mandir ke rumah. Kasihan karena udah tua mending kami memilih beli rumah di dekat rumah mereka.
Di sini rumahnya separo dari rumah lama. Terasnya cukup untuk naruh pot tanaman, parkir motor dan mobil. Tapi hobi saya nanam tanaman nggak seleluasa saat di rumah pertama. Jadi koleksi tanaman sengaja saya bagi dari pada gak ada tempat naruh di teras rumah. Dan saya hanya memiliki koleksi tanaman buah di pot, aglonema, dan philo. Oiya ada satu anthurium gelombang cinta dan jemani.
Suatu hari saat pandemi yang memaksa semua orang untuk di rumah aja. Saya yang terbiasa ikut suami ke tempat kerja, nemenin belanja kebutuhan proyek, dan jalan-jalan, mendadak diam di rumah. Saya enggak biasa nganggur sedari muda. Pengennya melakukan sesuatu yang bermanfaat.
"Ya udah bikin rajutan lagi," saran suami.
"Bikin pizza aja, Buk," ini sih saran anak-anak.
Dan berhamburan pesan dan saran agar saya nonton Drakor, baca buku, jualan online, de el el.
Uhhhh malas banget lah. Karena kegiatan itu semua udah saya lakukan kecuali nonton drakor. Ada sih nonton drakor tema thriller. Tapi begitu selesai ya udah, saya nganggur lagi.
Hingga suatu hari, suami ngajak saya ikut ke tempat proyek nya di kawasan Ambarawa.
"Tumben ngajakin, biasanya disuruh di rumah terus,"
Ya, sejak pandemi saya memang memilih di rumah aja. Kayaknya suami kasihan melihat saya terkurung di rumah. Padahal saya enjoy aja di rumah. Meski kadang nganggur karena saat itu barengan dengan tangan yang cedera otot jempol akibat angkat pot. Saya suka mengisi waktu nganggur dengan mindahin pot dan itu hampir seminggu dua atau tiga kali. Dan cedera itu bikin saya harus mengistirahatkan tangan. Dari bersihin rumah, masak, nyuci, semua dilakukan oleh saudara yang bantuin nyetrika selama ini. Tahu kan efeknya bikin saya banyakan bengong dibanding sibuk ngurus rumah dan keluarga.
Ah kembali ke cerita tadi ya.
Suami cerita kalo sengaja ngajak saya karena tahu bakal di lokasi proyek istrinya ini pasti hepi. Ah mana bisa? Lokasi proyek tuh biasanya panas, banyak material yang rawan bikin cedera. Masa suami ngajak saya ketika tangan masih sakit?
"Nanti kamu pasti suka, karena dekat lokasi proyek, ada toko jualan tanaman."
Jawaban suami ini bikin saya mendadak semangat. Setelah bertanya kebenaran cerita suami, saya segera ganti pakaian. Sambil nyanyi nyanyi karena senang bisa keluar rumah meski deket jaraknya.
Koleksi Tanaman Hias Nggak Harus Mahal
Singkat cerita setibanya di proyek, suami menunjukkan tempat orang jualan tanaman.
"Udah sana lihat tanaman,"
Saya bengong dong melihat beberapa kios tanaman yang seakan melambai-lambai agar segera kesana.
"Ahhh... Kalo pengen boleh beli?"
Suami mengangguk. Horeee, teriak saya kayak anak kecil diijinkan jajan, hahahaa.
Suami tahu saya cinta banget merawat tanaman. Beberapa kali saat jalan-jalan di tempat wisata dan terdapat kios penjual tanaman, saya kadang belanja tanaman.
Jadi saat di Ambarawa itu, suami ngurus proyek nya, sementara saya window shopping di kios tanaman. Siapa tahu ada tanaman yang menarik untuk diadopsi. Dan yang bikin saya semangat adalah harga tanaman yang dijual termasuk murah. Pas banget deh dengan hobi merawat tanaman sekarang ini, yaitu pilih yang murah. Alasannya adalah karena rumah yang sekarang, saya hanya bisa meletakkan tanaman di teras depan. Beda di rumah lama dulu, saya bisa meletakkan tanaman di teras belakang. Kalo beli tanaman mahal takutnya hilang dicuri, wkwkwkk.
Saya selalu merasa berada di surga kecil tiap kali bertemu kios penjual tanaman dengan harga murah. Udah lupa deh kalo di rumah saya punya tanaman cukup banyak. Tiba-tiba saya udah mengumpulkan beberapa jenis tanaman dan membayar di ibu penjual, qiqiqiii.
Kebanyakan di rumah juga bikin saya doyan belanja online. Awalnya belanja wajan, dandang untuk kukus siomay atau pisang (langseng). Eh lama-kelamaan belanja tanaman juga.
Dari bulan Mei hingga September 2020 (selama pandemi), ada 11 kali belanja tanaman. Saya memilih belanja tanaman online karena dua alasan.
- Harus di Rumah Aja
- Harga tanaman di toko offline sejak pandemi melambung, tapi di toko online harga tetap
Untuk keaslian tanaman, kualitas nya, dan ukuran atau usia tanaman bisa dicek di kolom review masing-masing toko online. Jadi tips sukses belanja tanaman online memang harus mau telaten baca review nya.
Akhirnya suami bikin rak untuk naruh tanaman saya yg makin banyak 😍 |
Berikut ini beberapa tanaman yang saya beli selama pandemi dengan harga di bawah 50 ribu rupiah.
- Sri Rejeki atau Diven
Saya beli dari harga 10 ribu - 30 ribuan. Yang harganya 30 ribu udah ada anakan berjumlah 2 sampai 3 batang.
- Philodendron
Banyak jenis Philo yang ada di pasaran. Saya hanya punya yang harganya murah. Ada Philo lemon, black cardinal, dan yang paling murah adalah philo burle mark.
Philo burke Marks Perawatan gampang, harga murah |
Tanaman ini saya beli dalam kisaran harga 15 - 25ribuan. Saya hanya beli satu tanaman, tapi suka mencacah agar jadi banyak.
- Photos atau keluarga Sirih
Tanaman sirih ini juga saya beli dengan harga 10 ribu. Tadinya cuma satu pot. Kemudian saya potong dan jadi 5 pot. Sekarang udah berkembang jadi 9 pot dan rimbun daunnya.
Selain itu ada sirih Brazil, sirih badak, yang udah saya pecah atau potong dan saya bagikan ke adik dan sepupu.
Sirih Brazil |
- Monstera Adansoni
Banyak yang menyebut tanaman ini janda bolong. Mungkin diterjemahkan dari nama aslinya yaitu Rondo Bolong. Katanya berasal dari pengucapan ron do bolong atau artinya daun yang bolong atau berlubang.
Saya beli tanaman ini seharga 13 ribu rupiah. Sudah saya pecah dan dibagikan ke adik dan sepupu.
- Caladium
Nah ini ada yang saya miliki dari ngambil di pinggir jalan di tengah hutan. Yang warnanya pink dan ada totol-totol putih nya.
Namun yang lainnya ada yang dikasih saudara. Ada juga yang beli dari harga 10-15 ribuan.
Tanaman nggak harus punya dan beli dengan harga mahal. Sayang duitnya terlebih bila kalian masih terbilang baru terjun menjadi kolektor tanaman hias. Beli tanaman yang harganya murah. Kemudian pelajari cara merawat dan mengembangkan nya, kalo berhasil bisa naik kelas dengan beli tanaman yang lebih mahal.
Nah ini bisa jadi solusi juga bagi kalian yang ingin mengoleksi tanaman tapi sayang kalo harganya mahal. Takut nanti tanamannya mati.
Tanaman hias dengan harga murah juga nampak menarik bila kita pintar merawatnya. Bukankah memiliki tanaman hias adalah untuk menghibur hati? Kalo beli tanaman dan kemudian mati, malah bikin hati sebal, buat apa koleksi tanaman harga mahal? Wassalamu'alaikum.