Earth Day, Sembuhkan Bumi Dengan Berkebun Meski di Lahan Sempit - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 21 April 2020

Earth Day, Sembuhkan Bumi Dengan Berkebun Meski di Lahan Sempit

Sembuhkan Bumi Dengan Berkebun di Lahan Sempit



Assalamualaikum Sahabat. Saat sudah satu bulan lebih di rumah aja, apa yang sudah kalian lakukan? Saya sempat bertanya di grup WA salah satu alumni sekolah. Rata-rata jawabnya adalah masak untuk keluarga, bikin cemilan, hingga jahit bajuk.

Ya karena saya dan teman-teman di grup ini udah berusia lolita a.k.a lima puluh tahun lebih, tentu aja udah nggak ada yang direpoti anak kecil. Anak kami rata-rata udah usia SMA atau bahkan udah kerja seperti anak saya yang sulung.

Tapi ada juga yang mengisi waktu di rumah aja dengan bikin kebun dadakan. Iya mereka menyebut kebun nya mendadak dibuat karena mengingat pandemi dan susahnya belanja karena diberlakukannya PSBB atau lockdown. Teman saya ini tinggal di Bekasi dan sebagian Jakarta, juga Bogor. 

Selama ini mereka masih bekerja di kantor, atau sibuk mengejar pesawat karena dinas luar, dan meeting dengan klien. Karena faktor keamanan, mereka memilih untuk work from home. 


Sejarah Hari Bumi (Earth Day)

Awal mula Hari Bumi pertama kali dikenal pada tahun 1970. Sebelumnya gagasan Hari Bumi Sedunia atau Earth Day muncul tahun 1960 dari sebagian elemen masyarakat di Amerika Serikat. Mereka baru menyadari pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi.



Dari Wikipedia dicatat sejarah Hari Bumi Sedunia dicanangkan oleh senator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga berprofesi sebagai seorang pengajar lingkungan hidup. Nah tanggal 22 April dipilih karena berbarengan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi Utara) dan musim gugur di belahan Bumi Selatan.

Salah satu yang mendasari pencanangan Hari Bumi adalah kasus tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada tahun 1969. Gaylord Nelson juga memusatkan perhatian pada masalah lingkungan hidup yang mengusik kelestarian planet yang berimbas pada kesehatan manusia umumnya.

Dan tahun ini Hari Bumi Sedunia tepat 50 tahun, yang akan diperingati oleh lebih dari 175 negara. 


Bagaimana Cara Ikut Berpartisipasi Pada Hari Bumi :



- Minimal menanam satu pohon untuk  mengurangi polusi

- Mengurangi pemakaian plastik sekali pakai
Misalnya dengan membawa tas belanja sendiri, tidak menggunakan sedotan plastik, membawa tumbler, membawa wadah bekal dari rumah, sangat lah dianjurkan.

- Menghemat listrik dengan mematikan lampu saat malam hari di ruangan yang tidak digunakan.

- Menghemat air dengan menutup kran saat tidak digunakan, terutama kalo sikat gigi.

- Menggunakan wadah plastik bekas untuk tempat menanam. Saya biasanya menggunakan gelas bekar air mineral untuk menyemai benih cabe. Nanti kalo udah tumbuh sekitar 5 cm baru dipindahkan ke pot yang agak lebih besar.




Semangat Berkebun Meski di Lahan Sempit

Saya pernah bercerita ketika masih tinggal di kawasan Pedurungan, dengan sisa lahan yang cukup luas yaitu sekitar 60 meter persegi, bisa menanam segala jenis tanaman. Halaman belakang rumah rimbun dengan tanaman buah seperti mangga, kelengkeng, dan apel putsa. 

Anak-anak paling senang ketika tanaman mulai berbuah, bisa menikmati dengan tinggal memetik buahnya di kebun sendiri.

Selain tanaman buah, ada juga segala jenis tanaman hias dan bumbu dapur. Lahan sisa yang sengaja diperuntukkan memfasilitasi hobi saya berkebun, menjadi warung hidup. Karena ada tanaman cabe, jeruk nipis, jeruk limau, tomat, sawi hijau, yang bisa dinikmati tanpa harus membeli ke warung atau pasar.

Sedihnya adalah ketika rumah ini kami jual karena harus pindah mendekati rumah orang tua. Bukannya tidak suka merawat orang tua, saya sih alhamdulillah senang dan bersyukur diberi kesempatan menemani mereka di usia senja. Namun rumah yang sekarang ini separo luasnya dari rumah lama. Tentu saja rumah mentok depan dan belakang. Hanya ada teras seluas 3,5 x 8 meter yang digunakan untuk parkir mobil dan motor. 

Saya awalnya sedih loh, bingung mau naroh tanaman di sebelah mana? Seakan-akan hobi saya berkebun jadi terhenti mendadak. Dan di mata saya, rumah tanpa tanaman itu jadi terlihat gersang dan tidak menarik.

Namun senangnya waktu tukang yang merenovasi rumah, menyiapkan pagar depan rumah untuk meletakkan pot-pot tanaman. Saya tinggal taruh aja pot-pot tanaman berdasarkan mana yang kuat menahan sorotan sang surya. Karena kebetulan rumah yang saya tempati sekarang menghadap barat.
Sementara di atas selokan, ibuatkan tatakan dari cor semen dan pasir. Fungsinya adalah untuk meletakkan pot-pot yang masih tersisa dan tidak mendapat tempat di atas pagar. Di bagian ini saya sengaja meletakkan pot tanaman yang tahan panas. Seperti tanaman buah, cabe, dan tanaman hias lainnya. 


Koleksi tanaman buah saya beragam, dari sirsak, belimbing wuluh, jeruk nipis, jeruk limau, serta jeruk purut. Tanaman lainnya ada yodium, puring, cabe, pucuk merah, kemuning yang wangi, dan euphorbia.

Senang banget kalo pagi hari bisa menikmati minuman hangat dari jeruk nipis dan air panas. Jeruknya hasil memetik dari tanaman di dalam pot di depan rumah. Menghemat uang belanja jadinya.



Saat ini tanaman cabe mulai keluar bunganya, saya tinggal bersabar aja menanti panen cabe sebulan lagi. Alhamdulillah bisa menikmati aktivitas yang menyenangkan dengan berkebun di lahan kecil.


Mencintai Diri Dengan Menjaga Kesehatan Tubuh

Oiya, saya awal tahun 2020 sempat jatuh sakit. Sakitnya sepele dan ringan, tapi proses recovery lumayan lama sampai dua minggu lebih. Seperti biasa makan nggak teratur bikin gula darah drop. Kemudian kelelahan dan kurang tidur juga menyebabkan HB saya turun.

Kembali saya serasa ditampar dengan recovery yang lama ini. Iyaa... saya memang jadi malas makan. Mulut terasa pahit. Trus asupan nutrisi yang masuk cuma dari jus sayur dan buah aja. Namun ini udah cukup jadi nutrisi dari pada enggak ada makanan yang masuk sama sekali. 

Karena nggak mau berlama-lama rebahan di kasur, saya mulai memperbanyak makan buah yang bikin kenyang. Misalnya :

- Apel USA yang ketika dikunyah terasa segar dan kriyuuuk. Enak banget dengan kandungan airnya yang terasa asam dan manis. Seakan buah ini mampu membangkitkan selera makan yang sempat hilang saat sakit.

- Pear, buah ini juga favorit di rumah saya karena kandungan airnya yang berlimpah. Apalagi kalo tahu akan pergi keluar kota, saya selalu menyediakan Pear dalam wadah bekal. Niatnya untuk bekal di jalan.

- Jeruk Sunkist yang kesegarannya tak diragukan lagi. Hmmm, saya nulis ini dengan bayangan rasa Sunkist yang asam menyegarkan. Yup vitamin C yang ada dalam Sunkist tentu lah banyak ya. Ngapain repot beli vitamin dalam kemasan di apotek, kalo menikmati Sunkist bisa mendapatkan kesegaran alami.


Picture taken by Risa
Menjaga kesehatan tubuh saat pandemi Covid-19 sangat penting. Imunitas tubuh yang kuat akan mampu menjadi benteng pertahanan menahan virus masuk ke dalam tubuh. 

Nah, mengingat puasa Ramadhan yang sudah di depan mata, saya juga menyiapkan kurma untuk berbuka. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW, berbuka dengan yang manis dan secukupnya diartikan dengan makan 3 butir kurma dan minum seteguk air putih. 

Waktu belanja bulan lalu, saya sempat melirik kemasan kurma berwarna merah yang dipajang di bagian belakang kasir. Dan si sulung yang menemani belanja meminta saya untuk membeli kurma tersebut. 

Ternyata namanya Kurma Medjool dengan harga yang memang lebih mahal dibanding kurma biasa. Hanya bedanya kurma Medjool ini daging buahnya padat, empuk, dan rasanya manis seperti karamel.



Medjool merupakan sumber vitamin, mineral dan kalium yang merupakan serat larut makanan. Tidak hanya baik untuk tubuh tetapi juga bisa mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Yakin deh puasa kali ini saya bakal menyiapkan kurma Medjool sebagai syarat untuk membatalkan puasa saat buka. Apalagi anak-anak udah terlanjur suka dengan kurma Medjool.


Mimpi Bapak Kafi Kurnia Tentang Indonesia Yang Lebih Sehat

Bapak Kafi Kurnia adalah pakar pemasaran di Indonesia. Beliau menginisiasi berdirinya platform digital bernama Sembutopia. Selama ini Sembutopia concern mengajak masyarakat Indonesia untuk hidup sehat. Yaitu dengan mengkonsumsi makanan sehat, seperti rajin makan buah, sayur serta berolahraga. Sembutopia juga peduli terhadap kegiatan penyelamatan lingkungan.

Sembutopia hadir didasari oleh keprihatinan bahwa prestasi Indonesia dalam mengelola manajemen kesehatan masih tertinggal sangat jauh. Dalam laporan Human Development Report tahun 2016 yang diterbitkan oleh UNDP, disebut bahwa bidang kesehatan Indonesia berada di peringkat 113. Bandingkan dengan Singapore (peringkat nomer 5), Hongkong (peringkat nomer 12), dan Malaysia (peringkat 59).

Sembutopia merumuskan 5 pilar pokok untuk program edukasi dan motivasi, yaitu :
1. HOPE, dibutuhkan harapan untuk sembuh
2. HEAL, Juga upaya untuk penyembuhan
3. HABITAT, menciptakan lingkungan yang sehat
4. HEALTH, kondisi sehat yang optimum
5. HAPPINESS, tingkat kebahagiaan setelah pencapaian kondisi optimum

Saya masih mengingat pertemuan dengan Bapak Kafi ketika berkunjung ke Semarang. Katanya :"Orang Indonesia itu susah kalo diajak sehat. Tapi ketika sakit mereka menjadi sangat termotivasi untuk sembuh. Karena itu lahir lah SEMBUTOPIA."

Nah, selama pandemi virus Covid-19 ini terjadi penurunan produksi sampah. Mungkin karena banyak orang yang melakukan aktivitas di rumah aja, sehingga sampah di jalan jadi berkurang.

Bahkan dengan adanya pembatasan penggunaan kendaraan dan penutupan jalan, membuat langit terlihat biru. Alam seakan melakukan proses recovery juga. Udara di kota menjadi agak bersih. 

Yang bikin saya dan kalian pasti juga merasakan hal sama, masyarakat lebih rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan. 

Duhhh saya merinding loh nulis ini. Ketika ada pandemi, berbondong-bondong masyarakat menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri dan kebersihan lingkungan. Semoga ketika pandemi covid-19 telah berakhir, kebiasaan baik ini akan terus dilakukan. Wassalamualaikum Sahabat.


#sembutopia #rajinmakanbuah #stayhealthy #staysafe #ilovesunkist #inikurmamedjoolyangasli #thepowerfulblueberry #dirumahaja #earthday #earthday50 #earthday2020


Sumber Materi :
- Instagram Sembutopia
- loop.co.id/articles/sejarah-hari-bumi

39 komentar:

  1. Iya nih Mba Wati, padahal sebenernya sebelom pandemi pun harusnya memperhatikan kesehatan dan kebersihan lingkungan ya, mungkin sekarang udah pada sadar hiiii.

    Nah btw soal berkebun aku belom nih, tapi lagi dan udah denk dikit nanem yang ijo2 hahhahaaa..soalnya suka mati ajaaa nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Teh Nchie, pilih tanaman yang gampang dirawat aja biar tetap hidup. Kayak tanaman buah, atau tanaman hiasa daun misalnya

      Hapus
  2. Saat pandemi begini juga baik utk bercocok tanam ya. Minimal untuk bumbu dapur dan sayur mayur bisa diusahakan dari rumah sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Lyta, jadi nggak perlu bingung juga kalo mendadak harganya mahal atau langka di pasar

      Hapus
  3. asik baget ih berkebun gini tuu, aku sempet berkebun juga di depan rumah, semenjak ada hama ulat pohon alpuket punya tetangga jadi nggak lanjut lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sayang juga ya sampai ada hama ulat gitu, jadi nular biasanya

      Hapus
    2. mending, pohon jambuku depan rumah ditebang pak RT ga bilang2, gimna ga ngamuk coba.
      Fix ga bayar iuran RT ampe skarang hhaaaa

      Hapus
  4. aku punya teman yang suka berkebun juga mbak, dia suka panen dan dimasak buat konsumsi sehari2, jadi pengen ikutan berkebun juga hehehe

    BalasHapus
  5. wah, aku juga dong nanem cabe dan jeruk di rumah.. plus bunga2an juga.. ada kamboja, anggrek.. hihi..
    semoga bumi kita makin sehat yaa..
    selamat hari bumi :)

    BalasHapus
  6. Kreatif banget Mbak, manfaatin tempat tempat seperti pagar dan atas parit untuk berkebun. Duh, saya juga jadi kangen ngebon. Btw, kok sama kitaaaaa, akupun suka banget kurma hihihi.... Ini menjelang puasa, uda mulai banyak ya yang jual Mbak....

    BalasHapus
  7. Sedih bumi seperti sekarang, kena wabah. Mungkin ini akibat kita kurang merawat bumi dengan baik juga ya. Semoga dengan di rumah terus begini kita punya waktu untuk lebih memperhatikan sekitar supaya bumi jadi ramah lagi.

    BalasHapus
  8. Selalu ada hikmah ya dari setiap kejadian. Dengan adanya pandemi, manusia jadi makin menyayangi sesama, lebih peduli, bahkan menerapkan pola hidup sehat dan mencintai lingkungan yang asri.

    BalasHapus
  9. selamat hari bumi ya mba. btw di belakang rumah kami juga ada beberapa tanaman toga dan cabe mba, yang nanam mbak rewang saya. sebetulnya saya kepengen nanam lebih banyak tapi sayang ancaman tikus selalu datang wkwk

    BalasHapus
  10. meskipun lahannya sempit wajib terus untuk memelohara bumi seperti contontoh yang dilakukan kakak yah. berkebun ditempat atau lahan kecil tak ada masalah kok. pastilah tetap akan hasilnya yang kita nikmati

    BalasHapus
  11. waaaaah aku juga lagi berkebun di halaman belakang rumah nih maaaak.. hihi. Seneng sekarang liat ijo ijo, alhamdulillah kalo bisa bermanfaat untuk bumi jugaaaa.. ikut happy. hihi

    BalasHapus
  12. Aku gagal nih mau berkebun di Jakarta, padahal sudah bela-belain untuk bawa tanaman hidroponik dari rumah orang tua. Ndilalah saya memang ngga bakat karena tanamannya mati.

    COVID 19 ini memang ada berkahnya juga, kita jadi lebih memerhatikan kesehatan dan kebersihan meski saya akui sih sampah yang dihasilkan jadi lebih banyak karena di rumah terus.

    BalasHapus
  13. Saya nggak pernah sukses untuk bertanam. Selalu saja mati apa yang saya tanam. Tapi memang menyenangkan kalau pas berhasil menanam ya, Mba. Cuma sayangnya sekarang lahan sudah banyak dibangun perumahan dan disisakan sedikit sekali untuk bercocok tanam. Malah lahan tersebut dipakai buat bangun ruangan lagi.. hiks

    BalasHapus
  14. Asyik banget nih, kalau bisa bercocok tanam di rumah. Sayangnya, aku ga pernah berhasil.

    BalasHapus
  15. Asik niiih lahan rumahnya tetep asri meski spacenya ga luas. Duh, aku mah udah spacenya kurang, kurang niat dan ketekunan melihara tanaman hihihi apalagi kalau udah ada hama atau ulet. Salut deh Mbak aku sama dirimu. Semoga sekeluarga sehat semuanya ya

    BalasHapus
  16. Sembutopia ini kontennya menginspirasi banget, Mba.
    Aku juga follow di IG, dan pak Kafi Kurnia n team serius bgt pengin mengajak kita untuk jadi insan yg makin sehat, peduli bumi juga.
    Kiprah untuk menanam tanaman ini OK buanget mbaaa

    BalasHapus
  17. Jadi ingat beberapa hari lalu diberi bibit cabai sama ibu RT yang kebetulan dempet dinding rumah dengan kami.
    Baru tahu kalau cabai termasuk tanaman yang tahan panas.

    Di halaman yang 2x2m, biasanya aku tanam bunga asoka, karena suka banget sama view ketika asoka berbunga. Bikin bagus mood!

    Setuju, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk sembuhkan bumi.
    Aku membayangkan jika setiap orang di dunia ini melakukannya.
    Insya Allah, bumi pasti akan sembuh dan tersenyum

    BalasHapus
  18. Alhamdulillah sekarang Hari Bumi sudah jadi momentum panting ya Mbak, membuat orang-orang memikirkan kegiatan rutin untuk menjaga bumi dan meneruskannya.

    BalasHapus
  19. Ide berkebunnya bisa ditiru nih. Lahan di area rumahku juga gak banyak dan cuma beberapa meter yang masih tanah. Penginya sih nambah biar bisa buat serapan, eh tapi udah gak ada lagi. Bertanam dengan pot bunga ini emang solusi banget buat masyarakat perkotaan. Aku udah nanem caai sama pepaya. Next pengin sayur-mayur juga.

    BalasHapus
  20. Pandemi corona ini juga menjadikan saya tertarik untuk mencoba bertanam. Mudah-mudahan bisa tumbuh subur dan menghasilkan. Lumayan, kalau bisa untuk berbuah, mengurangi belanja harian untuk sayuran. Hihi. Btw saya juga suka kurma medjol mb, rasanya legit dan enak. Dagingnya empuk dan tebal...lezaat...

    BalasHapus
  21. Mba Wati emang rajin banget. Ya rajin masak, ya rajin berkebun. Tanamannya juga bervariasi, yang langsung dipetik buahnya juga ada. Semoga bumi jadi terbantu untuk kembali bersih jika setiap orang bersedia untuk menghijaukan lahannya masing-masing.

    BalasHapus
  22. Seneng ih lihat trik mba wati, tetap berkebun di halaman sempit. Tapi kalo di rumah saya sempitnya kebangetan, 2x1 meter. uda gitu rumah menghadap ke timur. Jadi, dapat sinar matahari baru pukul 11.00-an. Alhasil, kalau nanem sayuran selalu etiolasi. Pernah saking maunya nanem sayur, saya pake plastik bekas dan taruh dalam keranjang buah. Tiap pagi, si keranjang sayur saya bawa ke rumah seberang yang masih kosong biar dapat simat hahaha.
    Putus asa nanem sayur di halaman, jdnya nanem bunga aja :D

    BalasHapus
  23. Aku di rumah sudah berkebun, walaupun kebanyakan lidah buaya karena favorit ibuku. Halaman rumahku juga nggak besar. Ini lagi nanam bawang daun sama tomat sih mbak yang terbaru. Semoga nanti tumbuh sempurna hehe.

    BalasHapus
  24. Senengnya mbak, bisa berkebun. Aku kok gak telaten haha Di rumah yg aku tanam belimbing wuluh mbak :D Suka aja kalau panen gtu. Mungkin ntr kalau rumah dah direnov mau nyobain tanam2 sayurb jg pakai hidroponik :D

    BalasHapus
  25. kebetulan sebelum wabah pendemi, aku lagi mulai bercocok tanam di taman kecil depan rumah. jadi pas social distancing, ada yg bisa dikerjain deh :D

    BalasHapus
  26. Setuju, kak Wati.
    Kita tipikal yang kejadian dulu, baru melakukan. Dari awal ada langkah preventif, tetap semuanya abai.

    Sekarang sadar banget pentingnya kebersihan diri dan lingkungan.

    BalasHapus
  27. Mertuaku dan orangtuaku rajin berkebun mba, alhamdulillah, tangannya pada cakep, menanam apapun jadi

    BalasHapus
  28. Kece idenya . Aku dulu pernah dulu banget bikim di depan gitu. Elahdalah lupa nyiram 😂😂😂 jadi tak terawat sedih banget padahal mayan kalau sukses berkebunnya

    BalasHapus
  29. Banyak kebiasaan baik untuk kesehatan yang selama ini sudah diabaikan ya.. Semoga setelah pandemi usai kebiasaan baik masih terus kita lakukan... Semangat sehat.

    BalasHapus
  30. Aku baru membersihkan lahan bude, bibitnya belum ditanam, baru disemaikan. Nah kalo soal kurma, alhamdulillah udah ada stok , dan kurma pas puasa ya wajib

    BalasHapus
  31. wah banyak ya manfaat kurma medjool. ALhamdulillah bulan puasa ini udah ada stok si medjool. setiap sahur dan buka aku makan itu, mbak, supaya bantu kuat puasa.

    BalasHapus
  32. aku udah berusaha nanam-nanam Mak kemarin, tapi rupanya gak bakat kali ya atau harus berusaha lagi. Tanamanku gak ada yang tumbuh wkwk... padahal pengen punya kebun sendiri euy

    BalasHapus
  33. Semenjak pandemj memang banyak yang punya kebun dadakan. Ternyata memang banyak manfaatnya dan sangat membantu di saat seperti ini. Kesadaran makan buah dan sayur meningkat. Semua dilakukan demi menjaga kesehatan

    BalasHapus
  34. Andai semua bisa mengikuti jejak mba, pasti semakin hijau bumi ini, aplg yg tinggal diperkotaan, memanfaatkan lahan sempit dgn menanam bisa mengurangi polusi

    BalasHapus
  35. This post is very simple to read and appreciate without leaving any details out. Great work! judi bola

    BalasHapus