2012 - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 31 Desember 2012

Resensi Buku LOL @the OFFICE - Penulis: DIAN KRISTIANI
Desember 31, 2012 5 Comments

  

Judul buku: LOL @the Office    
Penulis      : Dian Kristiani
Penyunting : FLo
Penata Letak: Techno
Ilustrasi dalam: Teguh Adimarta
Desain sampul: Ellina Wu
Penerbit         : Gradien Mediatama

LOL @the Office - dengan tagline: The Buying Office Girl, from Mumet Everyday till PHK.  Buku yang berisi kisah-kisah kenarsisan si Buying Office Girl, alias Tukang beli sini jual sana (hihi...boleh deh ketawa dulu, red). Juga cerita LOL usai dapat surat tanda cinta dari bos opis pusat, alias surat PHK yang ternyata bikin si Buying Opis jadi kaya mendadak.

Ada dua bagian yang sama-sama menarik dalam buku ini. Bagian pertama, tentu saja kisah pengalaman pribadi si Buying Office Girl saat masih nguli di buying opis. Banyak  deh cerita di buku ini yang bikin mual karena ke-kepo-an, bikin perut mules saking capeknya ketawa karena kenarsisan plus keluguan, yang kagak mungkin aku tulis satu persatu, ntar kena semprit dari si buying opis deh. Karena bukunya jadi ga laku, kan udah baca komplit di mareee ;)

Gimana gak mual? Kalo ada 'sesuatu' di dalam tas kresek warna item yang mesti dibuka akibat si buying opis kepo banget. Hueeeekkk :(

Atau pas baca....ngikik dulu ah ;D ;D ;D ...... gara-gara si buying opis kejungkel dari anak tangga di sebuah hotel bintang lima saat menuju ke restaurant yang terletak di lantai I? Napa sih bisa kejungkel gitu? Salah siapa ya? Kesrimpet karpet, atau gaun panjang yang melambai dengan belahan samping hingga memperlihatkan 'paha yang ginak-pinuk' ?
 Aah, baca sendiri deeeh. Suwerrr bener-bener ngakak sampe mules baca kisah si buying opis yang ini.

Daaaan...yang paling seru saat cerita nyampe di hal. 91, waktu si buying opis naik 'kapal mabur' Saat check ini, mbak cantik nan bohay ini adu ngotot sama mbak petugas. Sama-sama kagak ada yang mau ngalah. Yang petugas karena sudah kewajibannya melindungi keselamatan penumpang. Yang mbake cantik merasa bodynya aduhai tak masalah dan tak butuh surat pengantar dari dokter. Hayooo, pengen tahu siapa pemenangnya? Ck..ck... kasih tahu gak yaaaa ;) *Grrr...kan udah dibilang di atas, beli bukunya dan baca sendiri dong, hahaha....

Nah, bagian kedua buku ini yang paling  kusuka. PHK! Yup, yes, bener, leres niku, betullll, PHK. Sebuah kisah yang sangat kunantikan juga (untuk diri pribadih ya, pengen deh ngerasain di-PHK).
 Ngiler lho baca kisah seru si buying opis usai di -PHK. Udah deh, gak perlu aku sebutin satu persatu senengnya di-PHK. Yang jelas sih, tambah makmur, bisa belanja sana sini. Ngabisin duit. Tapiiii, si buying opis, eh mantan buying opis ini sampe boyongan, ganti alamat rumah. Katanya sih tengsin banget kalo ketahuan jadi ibu rumah tangga tulen alias pengangguran.

Kisah selanjutnya lebih seru lagi. Ada kisah seru belajar naik motor, haha...kirain cuma dakuw yang berani nangkring di sadel motor setelah jadi mak-mak. Ada juga kegiatan nyuci yang seru karena mesin cuci yang bisa loncat-loncat ampe pindah tempat saking semangatnya nyuci sendiri.

Ada lagi moment crimbat rambut yang berubah jadi ajang penyiksaan diri. Gara-gara terdaftar anak durhaka, xixixixi.... (kesimpulannya, dakuw mah anak baik-baik karena pintar mbrojolin bayi ;D )

Tapiiiii, yang bikin aku makjleb!! Hah, nggak segitunya kalee... cerita di bagian dua dari belakang. Hmmm...halaman 182, about: Maling Teriak Maling. Nah, lho, tentang apa seeeh?!
Ah...ah....serasa jadi cameo deh baca cerita si mantan buying opis ini. Karena aku bener-bener terlihat sedang nongolin muka, hhihi...  Dan, gara-gara baca cerita ini, aku inbox-an dengan si mantan buying opis ampe lupa nguli, xixixi. Kalo yang ini sih karena menjelang akhir taon banyak kerjaan, jadi malas berangkat (jangan ditiru, kalo nggak ntar kena PHK)

Tambah penasaran nggaaaak, yang jawab nggak bakal nggak aku doakan. Nah, yang jawab penasaran, ayo buruan ke tokbuk terdekat rumah dan ambil buku ini, bawa ke kasir, Bayar deh! Dijamin pasti rasa penasaran kalian terobati. Nggak bakal tanya ini itu padaku. Karena aku nggak terima inbox, xixixi, sok jual mahal ah ;D

Belajar bikin resensi buku. Ini yang pertamax. Maaf ya mbak Dian, kalo tulisanku kurang menggigit. Ntar yang baca kabur kalo terlalu menggigit, xixixi.... Silakan koment, untuk kepentingan bersama, dilarang koment yang bikin mual or nangis. Karena aku gak punya obat penawarnya ;D Kamsiah yaaa.....








Reading Time:

Sabtu, 08 Desember 2012

JODOH TERBAIK
Desember 08, 2012 2 Comments

Perempuan2 yg baik untuk laki2 yg baik dan laki2 yg baik u/ perempuan2 yg baik pula(Qs. An-Nur 26)

oleh Hidayah Sulistyowati pada 18 Oktober 2011 pukul 23:25 ·
Sejak mengerti ayat dalam Al Quran tersebut, aku selalu yakin akan kebenaran yang telah ditentukan-NYA.  Itulah kenapa aku selalu melantunkan do'a tersebut setiap usai sholat agar mendapatkan jodoh yang terbaik menurut Allah.  Alhamdulillah, Allah Swt menjawab do'aku.

Meski pada awal pernikahan, sempat tersulut api kecil.  Ada saja sikap dan perkataanku yang kadang menggores hatinya. Beruntunglah aku bersuamikan dia yang selalu sabar menghadapi rentetan perkataan dan bantahanku yang tak ada habisnya.  Hanya dengan sikap lembutnya dia mampu melunakkan hatiku yang keras.

Aku senantiasa bersyukur akan karunia jodohku dengan merawat cinta kami.  Bersikap penurut bukan berarti kalah berdebat.  Karena apa yang ia ucapkan adalah untuk kebaikanku kelak saat menghadap sang empunya hidup.  Juga menahan pandangan dari pesona duniawi yang memabukkan.  Sehingga mata ini mampu menutup hatiku pada pria lain.

Tak putusnya aku bersyukur karena mendapat jodoh yang indah dari-NYA.  Ketika aku menanti kelahiran putra pertama kami, dengan setia ia mengelus perutku yang terus mulas karena kontraksi.  Bukan aku yang menangis saat menahan sakit pada malam itu.  Betapa hatiku takjub kala mendapati suamiku mengusap air mata yang mengalir di wajahnya yang nelongso melihat perjuanganku menanti kelahiran buah cinta kami yang pertama hingga 24 jam.

Ada hari ketika aku menangis untuknya.  Takut dia akan meninggalkan kami bertiga di dunia ini.  Ketika banyak masalah mendera dirinya.  Kala tubuhnya menjadi lemah karena sakit akibat terlalu dalam memikirkan sesuatu.  Ya Allah, aku sangat mencintai laki-laki yang baik ini.  Panjangkanlah umurnya, berilah kesehatan.  Agar dia bisa selalu menjadi pemimpin bagi diriku dan kedua putra kami.  Hingga kelak, kedua putra kami pun mengikuti jejaknya menjadi pemimpin keluarga yang baik seperti yang telah tertulis dalam ayat-ayat Al Quran. 

Tentu sebagai manusia, suamiku juga memiliki banyak kekurangan.  Namun aku sebagai istri pun tak luput memiliki kekurangan.  Kami berdua saling mengisi, melengkapi, dan membingkai setiap sisi dalam menjalani kehidupan ini.  Agar kelak kami bisa dipertemukan kembali dalam surga Allah Swt.  Itu janji kami berdua di hadapan Allah 17 tahun yang lalu, yang selalu kami ikrarkan kembali setiap waktu.

Ada banyak kisah duka dan bahagia dalam pernikahan ini.  Tapi duka yang kami rasakan selalu terlihat indah.  Dan dalam kisah bahagia, kami menahan hati ini agar tak terlalu meluap-luap.

Aku banyak melihat kebahagiaan perkawinan seperti yang kami rasakan.  Kerabat, sahabat dan teman kami.  Namun ada pula kisah pilu yang mengiris kalbu.  Karena ternyata tak semua perkawinan terasa indah bagi yang menjalaninya.  Bahkan kadang hanya terlihat indah pada permukaan saja.  Apakah ini sesuai janji Allah seperti yang tertera dalam ayat Qs An-Nur 26?  Aku sering bertanya dalam diamku.  Bahkan kami berdua pun sering berdiskusi tentang hal ini.

Agama memang menjadi hal utama saat kita memilih pasangan.  Dalam satu hadis, Rasulullah Saw pernah mengingatkan bahwa manusia pada umumnya memilih pasangan karena kesempurnaan fisik, nasab dan harta.  Tapi beliau juga mengingatkan agar yang terbaik adalah memilih pasangan hidup karena agamanya.  Artinya pilihlah yang ber-akhlak bagus sebagaimana ajaran agama. (Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm, Ketua LItbang PP Fatayat NU-Paras no 96/Okt'2011).

Sebenarnya kita memang harus pintar memilih pasangan.  Ada lima pasangan yang patut kita pertimbangkan  agar tidak memilihnya, sebagai berikut:
- Pasangan yg suka nge-drug, karena ia mengalami masalah emosi yang cenderung tidak stabil.
- Pasangan yang mengalami gangguan kepribadian yang menetap, spt: gila, obsesif, suka berbohong (hobi)
- Pasangan yang tidak memiliki hubungan kekeluargaan yang baik. Artinya kalau dengan keluarga saja tidak bisa menjaga hubungan baik, apalagi dengan orang lain.
- Pasangan yang asosial, alias tidak memiliki kehidupan sosial.  Waktunya hanya untuk dirinya dan pekerjaannya saja, tidak memerhatikan pasangan bahkan hubungan bertetangga.
-Pasangan yang ringan tangan dan suka mencela.  KDRT ada tiga macam. Kekerasan dalam rumah tangga berwujud fisik sudah banyak muncul di permukaan.  Yang tidak terlihat adalah KDRT masalah keuangan, dengan membatasi ekonomi keluarga padahal suami mampu memberi nafkah lebih.  Dan KDRT  Mental, yaitu meremehkan kemampuan istri, suka mencela dan merendahkan setiap perbuatan pasangan.  Meski KDRT ini bisa berlaku pula oleh istri pada suaminya.

Meski begitu, tentu bukanlah kesalahan seseorang ketika mendapati istri / suaminya tak seperti yang ada dalam pikirannya.  Bila perkawinan itu memang bisa diperbaiki, alangkah indahnya bertahan dan bersabar.  Tetap berdo'a dan bermunajat pada sang Khalik.  Tetap setia dan tidak menoleh pada keindahan ragawi pria lain ataupun wanita lain.  Tentunya disertai tindakan untuk memperbaiki diri juga agar pasangan merasa malu bila berbuat tak semestinya.  Sepanjang kondisinya adalah keburukan pasangan masih bisa diperbaiki dan tidak menimbulkan bahaya bagi diri keluarganya. 

Banyak kok contoh pasangan hidup yang tetap dalam satu ikatan pernikahan meski ombak dan badai datang menerjang.  Kilat menyambar berulang-ulang hingga memporak-porandakan biduk perkawinan.  Namun ketika istri / suami bersabar dengan tingkah pasangan yang menyalahi janji pernikahan, tetap setia dan terus bersabar, Allah selalu membukakan pintu berkah untuk pasangan ini.  Meski bisa jadi buah keberkahan itu merupakan proses yang memakan waktu bertahun-tahun kemudian.  Tapi, percayalah saya sudah melihat kejadian yang sebenarnya.

Namun, bila sikap pasangan sudah sangat keterlaluan, tentunya kita harus bertindak.   Pernikahan adalah proses adaptasi yang terus menerus tanpa henti, hingga maut memisahkan kita.  Pernikahan yang baik adalah kala kita menemukan ketenangan dan kebahagian lahir batin.  Jika hal tersebut tidak lagi kita temukan dalam pernikahan, tentunya perceraian tidak diharamkan. Manakala dalam pernikahan selalu diwarnai konflik, kekerasan verbal, fisik, psikis, seksual hingga penelantaran ekonomi(Paras 96/Okt'2011).

Kebahagian dalam perkawinan adalah hak setiap pasangan.  Dan di dunia ini tidak ada yang sempurna.  Kesempurnaan milik Allah Swt semata.   Suami dan istri harus saling belajar.  Kehidupan terus berubah, pasangan hidup pun bisa berubah.  Tinggal kita mesti saling menyesuaikan diri setiap ada  perubahan pada pasangan hidup. Kompromikan harapan dengan kenyataan, sehingga kita tidak akan menuntut pasangan sesuai dengan harapan kita.  Karena kita pun tidak mungkin mampu memenuhi apa yang ada dalam harapan pasangan kita.

Semoga kisah ini bisa bermanfaat untuk semua teman dan kerabatku.
Reading Time:

Sabtu, 01 Desember 2012

MENIKMATI SENJA DI PANTAI MARINA
Desember 01, 20120 Comments


                                   MENIKMATI SENJA DI PANTAI MARINA

            Sebelum mencapai gerbang Pantai Marina Semarang, setiap mata pengunjung akan tertuju pada bundaran dengan patung burung Garuda di bagian tengah taman. Melintasi bundaran kita akan menemukan tempat penjualan tiket masuk ke dalam lokasi pantai. Cukup murah, karena harga tiket untuk dua orang cukup membayar Rp. 5.000,- termasuk motor roda dua. Tapi, bila kita menggunakan mobil, tiket masuk akan dihitung perorang sebesar Rp. 3.000,-. 

            Pantai Marina sebenarnya hasil reklamasi atau pengurukan hutan bakau dan tambak. Lokasi ini salah satu tempat tujuan wisata bagi penduduk Semarang dan sekitarnya. Begitu masuk lokasi, terdapat perumahan yang dimiliki oleh perorangan. Rumah-rumah ini sebagian besar menghadap ke arah pantai. Di sisi kiri jalan ada fasilitan tempat olah raga yang sedang diperbaiki. Dulu tempat itu memiliki fasilitas kolam renang dan lapangan voley.

            Di sepanjang bibir pantai, telah dibangun tembok pembatas pantai. Juga diletakkan batu gunung yang berfungsi sebagai pemecah ombak. Pengunjung sering duduk di sepanjang tembok ini. Sekedar bercengkerama dengan teman atau keluarga, atau duduk sambil menikmati pemandangan ke arah laut lepas. Bahkan, tempat ini sering dijadikan beberapa komunitas untuk  hunting lokasi pemotretan, melukis dan latihan teater.

Tembok pembatas pantai juga difungsikan sebagai jalan bagi pengunjung.  Jalannya sudah dipaving dan cukup lebar untuk digunakan pengunjung berjalan dari ujung barat ke ujung pantai sebelah timur.  Pada beberapa bagian, ditempatkan kursi untuk tempat beristirahat bagi pengunjung setelah lelah berjalan-jalan.

Bila pengunjung malas bermain air, datang ke Marina bisa juga menikmati fasilitas yang telah disediakan. Di pantai ini juga terdapat kapal-kapal berukuran sedang  untuk berwisata. Pengunjung bisa menumpang kapal dan berputar-putar di sekitar pantai Marina untuk menikmati keindahannya.  Selain itu, ada juga fasilitas untuk permainan mobil remote controle  dan  kereta api mini. Banyak sekali orang tua yang mengajak putra-putrinya memilih naik kereta api untuk mengelilingi kawasan Marina bila malas berjalan kaki. Dan saat akan pulang, mampir sejenak untuk memberi makan rusa-rusa kecil, yang ada di kawasan ini. Rusa-rusa ini dikelola perorangan.

Uniknya lagi, pengunjung bisa memilih waktu kapan pun untuk menikmati keindahannya. Bila ingin melihat keindahan matahari saat akan terbit, tentu saja pengunjung harus datang setelah Subuh. Pada pagi hari, kebanyakan pengunjung yang datang ingin bermain air, mandi dan berenang. Meski bukan pasir putih, namun banyak anak-anak dan orang dewasa yang menikmati bermain air di pantai. Tempat bilas setelah bermain air telah disediakan di dekat pantai. Namun sayangnya, kamar mandi kurang terawat dan kotor. Pengunjung lebih banyak memilih kran untuk bilas di bagian luar kamar mandi.
Berdua dengan suami di pantai Marina    
















Namun bila ingin menikmati pemandangan matahari terbenam, datang saja pada saat sore hari. Duduk berdua dengan suami atau kekasih, sembari menyaksikan matahari yang perlahan menghilang di batas cakrawala, pasti  menjadi kenangan yang tak bakal terlupakan.

Untuk mencapai Pantai Marina Semarang tidak  sulit, meski tentunya perlu sedikit usaha. Apalagi bila belum pernah berkunjung ke kota ini. Dari arah Kabupaten Kendal, pengunjung bisa menuju ke arah timur.  Begitu  memasuki bundaran kali banteng (dekat dengan museum ranggawarsita), pilih jalan yang menuju arah Surabaya (arteri Yos Sudarso). Kemudian setelah SPBU belok kiri, melewati PRPP (Supermarket Giant), lihat petunjuk arah yang menuju ke  Pantai Marina. Kalau dari arah Demak, bisa masuk ke kota Semarang dan menuju jalan arteri Yos Sudarso. Kemudian  setelah gedung olah raga YADORA, belok kanan dan ikuti petunjuk ke arah Pantai Marina.
Jalan menuju pantai ini memang mudah diakses berbagai macam kendaraan, baik ukuran kecil seperti motor maupun bis ukuran besar. Hal ini menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang. Nah, tunggu apalagi? Ayo berkunjung ke Semarang dan nikmati senja di Pantai Marina.


Reading Time:

Rabu, 28 November 2012

Merawat Orang Tua Yang Sakit
November 28, 2012 22 Comments


Tulisan ini dimuat di Majalah Kartini, edisi 2325 tgl 28/6/2012

MERAWAT  ORANG TUA YANG SAKIT DENGAN HATI IKHLAS

            Setiap besuk orang sakit yang rawat inap di rumah, aku selalu membayangkan kamar yang pengap dan bau khas penyakit.  Atau menjumpai sprei yang kusam karena jarang diganti.  Itu pun masih ditambah dengan bau obat antibiotik yang menyergap hidung.  Ini pengalaman yang sering aku jumpai.  Dan bukan bermaksud buruk bila akhirnya hidungku mengerut tak tahan.  Bahkan kadang aku mesti menahan nafas. 
            Sore itu aku janjian dengan sepupu, akan membesuk bulik yang mengalami stroke.  Aku sudah membayangkan kamar dengan aroma tertentu.  Biasanya penderita stroke yang sudah parah, akan menggunakan pampers agar memudahkan dirinya sendiri dan orang yang merawatnya.  Meski ada juga penderita yang tak nyaman menggunakannya.  Dan hal ini menjadi bahan pertikaian dengan keluarga atau orang yang merawatnya.
            Namun tak demikian yang aku jumpai di kamar bulik.  Begitu aku masuk ke kamar beliau, harum aromatherapi  yang menyegarkan, menyambut kedatangan kami.  Di atas pembaringan, beliau tidur dengan nyaman.  Pakaian yang dikenakannya bersih dan wangi.  Saat aku mendekat untuk mencium pipinya, aroma sabun mandi masih menguarkan wangi yang khas.   
            Mataku masih menjelajah seisi kamar.  Kali ini pandanganku terpusat pada kertas ukuran folio yang berisi tulisan jadwal piket.  Ah, rupanya ada sesuatu dibalik kebersihan ruangan ini.   
            Dari cerita putra-putrinya, selama ini telah disusun jadwal bagi anak dan menantu untuk merawat ibundanya.  Tak ada alasan tak ada waktu, karena semua memperoleh giliran jaga sesuai keinginan masing-masing.  Jadi, kegiatan bulik mulai pagi hari hingga menjelang tidur malam, selalu ada dua orang anak dan menantu yang siaga merawat.  Tidak sekedar merawat, seperti memandikan bulik serta mengganti pakaian yang bersih setiap pagi dan sore hari.  Putra-putrinya dan menantu bulik juga menyuapi makanan dan meminumkan obat. 
            Seperti penderita stroke yang tak bisa lagi beraktivitas secara normal.  Butuh seorang perawat yang memiliki kesabaran ekstra dan tekat kuat saat tiba waktu makan.  Ketika bulik bisa menelan lebih dari empat sendok makan, pujian akan terlontar dari putra atau putrinya.  Namun saat mereka tak mampu menyuapkan satu sendok pun, tak ada ucapan jengkel atau marah kepada sang ibu.  Jurus merayu sambil melontarkan candaan menjadi senjata untuk meluluhkan hati sang ibu agar berkenan membuka mulut serta menelan makanan.
            Begitu halnya kala meminumkan obat.  Sepupuku yang saat itu bertugas menjaga sang ibu bercerita,”Ibu nggak mau dirawat di rumah sakit.  Mungkin ibu trauma saat merawat bapak dulu.  Jadi, sebelum sakit ibu tambah parah, beliau sempat berucap tak mau dibawa ke rumah sakit,”   
            “Kalau bulik dipaksa aja, gimana?”
            “Uhhh…sudah mbak.  Tapi ibu tetap bergeming. Ya, akhirnya kami rawat ibu seperti perawat di rumah sakit.  Kamar harus selalu bersih. Sprei harus diganti setiap hari.  Ibu juga tetap mandi dua kali sehari, meski dengan menyeka tubuhnya pakai waslap yang dicelupkan ke air hangat.  Dan pakai sabun juga lho, mbak,”
            Aku manggut-manggut saja mendengarkan.  Pantas saja setiap orang yang membezuk bulik, selalu memuji kondisi kamar dan si penderita yang selalu tampil bersih.  Kesungguhan putra-putri bulik memang patut diacungi jempol.  Menantunya pun tak kalah hebat.  Rumah mereka tinggalkan setiap pagi selama enam hari.  Putri bungsu bulik yang tinggal serumah, memiliki jadwal merawat sang ibu saat hari Minggu.  Meski tentu saja jadwal piket ini tidak seketat aturan di rumah sakit.  Mereka bisa saling bertukar hari bila ada keperluan yang cukup mendesak.  Bagi mereka, limpahan kasih sayang pada sang ibu saat menderita sakit,  tak pernah cukup untuk menggantikan setiap perhatian yang pernah mereka terima.              
Yang membuat aku semakin takjub, karena melihat sendiri pemandangan ini, adalah keikhlasan anak dan menantunya menuntun beliau agar tetap menunaikan sholat lima waktu.  Dalam keadaan sakit, bulik memang tetap ingin menjaga sholatnya.  Putra-putri dan menantunya bergantian menuntun bulik mulai berwudlu, memakaikan mukena hingga mengimami sholat.  Semua dilakukan di atas pembaringan, karena bulik sudah tak bisa melakukannya dengan sempurna.
Duh, betapa bahagianya seorang ibu yang memiliki anak dan menantu yang mampu saling tolong menolong dalam ujian kehidupan ini. Dalam ujian sakitnya, aku yakin, ada syukur yang pasti selalu mengalir di  hati dan tubuh sang ibu.  Bersinergi dengan keikhlasan hati dan pikiran yang mampu menerangi rumah ini dengan cahaya kesabaran. Malaikat pun pasti turut berdzikir memandu seluruh penghuni rumah.
            Air mataku mengalir.   Aku meyakini, para sepupuku dan pasangan hidupnya, Insya Allah akan menjadi calon penghuni Surga dari Pintu Keikhlasan merawat sang ibu.  Tak ada keluh kesah yang terdengar dari mulut mereka.  Yang ada malah berbagi kisah lucu, haru dan kesabaran  tentang betapa berlimpah nikmat merawat sang ibu. 
Aku berpikir, mampukah kelak bila orang tuaku sakit, bisa sesabar dan seikhlas mereka menjalaninya?  Keyakinanku ini membutuhkan konsisten yang tinggi dalam bersikap dan melakukan tindakan nyata kelak. Semoga aku mampu merawat kedua orang tuaku dengan kesabaran dan penuh keikhlasan.

                                    ----00----


Reading Time:

Minggu, 25 November 2012

SELEMBAR LIMA PULUH RIBU RUPIAH
November 25, 2012 9 Comments



                Ini adalah kejadian nyata, bukan rekaan. Sebuah peristiwa yang membuat hati kecilku menangis.
                Hari Minggu usai mengikuti acara pelatihan nulis traveler dengan Gol A Gong, aku mampir ke rumah sepupu di wilayah pecinan, Semarang. Dari sini lah asal cerita yang aku tulis dan ingin kubagikan pada semua pembaca.
                Saat itu aku duduk di teras kediaman bulik Yati. Kami berempat, sedang mendengarkan cerita yang cukup menyentuh dari mulut seorang sepupu kami.
                “Dia ngomong sendiri?” sela seorang saudaraku. Ia tak sabar mendengar sepupu kami yang asyik bercerita.
                “Iya! Mbak Elly cerita kalau pipinya ditempel selembar  ‘saxxxxpas’ agar aktingnya berhasil.  Ia berucap, Ya Allah, yang aku tempel di pipi ini memang suatu kebohongan. Aku pun tak ingin sakit gigi beneran. Tapi, aku sangat butuh uang Rp. 50.000,00 untuk berbagai kebutuhan, juga untuk mengisi amplop sumbangan.  Saat kejadian ini kan bulan haji, banyak sekali tetangganya yang punya hajat,”
                Nah, berangkat lah mbak Elly ini menemui  orang yang akan dimintai bantuan berupa pinjaman uang.  Melihat kondisi orang yang datang ingin pinjam uang sedang sakit gigi, tentu saja selembar uang Rp. 50.000,00 itu berpindah tangan kepada mbak Elly.  Berlalulah kakak sepupu kami ini dengan penuh syukur karena telah memperoleh pinjaman .
                “Coba bayangkan, kasihan kan, hanya lima puluh ribu saja, mbak Elly sampai pinjam dengan akting sakit gigi?!”
                Kami yang mendengarnya terdiam sembari aku yakin, dalam hati pasti merasa sedih.  Kakak sepupu kami ini memang kurang beruntung. Meski sesekali kami juga membantu, tak mungkin setiap kebutuhannya bisa kami penuhi.
                Sepulang dari rumah saudara, aku ceritakan hal ini pada suami.  Usai cerita, kami mulai mengambil wudlu karena adzan Maghrib telah berkumandang dari masjid dekat rumah.
                 Hari ini aku memang tidak menyiapkan masakan untuk makan malam. Biasanya, sesekali pada Minggu malam, kami akan membeli masakan jadi di luar rumah.  Selembar uang lima puluh ribu sudah dikeluarkan dari dompet suami dan diberikan pada putra sulung kami.  Suami bertanya ingin makan apa, yang tentunya memperolah jawaban berbeda. Masing-masing punya selera tak sama malam ini. Tarik ulur ini malah membuat aku seketika terdiam dan mengingat cerita sepupuku.
                Aku langsung mengambil uang lima puluh ribu dari tangan anakku.
                “Napa sih bu?” tanya si sulung bingung dengan sikapku.
                Aku pun menjelaskan,”Tadi kan ibu baru cerita kisah tentang bude kamu.  Dengan uang selembar ini, bude mesti meminjam uang untuk beli beras, lauk dan sayur sampai mengisi amplop untuk sumbangan hajat mantu.  Bayangkan, masa kita mau beli makan malam dengan uang ini untuk sekali makan, padahal saudara kita ada yang kesusahan?”
                “Yaaa, nggak jadi makan sate kambing nih,” celetuk si bungsu.
                “Nggak usah dulu ya, ibu masakin telur dikasih tahu dan onclang aja. Mau kan?”
                Alhamdulillah, putra kami setuju. Dan, lauk sederhana ini memang salah satu favorit mereka.
                “Uang ini besok ibu berikan untuk bude Elly, biar bisa dijadikan modal jualan lagi. Setuju kan?”
                Tentu saja usulku ini disetujui anak-anak dan suami.  Selama ini bude Elly memang sering membantu keluargaku ketika kami punya hajat. Meski ia tak mau diberi sejumlah uang, karena menurutnya wajar sebagai saudara saling membantu dalam bentuk apapun. Dan kebetulan yang ia mampu sumbangkan adalah tenaga. Tapi, kami pun memberikan uang itu bukan untuk membayar tenaganya. Melainkan karena ingin berbagi sedikit kelebihan rezeki untuk saudara kami.
                Dari kisah kakak sepupuku ini, aku jadi ingat begitu mudahnya aku membelanjakan uang untuk keperluan sederhana tanpa memikirkan kondisi orang lain, bisa saudara, tetangga, atau teman yang  tak mampu meski sekedar membeli beras seliter atau lauk sederhana seperti tempe selonjor.  Sebuah peristiwa yang mampu menampar kesadaranku agar lebih menghargai nilai selembar lima puluh ribu rupiah, bukan sekedar nominal uang.  Melainkan nilai manfaat yang mungkin berbeda bagi saudara, tetangga, dan teman yang masih kurang beruntung penghidupannya.
Reading Time: