Mei 17, 2020
BY Hidayah Sulistyowati
42 Comments
Peduli Dengan Berbagi Pada Mereka Yang Terdampak Pandemi

Assalamualaikum Sahabat. Sepuluh hari terakhir ramadan biasanya menjadi saat yang bikin baper. Saat-saat ramadan akan meninggalkan kita. Semoga kita masih diberikan waktu dan rejeki untuk berjumpa ramadan tahun depan dalam kondisi yang lebih baik. Saat yang sama juga merupakan hari-hari yang menceriakan karena lebaran akan tiba. Keceriaan yang membungkus suasana dalam silaturahmi bersama keluarga, kerabat, dan sahabat.
Sayangnya ramadan dan lebaran tahun ini tidak seperti biasanya. Kondisi pandemi yang masih mencengkeram erat warga negeri ini, mengikis sedikit keceriaan dalam menyambut bulan suci. Suasana ramadan yang sepi dari kegiatan tarawih, berbagi takjil, dan tadarus di masjid, tentunya menjadi akan jadi kenangan pahit.
Namun sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, kita diwajibkan tetap berprasangka baik dengan kondisi saat ini. Pandemi memang mengusik kegiatan warga negeri ini dan juga warga dunia, untuk sejenak berhenti. Seakan alam mengnginkan manusia beristirahat dari kegiatannya yang mengusik alam selama ini. Polusi udara, kemacetan jalan raya, sampah yang berlimpah di TPA dan di jalanan, sudah saatnya dikurangi secara luas.
Terlihat kan begitu pemerintah mengumumkan agar seluruh masyarakat stay at home, dan pekerja agar work from home, pelajar dan mahasiwa juga learn from home, lingkungan menjadi lebaih baik. Langit biru karena tak ada polusi udara yang membungkus udara kota. Jalan terlihat agak lengang karena banyak warga yang melakukan kegiatan di rumah saja.
Tapi masa iya ada pandemi seperti ini baru perubahan lingkungan bisa terwujud? Nanti setelah pandemi usai, artinya situasi kembali seperti semula dong? Ngenes ya jadinya.
Ulang Tahun Dalam Keprihatinan
Mungkin kah ada yang mengingat bahwa tahun ini Indonesia genap berusia 75 tahun? Kalo mengingat jutaan impian milik warga negeri ini bisa merayakan ulang tahun negeri dalam keceriaan, sepertinya tidak akan terlaksana. Mengingat sekarang ini kurva orang yang terjangkit covid masih terus meningkat. Dan sampai kapan pandemi berakhir, beberapa ahli tidak berani memberikan prediksinya.
Bukan itu saja. Pemerintah bahkan akan mengendurkan peraturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Yaitu bagi mereka yang berusia di bawah 45 tahun diperkenankan untuk berkarya kembali. Alasannya adalah karena mereka tergolong warga dengan imunitas tubuh bagus.
Saya malah berpikir seperti ini, kalo warga usia di bawah 45 tahun bekerja lagi di kantor. Mereka memang memiliki imunitas bagus karena faktor usia. Namun itu artinya bila mereka terpapar virus di luar rumah, ketika pulang bisa saja menjadi OTG (Orang Tanpa Gejala) yang membawa virus di tubuhnya. Ini sih perkiraan saya sebagai orang awam dari hasil membaca berbagai informasi seputar penyebaran virus covid-19.
Kondisi dalam PSBB aja masih banyak orang yang keluar rumah untuk hal tak penting. Apalagi bila PSBB dibuka, apa tidak mungkin warga menjadi bertindak ngawur? Traveling bebas, ke kafe/restoran, ngumpul di angkringan. Bayangkan bila beberapa warga membawa virus dalam tubuhnya, dia menjadi OTG. Karena terlihat sehat, bugar, namun di dalam tubuhnya ada virus covid.
Udah tahu kan gimana penyebaran virus covid?
Yup, virus ini cara penyebarannya adalah dari satu orang ke orang yang lain melalui percikan (droplet), dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan ketika batuk atau bersin.
Perlu kalian tahu, jarak jangkauan droplet dulu sekitar 1 meter. Namun saat ini WHO menyebut jarak jangkauan droplet menjadi 2 hingga 3 meter.
Droplet ini lah yang bisa menempel di permukaan benda. Seperti meja, pintu, handle pintu, angkutan umum, dan benda lain di tempat umum.
Silahkan baca : Mengenal Covid-19, Jangan Lupa Jaga Jarak
Kalo warga berusia di bawah 45 tahun ini menjadi OTG, bisa dibayangkan dong efek dominonya. Yaitu ketika dia pulang dan bertemu dengan keluarga di rumah, bisa terjadi penyebaran virus.
Terlebih bila di rumah tersebut ada orang lansia, anak-anak, ibu hamil. Bisa membayangkannya nggak sih apa yang akan terjadi?
Harapan saya dan banyak teman-teman di luar sana, yang masih aware dengan tetap diam di rumah, adalah putusnya mata rantai penyebaran virus. Semoga pemerintah mempertimbangkan kembali peraturan yang akan melonggarkan PSBB. Pengen kan kurva covid di Indonesia melandai pada bulan Juli? Sehingga perayaan ulang tahun kemerdekaan RI ke 75 bisa berlangsung meriah di seluruh negeri.
Tetap Menjaga Pola Hidup Sehat
Akhirnya memang semua kembali pada diri kita sendiri. Sebagai istri dan ibu, saya sejak memiliki bayi pun sudah mengingatkan suami untuk jaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Begitu anak-anak mulai tumbuh, hal serupa pun saya tekankan pada mereka.
Saya terbiasa menjaga pola hidup bersih dari bapak yang disiplin untuk jaga kebersihan. Tiap pulang dari bepergian, bapak selalu menekankan agar kami segera mencuci kaki dan tangan. Baju juga segera masukkan ke ember cucian. Baru lah kemudian kami boleh ambil minuman atau makanan.
Kata bapak waktu itu, kuman dari luar akan terus menempel tubuh bila langkah yang dimintanya tidak dilakukan.
Apa yang diajarkan bapak sejak saya kecil, ternyata merupakan langkah yang dianjurkan oleh Kemenkes sebagai pola hidup bersih dan sehat dengan GERMAS. Perilaku pola hidup bersih dan sehat memang penting, terutama saat terjadi pandemi seperti sekarang. Apalagi kalo kalian masih harus bekerja keluar rumah. Atau butuh belanja sayuran dan kebutuhan rumah tiap periode tertentu.
Berikut beberapa hal yang mesti jadi perhatian saat pandemi covid:
1. Rajin mencuci tangan dengan sabun
Menjaga kebersihan menjadi salah satu rutinitas yang paling sering digaungkan sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19. Salah satu perilaku menjaga kebersihan yang sangat gencar dikampanyekan adalah mencuci tangan memakai sabun. Kalo diingat kegiatan mencuci tangan ini sebenarnya sudah dilakukan saat mau bersuci (wudhu). Bila kalian melakukan bersuci dengan benar, itu lah langkah yang sama dengan saran dari Kemenkes.
Sebagai langkah awal pencegahan masuknya virus, mencuci tangan dengan sabun merupakan bagian dari kesadaran akan penerapan PHBS. Sebenarnya, mencuci tangan dengan sabun merupakan perilaku normal keseharian yang harus dilakukan. Karena itu jadikan hal ini sebagai kebiasaan baik ya.
2. Meningkatkan Imunitas Tubuh
Sistem imun yang kuat dipercaya menjadi benteng terbaik terhadap serangan virus. Karena itu masyarakat sekarang mulai rajin mencari informasi tentang hal tersebut. Salah satu caranya adalah dengan menjaga asupan tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi.

Yaitu memperbanyak sayur dan buah sebagai konsumsi sehari-hari di luar makanan yang biasanya. Karena kalo untuk meninggalkan kebiasaan makan sebelumnya yaitu nasi, lauk pauk, dan sayur, diganti raw food, bukan hal mudah. Membiasakan perbanyak ngemil sayuran dan buah saja dan meninggalkan snack kemasan pabrik.
Pada bulan puasa kebetulan banget kan, bisa membatalkan puasa dengan minum air putih atau teh hangat dan kurma. Sahabat bisa loh memilih kurma Medjool yang memiliki kandungan lebih dibanding kurma lainnya.

Untuk mengetahui manfaat kurma Medjool, silahkan baca :
Berikutnya setelah shalat Maghrib, saya ngemil buah potong. Baru setelah shalat Isya dan tarwih, bisa menikmati makan secukupnya. Saya tetap makan nasi dengan ukuran 3 sdm dan sayuran serta lauk yang ada.
Saya selalu menyediakan buah-buahan lokal yang saat ini banyak dijual dengan harga murah. Saya sudah lima tahun ini tiap sahur hanya makan buah potong dan jus sayuran. Ternyata karena udah biasa, tubuh jadi terasa ringan dan enggak lemes saat melakukan kegiatan pagi hari. Saya bisa aktif berkreasi dengan merawat tanaman setiap pagi habis shalat subuh, menulis artikel ikut challenge selama 30 hari di salah satu komunitas blogger, dan menyiapkan makan untuk berbuka.
3. Rutin Olah Raga
Meski puasa saya dan anak-anak tetap melakukan olah raga ringan. Biasanya sehabis tarwih kami memilih olah raga ringan sit up. Saya hanya mampu melakukan gerakan sit up sebanyak 30 kali.
Yang penting tetap bergerak agar tubuh terasa segar dan tidak mudah sakit. Saya merasakan sendiri sejak rutin olah raga, bulan puasa ini menjadi lebih bugar. Tidak mudah lelah dan tetap bersemangat melakukan semua pekerjaan rumah.
4. Berjemur Sambil Berkebun
Setiap hari saya berjemur di depan rumah sambil nyiram tanaman. Paling bagus memberi nutrisi pada tanaman adalah sekitar pukul 9 hingga 10 pagi hari. Saat stomata tanaman muncul untuk mencari makanan.
Alhamdulillah makin banyak waktu di rumah, koleksi tanaman saya justru makin banyak. Saya punya waktu yang luang untuk merawat tanaman lebih banyak lagi.

Saat ini selain tanaman lama yaitu jeruk nipis, jeruk purut, jeruk limau, cabe, sirsak, yang semuanya ditanam dalam pot. Juga ada tanaman baru yaitu seledri, daun bawang, cabe keriting, pok coy, tomat, dan kangkung. Saya memesan benih beberapa jenis sayuran di toko online. Rencananya saya akan berkebun dengan model vertikal di lahan sempit depan teras rumah.
Saat ini benih yang saya beli di toko online udah sampai. Hari ini juga menjadi hari pertama saya semai benih cabe keriting, tomat marglobe, pok coy, dan kemangi.

Saya bersyukur ada suami dan anak-anak yang memberikan dukungan dengan menyiapkan peralatan untuk menanam model vertikal. Semoga dengan menyiapkan ketahanan pangan dari rumah, saya bisa menghemat biaya belanja sayuran.
5. Atur Waktu Istirahat
Siapa yang masih melek sampai malam demi kerjaan atau nonton drakor? Nah ini yang kadang sulit dihindari, tidur sampai larut malam. Alasannya banyak, dari ngejar deadline, nonton film atau drakor, jadi biang keladi. Ngejar deadline pekerjaan gak masalah, hanya waktunya yang kurang tepat. Belajar mengatur waktu harus mulai dilakukan agar tidak lagi tidur sampai tengah malam atau bahkan dinihari. Terlebih saat bulan puasa kan kita mesti bangun pukul 03.00 atau sesuai waktu kalian di daerah masing-masing.
Ternyata tidur sampai larut malam mengakibatkan beragam masalah. Mulai dari susah mengurangi BB tubuh, kesehatan jangka panjang yang bakal terganggu, dan lainnya.
6. Mengelola Stres
Saat ini begitu banyaknya info seputar covid dan kadang belum tentu benar bisa bikin orang menjadi gampang stres atau ketakutan. Padahal bila pikiran terlalu fokus pada kabar buruk dan kita tak mampu mengelolanya, bisa menyebabkan menurunkan imun tubuh.
Coba saring dan pilah informasi yang valid, agar tidak mudah galau membaca berita. Karena memang banyak sekali berita hoax di portal berita online atau sosial media.
Lebih Peduli Pada Warga Yang Terdampak Pandemi

Sahabat, saat ini begitu banyak terjadi PHK karena perusahaan pun terdampak corona. Sulitnya proses produksi berakibat pada sulitnya perusahaan mempertahankan karyawannya. Terutama perusahaan besar manufaktur yang memiliki ribuan karyawan. Adik kandung saya juga mengalami PHK. Alhamdulillah dia bertahan dengan beralih jualan sembako. Model pemasarannya menggunakan sosial media.
Saya sendiri bersama suami udah tiga kali membagikan sembako. Alhamdulillah tabungan jimpitan yang dikumpulkan oleh pengurus RT, mendapatkan jumlah yang lumayan. Dengan modal tabungan jimpitan, saya pun membelanjakan sembako untuk kerabat, tetangga, dan teman yang terdampak pandemi.
Melihat pembagian sembako yang saya lakukan bersama suami, atau saat bersama teman alumni SMP, ada perasaan sedih. Ingin sekali bisa membantu lebih banyak. Bayangkan saja dalam satu paket sembako, isinya adalah beras 2,5 kg, gula pasir 1 kg, telur 1/2 kg, minyak 1 liter, dan teh 1 kotak kecil.
Saya berharap sih paket sembako ini cukup untuk memperpanjang konsumsi makan keluarga penerima. Saya juga berharap lebih banyak lagi pihak yang mengulurkan bantuan pada tetangganya terdekat, keluarga, dan teman-temannya.
Mungkin bisa juga kalian bergerak bersama dengan teman satu komunitas untuk mengumpulkan donasi. Tiap orang bisa menyisihkan donasi seminimal mungkin. Duit 20 ribu yang biasanya untuk beli kopi kekinian, gak akan terasa untuk didonasikan. Duit 20 ribu dari satu orang bila dikumpulkan dalam jumlah puluhan atau ratusan orang, bisa lumayan. Hasil donasi bisa untuk dibelanjakan sembako dan dibagi pada teman satu komunitas yang terdampak pandemi.
____________
Tidak mudah memang hidup dengan pandemi yang masih ada di lingkungan kita. Namun ingat lah, kita tidak sendiri. Seluruh warga dunia juga mengalaminya. Musibah ini tidak memandang pangkat, harta, usia, karena semua kalangan bisa mengalaminya.
Sebagai manusia kita hanya bisa berdoa dan melakukan ikhtiar semampunya. Dengan harapan pandemi lekas berakhir dan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat kembali pulih. Namun tentunya ada ikhtiar juga dari apa yang kita lakukan untuk tetap mencintai bumi pertiwi dengan hal-hal kebaikan. Hidup dengan menjaga kebersihan dan kesehatan, merawat bumi dengan ikut menanam tanaman, dan ikut aktif berbagi atau mengumpulkan donasi untuk membantu sesama. Wassalamualaikum.