Pengaruh Covid-19 Dalam Kehidupan Keluarga - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 21 April 2020

Pengaruh Covid-19 Dalam Kehidupan Keluarga

Pengaruh Covid-19 Dalam Kehidupan Keluarga


Assalamualaikum Sahabat. Hal paling menyedihkan saat pandemi Covid-19 adalah terpisah dan tak bisa silaturahmi dengan ibu mertua, keluarga besar, dan sahabat saya. Karena physical distancing yang mengharuskan kami tidak bisa kumpul dan berjumpa serta ngobrol seru seperti biasanya.

Tapi saya enggak sendiri pastinya. Kalian para pembaca dan sahabat dunia maya mengalami hal ini. Bahkan ada juga yang terpisah antara suami, istri dan anak. Menyedihkan rasanya. 

Saya bersyukur banget karena mulai bulan Oktober 2019, suami dan si sulung udah tinggal bersama lagi di Semarang. Biasanya kan si sulung ngekost di Jogja, dan suami ngider di Cibitung, Tasikmalaya, atau Bogor.

Jadi saat pandemi seperti ini, saya masih bersyukur bisa berkumpul dalam satu rumah. Nggak terbayang rasanya bila terpisah rumah. Peluuuk kalian yang masih long distance marriage.

Lantas, apa sih pengaruh Covid-19 dalam kehidupan Sehari-hari Bagi Saya?

- Menahan Diri Bertemu Orang Tua dan Mertua

Ini hal paling menyedihkan bagi saya dan keluarga besar Bani Suhada. Karena biasanya menjelang puasa itu ngumpul di rumah Ibu di kawasan Singa, Semarang. 


Tapi kondisi anak-anaknya terpisah di kota berbeda, bahkan ada dua yang dinas di rumah sakit, harus menerapkan physical distancing. Suami yang masih bekerja di luar rumah pun juga nggak memungkinkan berkunjung ke rumah ibu. Takutnya membawa virus karena masih sibuk ngurus renovasi rumah klien saat pandemi.

- Menggunakan Masker Saat Keluar Rumah

Saat ada begitu banyak orang bekerja dari rumah, suami dan si sulung harus keluar rumah. Saat pandemi, suami tengah mengerjakan renovasi rumah milik tiga orang klien. Target sebelum lebaran harus sudah jadi sehingga bisa ditempati pemiliknya, membuat suami mesti keluar rumah setiap hari.


Saya hanya bisa menitipkan doa agar suami dan si sulung senantiasa mendapat perlindungan Allah azza wa jalla dari musibah dan bencana. Dijauhkan dari penularan virus covid juga. Dan saya tak pernah lupa menyiapkan masker untuk mereka berdua. Jadi setiap hari saya mencuci masker-masker yang sudah digunakan agar selalu bersih saat digunakan lagi.

- Masak Lebih Sering

Kayaknya bukan saya aja yang jadi lebih sering berada di dapur. Enggak hanya masak sayur dan lauk untuk keluarga. Tapi juga jadi rajin bikin cemilan sehat agar mereka tidak jajan di luar rumah.



Cemilan juara selama pandemi di rumah saya adalah pisang goreng dan brownis. Saya tak mampu lagi menghitung berapa kali bikin dua jenis cemilan itu. Nggak apa, buat keluarga apa sih yang enggak dilakukan oleh seorang ibu?!

- Lebih Banyak Waktu di Rumah


Selain ibu rumah tangga yang selalu di rumah, saya juga seorang content writer a.k.a blogger. Sebelum ada pandemi, saya lumayan sering hadir dalam gathering. Namun tentu saja sekarang berubah. Semua diharapkan di rumah aja, bekerja dari rumah, belajar dari rumah, yang aman memang di rumah sih.

Ternyata meski tidak keluar rumah untuk event blogger, di rumah jadi isinya kerja melulu. Selain pekerjaan rumah tangga biasanya seperti masak, mencuci baju, bersih-bersih rumah, saya malah jadi rajin mindah-mindah perabot. Kegiatan seperti beberes barang, memindahkan posisi perabot, merawat kebun juga jadi lebih banyak waktunya. Sehingga akhirnya saya bisa memindahkan tanaman cabe di beberapa pot tanaman terpisah. Tadinya abis disemai dan tumbuh agak tinggi, ada tiga atau empat tanaman cabe dalam satu pot.

- Mengelola Pikiran Agar Tetap Waras

Yup, gempuran berita yang menakutkan, menyedihkan, hingga mengerikan dari pandemi Covid-19 kadang mengusik pikiran. Menciutkan hati dan bikin sedih. Saya sejak awal sudah memposisikan diri agar menyaring berita yang valid. Saya enggak mau baca info yang bikin otak teracuni hingga bikin drop semangat. Karena paparan berita menyedihkan bisa mengganggu imunitas tubuh saat pandemi. Bahaya kan jadinya.

Itu lah sebabnya saya wajib me time. Cukup dengan melakukan aktivitas berkebun udah bikin pikiran saya teralihkan dari berita menyedihkan kepada tanaman-tanaman yang tumbuh subur. Melihat bakal buah, bunga, dan tanaman hijau yang mulai bersemi, bikin hati senang. Kalo hati udah senang tentu imunitas tubuh makin kuat.



Saya juga menyempatkan waktu untuk melakukan hobi yang lainnya. Karena anak-anak udah besar, saya bisa bebas mengalokasikan waktu dengan me time sederhana selama stay at home. Bisa baca novel favorit yang sebelumnya ada di rak buku, nonton film di smart TV, atau ikut meeting class. 

Alhamdulillah keuangan keluarga sementara ini belum kena pengaruh pandemi covid-19. Suami masih mengerjakan proyek dan saya juga ada tabungan dari hasil pekerjaan sebagi blogger. 

Saya berharap pandemi covid-19 segera berlalu. Sehingga mereka yang terkena pengaruh dari pandemi bisa bangkit lagi. Adik kandung saya yang terkena PHK sementara ini jualan online. Ada ikan segar, roti, jus, hingga salad buah. Yuk berdoa dan jangan pernah berhenti berharap bahwa akan ada pelangi yang indah setelah covid-19 berlalu. Wassalamualaikum.

13 komentar:

  1. Masak lebih sering sih iya banget mbak. Sampai bingung mo masak apa..ntar buka medsos, muncul makanan2 gitu cusss nyobain deh. Padalo ga suka masak... Hihihi

    BalasHapus
  2. Bagiku yang paling berat adalah poin pertama dan terakhir. Sama sekali belum mudik meski beda kecamatan, mbahnya Anak Lanang sudah kangeeeennn

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah saya saat ini tinggal bersama kedua orangtua Mbak, jadi setiap hari bisa ketemu. Hanya ibu saya aja yang masih sering ke pasar atau jalan-jalan, kadang saya khawatir mengingat usia ibu sudah sepuh. Di sisi lain saya juga maklum kalau ibu bosan di rumah terus. Biasanya masih ada kegiatan seperti arisan keluarga dan kadang diajak Bulek bepergian, tapi sekarang sudah 2 bulan lebih tidak kemana-mana.

    Saya hanya bisa wanti-wanti supaya ibu selalu pakai masker dan jangan ke luar rumah lama-lama :)

    BalasHapus
  4. Nah, mengelola pikiran agar tetap waras, ini penting juga ya mba. Karena bila kita abai, bisa2 tanpa kita sadari jiwa kita terganggu karena kondisi yg serba terbatas ini..

    BalasHapus
  5. Aku banget tuh mbak... Pernah dari jam 8 sampai 12 di dapur. Itu aja masih ada yang belum selesai hahaa.. Lebih sering masak dan bikin cemilan

    BalasHapus
  6. Iya pengaruh nya byk bgt.. diantaranya aku jg jd rajin masak n lbh menjaga kesehatan. Kita ambil positifnya aja y

    BalasHapus
  7. Yg paling terasa buatku adalah rutinitas masak yg jadi seriing banget. Kalo dulu2 dapur sibuk cuma sabtu minggu aja krn weekdays biasanya ga aempat masak. Sekarañg masak terus apalagi kakak juga lagi seneng2nya belajar masak

    BalasHapus
  8. Yg kerasa berat gabisa silaturahmi ke ortu ya Mba, ibuku udah kangen bbanget momong putu2nya... Rencana kumpul keluarga juga terpaksa dibatalkan krn pandemi ini... Semoga kondisi segera membaik

    BalasHapus
  9. bener banget mbak pengaruh yang paling kerasa tidak bisa bertemu orang tua, sebab aturan sosial distancing diberlakukan hingga 29 mei, itu artinya lebaran kali ini saya tidak bisa pulang kelampung... dan disini saya benar benar harus memupuk rasa sabar sebab ini menjadi lebaran pertama saya tanpa mudik.

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah ya Mbak bisa ngumpul sama keluarga. Ada temenku yang ibunya di Jateng, bapaknya di Jakarta... Kasihan banget.

    Semoga kita semua dikasih sehat.. nggak kena virus. Aamiin

    BalasHapus
  11. Bersyukur sekali mbak, kita masih bisa berkumpul dengan keluarga ya. Tetap sehat dan bahagia mbak Wati.

    BalasHapus
  12. Paling sedih tuh membaca kabar banyak orang yang terdampak secara ekonomi dengan adanya pandemi Covid-19 ini. Semoga saja segera kembali normal ya mba keadaan bumi ini. Kasihan sekali mereka-mereka yang kehilangan pekerjaan dan jadi ga punya biaya untuk hidup. Makin susah aja kondisi ekonominya.

    BalasHapus
  13. jadi bisa ngobrol bareng sama keluarga dan curhatan bareng, sisi positif dari covid

    BalasHapus