Menjadi Lebih Bahagia Dengan Semai Kebaikan - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 24 November 2025

Menjadi Lebih Bahagia Dengan Semai Kebaikan

Assalamu'alaikum Sahabat. Dunia katanya sedang tidak baik-baik saja. Dari perekonomian yang sulit, bencana alam yang mendadak muncul di beberapa wilayah, mampu membuat hati menciut. Namun begitu, ada banyak kebaikan yang muncul dari setiap kesulitan. Saya merasakan terselip jutaan keberkahan pada setiap musibah yang memporak-porandakan keadaan.

Ya, saya dan banyak warga dunia meyakini bahwa setelah badai akan muncul pelangi. Meredakan kedukaan. Menciptakan sedikit sinar harapan. 


Ada Pelangi Setelah Badai

Ujian kehidupan yang saya alami ketika mendadak suami kena serangan jantung. Saya sendirian mengantarnya ke IGD, tapi suami yang mengemudi mobilnya. Masya Allah ya kami bisa selamat sampai di rumah sakit. Dokter dan perawat yang jaga aja sampe kaget. Karena kondisi suami udah agak mendingan setelah mendapat obat di klinik. 

Dari yang saya baca ada kisah orang yang susah mengakses kesehatan saat sakit. Tidak demikian yang terjadi pada suami. Klinik yang mengetahui kalo suami mengalami serangan jantung, meminta saya segera ke IGD rumah sakit. Dokter yang jaga baik banget, memaksa dengan bahasa yang soft spoken.

Tiba di IGD pun tenaga kesehatan sigap melakukan cek yang dibutuhkan dengan melihat kondisi suamai. Saya dipanggil untuk diberi informasi lengkap seputar penanganan suami. Sedikit pun tak ada kalimat yang mengacu pada besaran biaya bila suami mendapatkan tindakan yang dibutuhkan.

Tenaga kesehatan hanya butuh saya mengurus di bagian administrasi IGD, kemudian minta tanda tangan saya untuk semua tindakan yang dilakukan dokter spesialis jantung.  Saya memang sendirian menghadapi ujian kecil itu, namun saya banyak dibantu oleh tenaga kesehatan yang sigap dan ramah.

Kebaikan tenaga medis yang saya terima cukup meringankan duka di hati. Saya merasa tidak sendirian. Saat dokter melakukan tindakan pada suami, dokter dan perawat yang lain, memberi informasi lengkap seputar efek tindakan yang akan terjadi. Mereka menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dalam intonasi yang , sopan, dan menenangkan keluarga pasien.

Meski sendiri, saya tidak mengalami ketakutan yang tak mendasar. Tak ada rasa cemas. Begitu suami sudah tiba di ICU, dokter meminta saya untuk berdoa. Tugas saya hanya itu. Menanti hasilnya dengan berdoa agar suami mendapatkan kemudahan di ruang ICU. Oiya, suami sengaja dikirim ke ruang ICU karena akan menjalani injeksi. Tindakan ini perlu dilakukan apabila terjadi efek samping dari injeksi, pasien bisa lebih mudah mendapatkan bantuan dengan adanya peralatan medis yang lengkap.

Jadi bayangan tentang ruang ICU hanya untuk orang yang hilang kesadaran, tidak benar. Suami hanya mendapat bius lokal. Namun ada kandungan obat morphin yang membuat dia sesekali hilang kesadaran. Kondisi ini hanya sementara. Indera pendengarannya juga dilindungi dengan memasang headphone yang memperdengarkan murotal. 

Alhamdulillah proses penyembuhan suami cukup lancar. Hari keenam setelah serangan jantung, suami diijinkan pulang dan berkumpul di rumah. Ucapan terima kasih pada tenaga kesehatan yang membantu suami, tak satu dua kali saya haturkan. Nakes yang merawat suami tidak sekadar melaksanakan tugasnya. Namun mereka juga memberikan empati pada setiap tindakan selama suami dalam perawatan di RS.

Yang paling bikin saya makin mengacungkan dua jempol adalah, saat suami dipindahkan di ruang VIP perawatan. Tak berselang lama, seorang perawat dari ruang ICU datang dan menyerahkan amplop. 

"Ini milik Pak Sugeng Artanto, Bu. Kami temukan saat membersihkan kasurnya."

Saya bingung namun menerima amplop yang teraba ada isinya. Saat itu saya hanya mengucapkan terima kasih dengan singkat. Dan ketika tatapan saya terpaut pada tulisan di luar amplop, hati saya menghangat. Semoga kalian semua dimudahkan menjalankan tugas selama di tempat kerja. 

Masya Allah, nakes dan cleaning service rumah sakit tempat suami dirawat, sangat jujur dan bertanggung jawab. Amplop itu ada isinya uang, dari bapak-bapak lingkungan RT tempat tinggal kami. Isinya lumayan loh. 

Meski pun misalkan amplop tersebut tidak sampai di tangan saya, tentu tidak kami ketahui. Saking banyaknya teman dan kerabat yang datang berniat bezuk suami. Terutama tetangga yang datang dengan jumlah lumayan banyak. Kayaknya satu RT datang semua, sampai perawat harus mengingatkan agar tidak berlama-lama di ruang ICU. 

Alhamdulillah suami menjalani proses recovery yang cepat. Dia juga sudah mengubah gaya hidupnya dengan mengatur pola makan bergizi seimbang. Suami bahkan bersedia olahraga rutin lima kali dalam satu minggu. Masya Allah saya senang dengan perubahan gaya hidupnya. Dia juga mengikuti saran saya untuk tidak lagi mengambil pekerjaan yang bisa mengakibatkan stress. Slow living mulai menjadi pilihan suami setelah serangan jantung kemarin.

Kebaikan Yang Menular

Terus terang saya dan suami baru 8 tahun menempati rumah yang sekarang ini ketika suami mengalami serangan jantung. Namun ikatan yang terjalin lebih panjang dari pada bilangan tahun. Tentu saja karena saya pernah tinggal di lingkungan ini jauh sebelum menikah dengan suami. Ada rumah orang tua di sana sehingga saya dan suami udah familiar banget dengan tetangga.

Yang bikin saya speechles saat tinggal di rumah yang sekarang adalah rasa sosial yang cukup tinggi. Tetangga saya bukan lah orang yang berharta. Namun rasa sosial mereka melampaui nilai kekayaan yang dimiliki. Tidak hanya tetangga yang sakit di rumah sakit yang mendapat perhatian. Namun ketika ada salah satu anggota keluarga yang mengalami kecelakaan kecil atau sakit yang tidak perlu dibawa ke rumah sakit, beberapa tetangga langsung nengok di rumah.

Ada yang hanya datang membawa makanan, namun tak sedikit juga yang hanya memberi perhatian dan doa-doa. Tindakan kecil yang nampak besar di mata saya ini menular pada pendatang baru seperti saya dan suami. Tak perlu disuruh, saya atau suami akan menengok tetangga. 

Ketika pandemi lalu, ada tetangga yang terpapar virus covid. Segera ibu-ibu membicarakan bantuan apa yang dibutuhkan oleh keluarga ini. Bapak-bapak pun ikut membantu mereka dengan menyiapkan kebutuhan di luar sembako atau masakan.

Semai Kebaikan dalam Kehidupan Sehari-hari

Berbuat baik itu sebenarnya mudah. Yang susah mungkin karena belum terbiasa. Berbuat baik dari hal kecil seperti tersenyum saat bertemu orang, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf. Sikap yang dilakukan dari hati, dengan tulus, jujur, dan bukan sekadar basa basi, akan tersampaikan pada orang lain. 

Kebaikan apa saja yang bisa kamu lakukan dalam kehidupan ini? Hal sederhana tentunya bisa dilakukan dengan bersikap baik pada lingkungan tempat tinggal. 

Kebaikan Hidup Bertetangga

Ada yang bilang memiliki tetangga baik itu rejeki. Saya setuju dengan ungkapan tersebut. Karena seperti yang dibilang banyak orang, tetangga adalah keluarga terdekat kita. Ketika kita mengalami musibah, tetangga yang nomor satu akan datang membantu. Bukan saudara kandung, keluarga besar, ataupun sahabat kamu.

Suatu hari saya mendapat kiriman petai yang cukup banyak dan tidak mungkin dikonsumsi sendiri. Saya meminta adik saya yang  masih tinggal bersama orang tua, untuk membagikan petai itu pada seluruh tetangga. 

Besoknya saya mendapat kiriman sayur lodeh dengan petai yang bikin kami segera menghidangkan untuk makan siang. 

Pernah juga ada tetangga yang membagikan singkong kiriman anaknya dari Salatiga. Tetangga kami ini mengupas dan merebus singkong itu. Jumlahnya yang banyak cukup untuk mereka bagikan pada tetangga terdekat. Saya pun ikut menikmati singkong rebus itu bersama suami dan anak-anak.

Tindakan kecil yang berdampak besar itu mampu menciptakan kebahagiaan kecil dalam hidup keseharian. Beberapa tindakan kecil yang  bisa kamu lakukan misalnya adalah tersenyum saat keluar rumah dan bertemu tetangga. Andai kamu sibuk dan terburu-buru berangkat ke tempat kerja, tetap sempatkan senyum dan menyapa tetangga. 

Kebaikan Dalam Interaksi Sosial

picture by pinterest

Semai kebaikan juga pada orang yang kamu jumpai di luar lingkungan tempat tinggal. Seperti saat belanja di salah satu minimarket, saya melihat mbak kasir yang wajahnya kusut. Setibanya di meja kasir dan membawa beberapa barang, saya menyapanya.

"Mbaknya cantik loh pakai lipstik warna itu."

Tahu nggak apa yang terjadi? Wajah si mbak kasir seketika berubah ceria.  Dia mengucapkan terima kasih untuk pujian kecil itu. 

Perubahan dari senyum kecil hingga  menampakkan giginya yang rapi, membuat saya ikut tersenyum. Dia pun melayani saya dengan wajah ramah dan ceria. Saat saya keluar menuju tempat motor di parkiran, sempat melihat mbak kasir melayani pelanggan berikutnya tetap dengan wajah full senyum. 

Kamu pun bisa melakukan kebaikan kecil, seperti memberikan kursi pada perempuan yang repot bawa belanjaan saat di bus atau angkot. Berbagi payung ketika hujan mendadak pada orang lain yang beriringan langkahnya menuju halte. Atau menahan pintu agar terbuka untuk orang lain saat di minimarket, apotik, dan tempat  umum. Dan banyak lagi kebaikan kecil yang bisa kamu lakukan pada orang yang bertemu di jalan.

Berbagi melalui Jumat berkah juga bisa kamu lakukan. Kamu bisa melakukannya dengan mengajak anggota komunitas, keluarga, tetangga untuk mengumpulkan donasi. Nantinya kamu bisa menyiapkan makanan nasi bungkus (makanan lain), atau bisa juga membeli makanan untuk dititipkan di masjid terdekat.

Mengajarkan Nilai Kebaikan pada Anak

picture by pinterest

Anak-anak adalah generasi penerus yang akan membawa nilai-nilai kebersamaan di masa depan. Dengan mengajarkan mereka tentang pentingnya kebaikan, sebagai orang tua turut membantu menanam benih kebaikan yang akan terus tumbuh.

Semai kebaikan  pada anak-anak dari hal kecil, seperti mengucapkan terima kasih saat menerima bantuan. Ucapkan tolong bila menginginkan sesuatu, dan meminta maaf meski hanya melakukan kesalahan kecil.

Kesibukan kerja bagi pasangan suami istri tidak lantas mengabaikan anak-anak. Setibanya di rumah, tetap luangkan waktu untuk berinteraksi dengan mereka. Ajak anak-anak bermain, seperti yang dilakukan suami saya saat mereka kecil dulu. Meski lelah dengan pekerjaan di proyek konstruksi, suami tetap semangat merangkak dengan anak-anak yang duduk di atas punggung. Saya cukup menyiapkan minuman dan buah potong untuk dinikmati saat jeda bermain.

Sedari kecil saya juga mengajarkan anak-anak untuk memiliki andil dalam urusan beberes rumah. Mereka memiliki tanggung jawab membereskan mainan bila sudah selesai main. Pekerjaan ringan sepeti menyapu di kamar masing-masing, mencuci piring dan gelas bekas mereka pakai, atau merapikan tempat tidur.

Sebagai orang tua, saya tidak malu meminta maaf ketika salah. Tujuannya agar anak-anak pun tidak enggan meminta maaf bila berbuat salah. Kata-kata pujian juga tak pelit saya ucapkan bila anak-anak berbuat baik. Seperti menata sandal atau sepatu ketika akan masuk rumah.

Menularkan Kebaikan Dalam Komunitas

Sekarang ini banyak komunitas muncul menjadi wadah untuk bersosialisasi. Mereka tergabung karena kesamaan hobi, sekolah, asal usul (kampung yang sama), dan lainnya. 

Komunitas yang tercipta karena berasal dari sekolah yang sama, seperti reuni satu angkatan sekolah atau kampus. Ada satu sisi segi sosial yang menjadi efek positif reuni. Biasanya ada uang kas yang dikumpulkan, tergantung kebijakan pengurus yang disetujui oleh anggota alumni. Uang yang terkumpul ini biasanya digunakan untuk dana sosial ketika ada anggota yang sakit atau takziyah. 

Dari hal kecil dengan mengumpulkan uang yang nilainya juga kecil ini justru melahirkan empati baru. Seperti yang saya sering alami di komunitas reuni sekolah SMP saya dan suami yang kebetulan satu almamater. Ketika ada teman yang kesulitan, sedang sakit dan tidak terdaftar asuransi kesehatan milik pemerintah, kami ringankan kaki membantunya. 

Ketika ada satu, dua, atau tiga orang melakukan kebaikan kecil ini pada teman kami, ternyata menular pada yang lainnya. Akhirnya teman kami justru mendapatkan bantuan dari beberapa teman lainnya yang tergerak hatinya.

Saya yakin ketika sudah melakukan kebaikan, ada terselip kebahagian yang muncul. Kebahagiaan ini menghangatkan hati, memupuk jiwa menjadi lebih baik. Perbuatan baik ini ternyata mampu meredakan stres. Karena ketika kita menjadikan kebaikan sebagai kebiasaan, hidup menjadi lebih berarti. Ingat kan dengan salah satu hadist, bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.  

Semoga tulisan ini bermanfaat ya. Yuk sharing cerita kebaikan yang sudah dan akan selalu kamu lakukan di kolom komentar. Wassalamualaikum.

Tidak ada komentar: