Memaknai Puasa Saat Pandemi - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Sabtu, 09 Mei 2020

Memaknai Puasa Saat Pandemi

Memaknai Puasa Saat Pandemi

Makna puasa saat pandemi

Assalamualaikum Sahabat. Saya adalah orang yang selalu melihat kondisi dari sisi positif. Tidak mudah menyalahkan orang atau kondisi yang datang. Intinya saya tidak ingin menjadi orang yang tidak punya rasa syukur. Belajar dari bapak saya yang mengajak agar untuk urusan duniawi, lihat lah ke bawah. Pada tetangga, teman, dan saudara yang kurang mampu. 

Jadi ketika pandemi yang tidak saja menjadi musibah kematian dan sakit bagi banyak orang, tapi juga menurunkan tingkat kemampuan ekonomi warga. Saya bersyukur masih memiliki pemasukan, bukan hanya dari kegiatan sebagai content writer. Namun juga masih ada pemasukan untuk keluarga dari suami, yang masih ada pekerjaan dan harus digarap sampai selesai. 

Sebagai pengusaha kecil mandiri, kami sudah beberapa kali mengalami kesenangan maupun kesusahan. Namanya juga usaha, ada naik dan turun dari pemasukan. Apalagi kami bukan lah pemilik usaha dengan modal besar. 

Namun saya dan suami sejak lebih dari 16 tahun ini memiliki kesiapan mental dalam menghadapi berbagai situasi yang tidak menyenangkan. Modal kami hanya sabar, ikhlas, jujur, dan pasrah. Tingkatannya bisa dibolak-balik tergantung masalah yang sedang dihadapi. Intinya ketika kena tipu orang, kami tak menyalahkan si penipu. Pertama bisa jadi kaget dan hanya mampu mengucap istighfar. Namun hal berikutnya kami tanggapi dengan senyum, sabar, dan ikhlas. 

Belajar menjadi orang yang ikhlas, bersabar, atau pasrah itu ujiannya banyak banget. Keluarga besar, juga tetangga menganggap kami tidak pernah terlihat kesusahan. Mereka tahunya saya dan suami tidak pernah kekurangan, karena memang tak pernah mengeluh. Pantang bagi kami mengeluh, Allah tidak menyukainya.

Alhamdulillah anak-anak juga telah kami biasakan untuk tidak minta sesuatu yang sekiranya orang tua tak mampu membelikan. Bahkan ketika kami punya uang pun mereka tidak lantas minta dibelikan sesuatu. Anak-anak sudah diajarkan untuk menabung dulu bila ingin sesuatu. Itu pun diingatkan apakah benar barang tersebut dibutuhkan, bukan sekadar diinginkan? Jadi meski yang akan dibelanjakan duit mereka sendiri, tetap harus ada pertimbangan.

Jadi ketika pandemi dan banyak warga yang menjadi miskin. Tidak mampu membeli makanan untuk keluarganya, kami tergerak menyisihkan keuntungan dari pekerjaan yang sedang dalam proses. Mungkin ini yang disebut, harta kami bukan lah milik kami sepenuhnya. 

Dari kondisi ini kami memaknai puasa tahun ini sebagai saat untuk banyak bersyukur. Karena :

- Bisa Berbagi 

Alhamdulillah, sekarang kami hanya membeli produk, dari masker, hand sanitizer, atau makanan baik yang mentah maupun udah matang pada kenalan. Bisa dari teman blogger, kerabat, tetangga, pokoknya yang kami kenal.

Dari produk yang kami beli pun, belum tentu dinikmati sendiri. Ada juga yang dibeli untuk dibagikan. Intinya kami yang memiliki harta, meski tidak banyak, harus menyisihkan untuk mereka yang terdampak pandemi.

- Lebih Menikmati Berbuka Bareng Keluarga

Mulai tahun kemarin saya udah mengurangi undangan event berbuka di hotel atau resto. Biasanya saat bulan ramadhan ada banyak undangan yang kalo dituruti bisa sering keluar rumah. Saya biasanya menerima undangan ketika anak-anak juga ada acara buka bersama teman-temannya. Sementara suami juga sedang di luar kota atau ada undangan bukber juga.

Nah, tahun ini saya mensyukuri kondisi bahwa ternyata covid mengharuskan umat muslim untuk kembali pada keluarga. Saya bersyukur bisa menikmati buka puasa bersama keluarga secara utuh. Karena tahun kemarin keluarga saya berpencar di tiga kota. Suami sedang menggarap proyek di Bogor, si sulung udah bekerja di Jogja, dan saya bareng si bungsu di Semarang.

Jadi tahun ini kami sangat bersyukur bisa bersama dalam satu rumah dan buka puasa bareng setiap hari. Alhamdulillah.

- Masak Bersama di Dapur

Wah ini nih yang saya syukuri selama pandemi. Biasanya saya masak sendirian, atau si bungsu sesekali bantuin. Karena ngumpul dan kegiatan belajar di kampus ganti online, si bungsu bisa bantuin saya masak tiap hari. Bahkan pernah saya duduk santuy, sementara urusan masak ditangan suami dan anak-anak.


Saya juga bersyukur setelah lama absen uji coba resep baru, kemarin sukses bikin chicken karage. Sejak anggota keluarga terpisah kota, saya memang jarang bikin menu baru di dapur. Apalagi suami juga mengijinkan untuk pesan makanan aja di grabfood untuk saya dan si bungsu. Katanya sih dari pada saya kecapekan masak tapi yang menikmati cuma dua orang.

- Masak Yang Sederhana dan Secukupnya

Alhamdulillah udah lima tahun ini saya dan suami udah nggak makan nasi saat sahur. Saya lebih memilih minum jus sayur dan makan buah-buahan aja.


Ini meringankan beban saya juga karena masak pun jadi secukupnya. Lha kalo masak berlebih trus sisa saat sahur, siapa juga yang mau makan? 

Kondisi pandemi juga membuka mata kami sekeluarga, bahwa puasa kali ini harus lebih sederhana lagi. Nggak ada buka bersama di kafe atau restoran. Biasanya tahun-tahun lalu kami bisa bukber sekeluarga atau dengan keluarga besar di restoran. Pengeluaran untuk bukber bisa dialihkan untuk membeli sembako dan dibagikan pada teman atau kerabat yang terdampak pandemi.

- Lebih Banyak Tadarus

Karena nggak pernah keluar rumah dan aktivitasnya juga itu-itu aja, saya punya waktu luang banyak. Anak-anak udah besar dan tidak lagi banyak mengusik waktu saya. Jadi cita-cita saya untuk memperbanyak belajar ilmu fiqih bisa terwujud. 


Saya bahkan bisa mengulang baca Quran setiap abis shalat. Semoga bisa khatan minimal satu kali selama ramadan tahun ini, aamiin.

____________

Alhamdulillah bagaimana pun kondisi yang sedang terjadi, sebagai umat muslim kita patut bersyukur. Musibah atau ujian, kita menganggap pandemi ini, jangan jadikan sebagai cobaan yang sangat berat. 

Justru musibah pandemi ini patut kita syukuri, dengan bersabar menghadapinya.  Dengan bersyukur saat kena musibah, insya Allah dosa kita akan diampuniNYA. 

Mungkin ada yang bingung kenapa dapat musibah justru bersyukur?
Iya saya dan suami selalu bersyukur ketika mendapat musibah. Artinya saya dan suami diajak Allah untuk belajar bersabar, dipilih menjadi manusia yang harus banyak bersyukur. Karena kalo pun mengeluh rasanya malah bikin hati makin gelisah. Bayangkan aja, udah kena musibah, nggak enak banget kalo hati gelisah. 

Rasulullah SAW pernah bersada: “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla berfirman: “Apabila Aku memberi cobaan kepada hamba-Ku dengan melenyapkan kedua perkara yang dia cintai (yakni kedua matanya), kemudian ia bersabar, maka untuknya akan kuberi ganti surga karena kehilangan keduanya.” (HR Al-Bukhari)

Sabar, ikhlas, dan pasrah (tawakal) dengan tetap mensyukuri nikmat musibah atau ujian di tengah pandemi, semoga Allah azza wa jalla memberikan kita ganti keindahan dalam bentuk surga. Aamiin ya Allah. 

Semoga kita semua menjadi pribadi yang lebih baik setelah ramadan ini. Makna puasa dengan lebh sederhana dan selalu bersyukur, moga menjadi tabungan amaliyah kita untuk bekal kembali ke kampung yang kekal kelak. Wassalamualaikum.

8 komentar:

  1. Memang pandemi ini berdampak pada siapa saja, Mbak. Mau pengusaha atau pegawai/karyawan, semua terpengaruh oleh kondisi wabah. Pemasukan menurun karena aktivitas harus dikurangi. Saya pun merasakan penurunan pendapatan, apalagi fulltime content writer yang mengandalkan fee. Tapi ya sebagaimana Mbak Wati bilang, kudu syukur dan sabar insyaallah nanti dikasi jalan terus. Memang ga gampang tapi kami yakin bakal bisa melalui. Toh kehilangan apa pun ya hakikatnya kita ga pernah memiliki.
    Salut dengan keluarga Mbak Wati, masih menyisihkan rezeki untuk berbagi. Patut dicontoh karena sedekah yang paling bagus itu ya di saat krisis begini, saat kita sendiri takut miskin, begitu kata Nabi. Saya juga sebisa mungkin beli jualan teman pas ada uang, sekalin donasi kalau cocok. Yang lebih sulit memang tawakkal, kadang godaan untuk mengeluh dan dan ga sabar tuh muncul kan aja. Kudu banyak istigfar. Sisi lain jadi bersyukur sih sahur dan buka menunya sederhana aja jadi lebih hemat hehe....

    BalasHapus
  2. Selalu ada hikmah dibalik setiap musibah. Alhamdulillah banyak hal positif terutama di keluarga dengan adanya pandemi corona ini. Semoga semuanya cepat berakhir

    BalasHapus
  3. Pandemik corona memang membawa dampak luar biasa bagi kehidupan kita.. Demi mencegah penularan yg masif kita dihimbau utk melakukan social distancing. Tentunya lebih banyak dong waktu kita dihabiskan di rumah bareng keluarga. Apalagi ini bulan ramadan pas banget untuk meningkatkan ibadah.. Mungkin ini salah satu hikmah atas musibah yg kita alami..

    BalasHapus
  4. Duh hikmahnya banyak ya ternyata,
    Alhamdulillah mencoba selalu melihat hal baik ditengah hal-hal menakutkan 🤗

    BalasHapus
  5. Hikmahnya banyak banget memang mbak, Ramadhan ini kami juga banyak berkumpul dengan keluarga. Sehat terus ya mbak Wati.

    BalasHapus
  6. Aku gersang karena Corona. Tapi ramadhan selalu punya sisi istimewa. Semoga tahun depan masih bisa jumpa lagi dengan ramadhan nan semarak.

    Ramadhan ini skill masakku bertambah oe

    BalasHapus
  7. Wah asyiknya, dengernya itu adem banget mbak. Syukurlah ya, selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Yang pasti, skrg quality time bareng keluarga tuh unlimited banget 😍

    BalasHapus
  8. Alhamdullilah ya mbak, sebagai Muslim kita diberi petunjuk untuk bersyukur ketika mendapat musibah
    Sehingga hatipun tentram

    BalasHapus