Meriahnya Merti Desa Ngawen Tegalrejo Salatiga - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Kamis, 05 Oktober 2023

Meriahnya Merti Desa Ngawen Tegalrejo Salatiga

Assalamualaikum. Wah saya ingin cerita tentang kegiatan sepulang dari Salatiga kok gak sempet-sempet. Adaaa aja kesibukan di dunia nyata. Tapi bulan September ini memang banyak kegiatan juga di rumah. Jadi akhirnya baru sekarang saya ceritakan tentang Merti Desa di Ngawen Salatiga. 

Merti Desa

Ngawen adalah salah satu kecamatan yang terletak di Kota Salatiga. Kebetulan adik kami tinggal di daerah ini udah beberapa tahun. Namun baru kali ini saya dan suami berkesempatan hadir di acara merti desa, yang menjadi tradisi tahunan Desa Ngawen.

Apa Yang Dimaksud Merti Desa?

Dari beberapa sumber berita yang saya baca, juga ngobrol ringan dengan beberapa pemerhati sejarah dan budaya, ada beberapa desa di Jawa Tengah yang masih setia melakukan upacara merti desa. Yaitu semacam kegiatan syukuran setelah panen raya. Untuk waktunya bisa berbeda pada masing-masing desa. Biasanya acara ini mengikuti tradisi yang sudah dilakukan oleh leluhur sejak jaman dulu. Tentu saja sampai anak cucu hingga beberapa generasi juga akan mengikuti waktu yang udah ditetapkan dan nggak ada yang berani mengubahnya. 

Di Ngawen pun sejak dulu kala juga udah menetapkan bulan Sapar sebagai acara merti desa. Menurut masyarakat di Desa Tegalrejo ini, tradisi ini dilakukan dengan sebutan Saparan. Mungkin di beberapa daerah lain juga mengadakan Saparan, entah dengan sebutan yang sama atau berbeda.

Untuk kesekian kalinya, masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga kembali menggelar acara gebyar Saparan. Yang juga dikenal dengan sebutan Merti Desa. Yaitu ungkapan syukur pada Tuhan Yang Maha Kaya atas berlimpahnya berkat yang diterima warga setempat. 

Ucapan syukur yang dilakukan dengan menyiapkan makanan dan disajikan untuk para tamu yang berkunjung. Namun ada juga ritual sesaji yang dilakukan oleh para tetua dalam acara yang diadakan satu tahun sekali ini. Selain itu juga ada arak-arakan yang turut memeriahkan acara Saparan atau Merti desa. 

Dari cerita warga lokal, biasanya tetua yang masih menjaga adat akan menyiapkan pula beragam sesaji. Masih dari penuturan warga lokal pula, sesaji itu diperuntukkan sebagai simbol rasa terima kasih dan permohonan pada Gusti Allah. Juga menunjukkan rasa hormat pada leluhur mereka, meminta supaya dhanyang menjalankan kewajibannya dengan baik untuk mengusir makhluk halus yang jahat. 

Untuk hal terakhir itu saya yang tidak mempercayai hal serupa, harus menahan keinginan hati untuk mendebatnya. Pikiran sehat membungkam mulut saya, yahh cukup hormati dengan memasang wajah tersenyum saja lah yaa.

Bagaimana Merti Desa Dilaksanakan oleh Pihak Berwenang?


Suasana Ngawen di Salatiga
saat Saparan

Karena baru kali ini saya mengetahui pelaksanaan merti desa, jadi ya bisa saja nggak sama dengan yang dahulu sebelum pandemi. Karena kemarin saya hanya tahu bahwa adik saya membagikan undangan di grup WA untuk datang ke rumahnya pada tanggal yang telah ditentukan.

Nah dari seorang warga lokal, saya tahu tentang merti desa tahun tahun sebelumnya dengan upacara khusus. Katanya sih kalo ingin keinginannya tercapai, orang memanjatkan doa khusus pada Tuhan. Mereka akan mengadakan upacara ritual tradisional dalam berbagai bentuk seperti kenduri, dengan mengadakan berbagai macam makanan dan sesaji, pagelaran wayang kulit, tayuban, atau tarian ritual. Ini biasanya dilakukan oleh warga Jawa Tengah bagian Selatan. Dari Salatiga, Sukoharjo, Delanggu, dan sekitarnya. 

Begitu pula dengan merti desa di Ngawen, sebelum pelaksanaan tradisi saparan, penduduk desa mengadakan persiapan. Kepala Desa dengan dibantu panitia khusus mengajak warga desa melakukan bersih desa. Dari pembersihan saluran irigasi, bersih kubur, sumber air, dan tempat-tempat yang memiliki sejarah khusus di desa tersebut.

Karena saya datang pada hari H, jadi hanya tahu tentang hiburan di panggung yang letaknya di sebuah lapangan. Kebetulan dekat rumah adik saya, jadi kedengaran deh suara sound nya yang membuat kaca pun ikut bergetar, hahahaa.

Iseng dong saya ke tempat yang menjadi pusat kerumunan warga itu. Dan ternyata panggungnya cukup megah, dengan pengiring musik, gamelan, penyanyi, dan penghibur lainnya yaitu kuda lumping dan reog. Lengkap banget ya. 

Kesenian Kuda Lumping

Sayang banget saya hanya menjumpai kuda lumping yang sedang beraksi. Sementara pemain reog dan penghibur lainnya tengah berisitirahat. 

Warga tampak antusias dengan kemeriahan di desa mereka. Bahkan yang datang pun banyak juga yang dari warga desa lain. Ahhh kami pun datang dari kota tetangga juga ya, hihihii.

Merti Desa atau Saparan di Rumah Adik 

Sama seperti semua rumah di kawasan Ngawen, ada banyak tamu di rumah adik kami. Kalo dari rumah warga setempat, terlihat dari beberapa motor dan mobil yang parkir di halaman rumah mereka. 

Tamu Saat Saparan

Ahh bikin saya jadi menghitung ada berapa tamu yang tengah berkunjung di rumah tersebut. Iseng banget ya. Menarik sih jadinya dengan melihat keberadaan banyaknya motor atau mobil di teras rumah setiap warga. Jalan kampung lebih ramai dibandingkan dengan saat lebaran. Dan memang hal ini juga diamini oleh adik saya dan warga lokal. Lebaran belum tentu seramai seperti ketika Saparan ini. 

Setiap desa memiliki tradisi leluhur yang berbeda. Kalo di tempat saya tentu saja lebih rame saat lebaran karena bisa berkumpul dengan keluarga dan tetangga untuk saling memaafkan. Atau seperti teman saya, blogger Malang yang ketika lebaran justru melakukan kegiatan yang bermanfaat, yaitu membuat pohon keluarga. 

Tamu yang datang biasanya memang sengaja diundang untuk menikmati suasana saparan di Ngawen. Tentu saja ada sajian jajanan, hingga makan besar, ini nampaknya menyesuaikan kemampuan finansial sang tuan rumah.

Mau tahu sajian yang ada di rumah adik kami kala saparan kemarin? Lengkap banget, jajanannya ada jenang, klepon, tape ketan, sale pisang, salak, jeruk, dan banyak lagi lainnya. Karena ada jajanan di dalam toples yang saya sudah lupa apa aja. 

Jajanan pasar

Dan masih ada makan besar yang bakal bikin tamu kenyang dan puas. Karena lauknya ada ayam goreng, ayam bakar, udang goreng, ikan filet goreng tepung, tahu bakso, dan sambel kembangi. Duhhh jadi ngiler lagi kan nulis ini membayangkan makanan yang disajikan adik kami saat itu.

Aneka makan dan minuman

Tentu saja ada minuman yang bisa dibikin sendiri, karena udah disediakan gelas kertas, kopi, lemon tea, teh yang semuanya dalam bentuk instan. Dan masih ada juga es batu bagi yang menginginkan minuman dingin. Gimana, lengkap banget kan yaa. 

Sajian makanan


Siang itu saya dan suami sengaja ngajak ibu dan seorang ponakan. Ya hanya kami berempat saja yang bisa berkunjung ke rumah adik saat saparan. Yang lain sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. 

Bertamu saat Saparan

Rasanya kami nggak sabar loh nungguin saparan tahun berikutnya. Kalo di tempat kalian, ada juga kah tradisi serupa? Bagikan yuk cerita kamu di kolom komentar. Wassalamualaikum.

9 komentar:

  1. Kelihatannya seru banget nih, Kak acara yang sudah terlaksana di atas

    BalasHapus
  2. Yah sayang sekali nih ya, Mbak Reognya sudah istirahat. Padahal itu bagus ya

    BalasHapus
  3. Lumayan meriah nih ya, Kak di desa Ngawen, Tegalrejo ini. Seru juga kelihatannya

    BalasHapus
  4. Iya, Kak setuju saja kalau tiap daerah itu mempunyai tradisi yang berbeda-beda

    BalasHapus
  5. Saya baru tahu nih tradisi yang ada di sana. Terima kasih sudah sharing, Kak

    BalasHapus
  6. Mau udang gorengnya heheheh. Alhamdulillah salut banget untuk adiknya mbak. Bener2 memuliakan tamu.

    Seru ya kalau ada acara rame2 gini. Udh lama juga daku ga nonton jaranan atau pertunjukan reog.

    BalasHapus
  7. kalo di daerah kita ada acara tuh rasanya senang banget apalagi kalo acara itu menampilkan hiburan untuk rakyat, whh makin semangat deh nontonnya. Btw, jujur aja, saya sejak dulu penasaran pengen nonton kuda lumping, hehehe

    BalasHapus
  8. Sepertinya hampir mirip sih mbak acara saparan tapi tidak sebegitu rame seperti Merti Desa Ngawen ini
    Biasanya buat berkatan terus ngaji, sholawatan,trus tukar berkatan, atau ada kadang yang rebutan jajan gitu yang digantung2 atau ditempel

    Ini yang kalau di Merti baru tahu banget, rame dan seru pasti ya

    BalasHapus
  9. Aku gak pernah ikut acara perayaan, tapi biasanya yang terasa banget tuh pas muludan atau Merayakan Hari Kelahiran Nabi sholallahu 'alaihi wa salam.

    Kalau merayakan panen, kayanya aku kudu di beberapa daerah di Jawa yang masih memiliki tanah lus untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

    BalasHapus