Mendapatkan Porsi Haji Nggak Harus Kaya Harta - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 02 Juli 2019

Mendapatkan Porsi Haji Nggak Harus Kaya Harta

Nggak Harus Kaya Harta Untuk Berangkat Haji


Assalamalaikum Sahabat. Setiap kali menjelang keberangkatan jemaah haji Indonesia, jantung saya selalu berdegup lebih kencang. Kenangan saat saya dan suami bisa mendapatkan porsi haji seperti hadir kembali. Kenangan berjuang mengumpulkan duit agar bisa setor biaya pelunasan haji pun hadir. 

Semua kenangan itu menjadi potongan film yang tayang dalam ingatan. Menjadi kenangan rasa nano-nano, yang selalu saya bagikan pada sahabat dan keluarga. Karena kenangan manis itu terbit setelah ada jejak langkah perjuangan, hidup prihatin, belajar sabar, ikhlas, bercampur jadi satu. Itu lah mengapa saya bilang nano-nano. Karena beragam rasa berbaur dalam beberapa tahun dari mendapatkan porsi haji hingga keberangkatan ibadah ke tanah suci.

Setelah sekian tahun berlalu, saya jadi ingat belum menuliskan pengalaman bagaimana caranya bisa mendapatkan porsi haji saat itu. Rencananya nanti setelah porsi haji, akan saya tuliskan juga artikel tentang bagaimana merayu Allah azza wa jalla agar bisa mendapatkan rejeki yang berkah dan berlimpah. Serta dimudahkan melunasi biaya haji seperti saya dan suami.


Nggak Harus Jadi Orang Kaya Untuk Mendapatkan Porsi Haji


Bener banget loh yang saya tulis sebagai judul di atas. Nggak harus menjadi orang kaya untuk mendapatkan porsi haji. Buktinya banyak teman saya yang kaya tapi belum berangkat haji juga sampai sekarang.

Lah kan butuh duit untuk berangkat haji, mbak Wati? Gitu pasti pertanyaan lanjutannya kan?!

Bener sih kalo berangkat haji itu butuh duit. Tapi bukan pula kalo kamu nggak orang kaya, nggak bakal berangkat haji. Hapus dulu ya statement tersebut. 

Karena ada banyaaaak sekali contoh orang biasa, bukan kaya raya, tidak punya rumah mewah, namun bisa berangkat haji. Kebetulan saya berangkat haji tahun 2014 itu mendapat jatah kloter 17 gelombang I. Kloter 17 terdiri dari jemaah haji dari Kota Semarang plus tambahan sejumlah 25 orang jemaah haji dari Kabupaten Demak. Total satu kloter sejumlah 370 jemaah dan petugas pembimbing haji serta petugas kesehatan.

Nah, dari kabupaten Demak ini lah saya dan teman satu regu sebanyak 12 orang, digabung dalam satu rombongan. Ceritanya pernah saya tulis mengapa kami ber-12 orang ini digabung dengan rombongan Demak. Satu rombongan terdiri dari 40 jemaah haji.

Silahkan baca : Persiapan Pembentukan Regu Ibadah Haji

Dari 25 jemaah haji asal Demak ini tidak semua orang kaya. Kebanyakan malah dari ekonomi biasa. Seperti juga saya, dan teman-teman dari Kota Semarang. 



Memang nggak harus menjadi orang kaya untuk berangkat haji. Dari beberapa kali obrolan saya bisa menarik kesimpulan, bahwa hanya butuh niat, kesabaran, ikhlas, dan tawakal untuk mengumpulkan duit setoran awal BPIH serta pelunasan ONH.


Biaya Haji Bisa Dari Mana Aja?

Cerita tentang biaya haji ini selalu menjadi inspirasi saya untuk menuturkannya dalam acara arisan keluarga. Atau saat silaturahmi seperti ajang halal bihalal atau reuni dengan teman sekolah.

Ada beberapa teman saya yang udah mampu berangkat haji, hartanya ada, namun dia belum juga mendaftar haji. Atau kalo enggan menanti antrian, minimal berangkat umroh. Saya sampai bercerita gimana teman-teman satu kloter banyak yang berjuang demi mengumpulkan duit untuk setoran awal.

Dari cerita sesama teman haji, ada yang bisa setor BPIH (Biaya Pendaftaran Ibadah Haji) dari jualan di pasar. Setiap hari menyisihkan sedikit hasil jualan untuk ditabung di bank. Jaman dulu belum ada bank syariah, jadi ya pilih bank konvensional.

Ada juga yang menjual tanah warisan yang menjadi haknya dari orang tua. Atau ada juga yang menjual pohon atau hasil kebun. Pasti lumayan luas ya kebunnya hingga bisa mendapatkan duit sejumlah 25 juta rupiah.

Saya dan suami bisa setor BPIH juga karena menjual rumah. Karena ada masalah keuangan (nanti saya ceritakan dalam tulisan berikutnya), suami menjual rumah pertama yang terletak di kawasan Pedurungan Kidul.

Alhamdulillah dari penjualan rumah, bisa beli lagi rumah yang dekat dengan orang tua. Lebih kecil a.k.a separo dari rumah pertama. Namun niatnya semoga berkah karena mendekati rumah orang tua agar bisa merawat mereka. Sisa penjualan rumah, masih bisa digunakan untuk biaya renovasi rumah kedua dan setor BPIH. Untuk dua orang, kami harus setor BPIH sejumlah 50 juta rupiah.

Ada pula teman satu regu, yang tinggal di kawasan dekat Masjid Agung Jawa Tengah. Beliau suami istri yang sederhana dari penampilan. Namun niat berhaji telah menumbuhkan semangat mereka untuk menabung dan hidup prihatin.

Gaji suami digunakan untuk biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah ketiga anaknya. Sementara istrinya membuka warung makan kecil sambil menerima rongsokan untuk dijual kembali. Dari warung dan hasil jual rongsokan ini lah, tabungan untuk biaya haji terkumpul.

Cerita mengharukan datang dari seorang ASN (jaman dulu PNS). Tiap hari beliau selalu menyisihkan uang makan siangnya di laci meja kantor. Tiap awal bulan, tabungan ini diambil dan disetorkan ke bank. 

Untuk makan siang, beliau selalu membawa bekal yang sudah disiapkan oleh istrinya. 

Nah, saya pun juga melakukan hal sama. Setiap hari bawa bekal dari rumah demi menghemat duit gaji bulanan. Waktu itu saya sisihkan duit untuk ditabung di bank. Niatnya ingin meringankan beban suami, agar tetap bisa membeli oleh-oleh. Yang nantinya akan dibagikan pada tamu yang datang begitu kami pulang dari tanah suci. 

Saya sengaja membeli sedikit demi sedikit sajadah, setahun menjelang keberangkatan haji. Beli sajadahnya di Pasar Klewer. Biasanya ikut suami yang ngurus pekerjaan proyeknya di kawasan Jogja - Solo. Trus kami mampir beli sajadah sebanyak 2 atau 3 kodi. Yah namanya berasal dari keluarga besar, serta memiliki kenalan yang banyak. Jadi belinya kudu banyak dan nyicil gitu.

Eh malah nulisnya kemana-mana, balik lagi ya dengan cerita berhemat untuk mendapatkan porsi haji.

Mengapa kami begitu berniat berangkat haji, meski bukan berasal dari orang kaya harta?

Ada banyak alasan sebenarnya. Tapi yang paling utama adalah ingin menggenapkan Rukun Islam yang kelima. Terlebih saya mengingat ucapan ibu mertua yang selalu mendorong anak menantunya agar memampukan diri untuk berangkat haji.

"Kalian semua udah didoakan Ibu di tempat-tempat mustajab. Kalian harus bisa berangkat haji, ayo nabung dari sekarang. Buka tabungan khusus untuk haji."

Begitu terus tiap ada waktu berkumpul bersama di rumah ibu. 

Ketika ada yang membantah bahwa kebutuhan hidup, renovasi rumah, atau biaya pendidikan anak juga penting, ibu memberikan jawaban yang bikin hati saya tergerak menuruti ajakannya.


"Kalo nuruti kebutuhan duniawi yo mesti ada terus, nggak ada habisnya. Tapi Ibu yakin kalo kalian pasti mampu. Ayo tho nabung dulu," tutur ibu dengan wajah yakin.


Begitu tiba di rumah, saya meminta suami melakukan anjuran ibu. Waktu itu suami tengah mengerjakan proyek konstruksi toko relasinya. 

"Insyaa Allah nanti setelah selesai proyek, kalo ada untungnya, aku buka tabungan haji," jawab suami.

"Harus disisakan dong, aku yakin pasti untung, insyaa Allah,"

Waktu itu saya sangat yakin Allah azza wa jalla akan memberikan jalan, entah gimana caranya agar kami bisa membuka tabungan haji. Keyakinan saya ini lah yang menjadi motivasi bagi suami yang kadang masih ragu. Saya selalu yakin, kalo percaya pada Allah itu nggak boleh setengah-setengah. 

Allah itu menurut prasangka hambaNYA, yakin deh kalo kami bakal mampu mengumpulkan uang untuk biaya setoran awal biaya haji.

Yah meski kami bisa membayar BPIH dari penjualan rumah, paling enggak niat awal sudah menjadi tonggak semangat untuk beribadah ke tanah suci.

Seperti kata ibu, memprioritaskan kewajiban berhaji itu lebih utama. Dibanding memiliki mobil baru, berulang kali traveling keluar negeri, dan membeli rumah atau tanah di berbagai tempat.

Oh iya, waktu suami menyetorkan duit 50 juta sebagai setoran awal BPIH, kebetulan pula kami nggak ada mobil. Mobil yang sempat kami miliki sebelumnya udah terjual untuk melunasi semua hutang akibat usaha suami yang bangkrut. Jadi ketika hasil penjualan rumah sisa 90 juta, kami memilih untuk setor BPIH. Karena impian kami ini udah dirawati sejak awal nikah. Kami bercita-cita berangkat haji ketika usia masih bilangan 40 tahunan. 

Alhamdulillah Allah mengijabahi doa saya dan suami. Impian sejak lama, teruwujud pada tahun 2014 dan usia kami masih 46 dan 47 tahun. Masih kuat lah fisik kami untuk beribadah haji. Karena ibadah haji bukan sekadar butuh uang untuk modal berangkat dan meninggalkan nafkah untuk keluarga di rumah. Tapi juga butuh fisik yang bagus, yang kuat berjalan sejauh berkilometer.


dengan teman satu regu dari Kota Semarang
Saya dan suami yakin kalo kami mampu menjalankan ibadah haji. Kami yakin dengan tetap merawat niat berhaji, Allah akan memampukan kami. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا ومن كفر فإن الله غنى عن العالمين (٩٧)



“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa yang kufur/mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97).


Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, dijelaskan bagaimana maksud dari berhaji bagi yang mampu.

Yaitu, jika ia sehat jasmani, mampu untuk pergi, terdapat bekal dan kendaraan yang dapat mengantarnya untuk menunaikan ibadah haji tersebut. Dan pulang kembali setelah terpenuhi segala kewajibannya seperti utang-utang, juga adanya nafkah untuk keluarga yang ditinggalkannya. Dan apa yang dia miliki melebihi dari kebutuhan primernya.

Alhamdulillah sekali lagi saya bisa sharing tentang seputar ibadah haji. Bukan bermaksud riya, semata ingin beramal untuk membagikan pengalaman nikmatnya berhaji. Umat muslim harus memiliki cita-cita menunaikan Rukun Islam kelima ini. Insyaa Allah ada beragam jalan untuk mendapatkan porsi haji. Nggak harus nunggu kaya harta untuk berhaji. Siapapun bisa asal berniat. Wassalamualaikum.

22 komentar:

  1. Masya Allah TabarokAllah selalu ada cerita menarik dan inspiring dari Haji ya Mba.
    Semoga Allah menerima semua amal ibadah kita, aamiin aamiiin ya robbal alamiiin
    --https://bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  2. Doakan saya sekuat dan semampu keluarga Mbak. Kami niat ada dan Insyaallah sedang menabung. Semoga saat anak sudah bisa mandiri ditinggal sekian lama kami berkesempatan menjadi tamu Allah. Amin.

    Tips dan cara cara menabung dari beberapa kisah sangat menginspirasi.

    BalasHapus
  3. Masya Allah, barokalah Mbk. Sharingnya sangat bermanfaat semoga kelak kami bisa berangkat haji. Niat untuk ke sana selalu ada, semoga Allah kasih jalan, aamiin

    BalasHapus
  4. Mbak Wati, makjleb bener kata-kata ibu, "Kalo nuruti kebutuhan duniawi yo mesti ada terus, nggak ada habisnya." Bener sekali ya.
    Yang penting niatnya dulu ya mbak, kalo sudah ada niat pasti ada upaya untuk mewujudkannya, tentu disertai dengan doa.

    BalasHapus
  5. Wah bener banget nih ya Mbak, yang terpenting niat dulu. Insyaallah ada jalan aamiin

    BalasHapus
  6. Iya juga nih ya Mbak, memang masih ada kok yang orang kaya tapi belum haji

    BalasHapus
  7. Hmm kapan ya saya bisa ke tanah suci, apalagi sama keluarga aamiin

    BalasHapus
  8. Semua orang menginginkan ke tanah suci Mbak. Semoga saja langkah kita semuanya dimudahkan ya aamiin

    BalasHapus
  9. Yang terpenting itu memang niat dan juga usaha ya Mbak. Bismillah hehe

    BalasHapus
  10. masyaAlloh mbaaa, jadi kasih insight dan motivasi buat aku nabung sejak dini insyaAlloh aku juga pengen naik haji sama suami sebelum tua banget bismillah semoga bisa terlaksana

    BalasHapus
  11. MasyaAllah, mba. Tulisan yang mengingatkan banget.
    Niat dan usaha itu benar2 harus sejalan ya, mba.
    Mudahan kami2 yang belum ini juga bisa menunaikannya.

    BalasHapus
  12. Iya betul ya Mba..Alloh bukan memanggil org yg mampu utk pergi tapi memampukan org yg dipanggil...

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah jadi ilmu lagi, bahwa Allah senantiasa mengikuti persangkaan hamba-Nya. Insya Allah semua akan dimudahkan oleh Allah jika kita berniat terbaik untuk berhaji. Semoga saya dan suami juga dimudahkan dan dilancarkan untuk pergi ke tanah suci ya Mbak, aamiin

    BalasHapus
  14. Mbaaa, masyaAllah luar biasa. Aku sepakat banget kalau mendaftar haji memang tak harus kaya. Makin banyak kisah inspiratif yang menggugah semangat untuk berhaji

    BalasHapus
  15. Bener banget mbak, niat dan usaha yang baik, daftar haji dan menabung.. bismillah setelah niat baik dan uapaya yang baik dan diiringi dengan doa, InsaAllah siapa saja bisa menunaikan badah haji

    BalasHapus
  16. Iya bener banget. Yang penting niT dan setor awal dulu. Nanti insya Allah akan dimudahkan jalan utk bisa berangkatnya ya

    BalasHapus
  17. Setuju banget, mengikuti keinginan dunia tak ada habisnya. Tapi dengan niat dan tekat sepenuh hati, serta diiringi doa, pasti ada saja jalannya untuk bisa berangkat haji.

    BalasHapus
  18. In syaa Allah ga riya, kak...
    Jadi pelajaran buat ummat Islam yang belum berhaji agar lebih menguatkan azzam.
    In syaa Allah bisa.

    Barakallahu fiik.

    BalasHapus
  19. MasyaAllah.. aku nyes bacanya. pas barengan 3sahabat berangkat haji tahun ini. semoga kami sekeluarga dimudahkan

    BalasHapus
  20. Semuanya memang berawal dari niat yaa mba. Alhamdulillaaaah semua lancaaar dan sampai di rumah-Nya

    BalasHapus
  21. Kalau sekarang berapa ya mba BPIH-nya? ingin nyicil buat berangkat haji sama suami. Ya mau menjalankan semua rukun Islam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada yang bilang 30 juta untuk BPIH Semoga diberikan kemampuan ya, insyaa Allah bisa

      Hapus