Assalamualaikum Sobat plesiran. Masih bersabar di rumah aja selama PPKM? Nah saya malah dari puasa ramadhan belum kemana-mana. Sebelumnya pernah ke beberapa kota karena nemenin suami survey lokasi proyek pekerjaan suami.
Sejak sebelum pandemi saya sering ikut suami keluar kota untuk ngurus pekerjaannya. Namun kebetulan juga sejak pandemi pekerjaan luar kota menurun. Saya syukuri sebenarnya karena pekerjaan di kota sendiri aja juga ada banyak. Menurut saya, suami bisa pulang untuk makan siang dengan kerja di kota Semarang. Lebih aman, terutama untuk pencegahan penularan virus covid-19.
Sejak awal pandemi saya bahkan krasan banget di rumah aja. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di rumah. Seperti berkebun, masak dan berkreasi mengolah makanan atau jajanan yang belum pernah dicoba di dapur saya. Atau pernah juga saya kerajinan di depan mesin jahit, bikin masker, bikin daster tanpa lengan, hahahaa.
Namun saya juga sesekali masih ikut suami keluar kota. Karena masih ada tawaran masuk kepada suami untuk mengerjakan renovasi atau membangun rumah dan toko. Ya masa sih rejeki ditolak. Jadi kami tetap penuhi keinginan calon klien dan berkunjung ke kota mereka. Tawaran pekerjaan paling jauh adalah Kota Bumiayu. Dan kami sempat mampir ke tempat wisata dengan melihat keadaannya terlebih dulu, apakah aman untuk didatangi.
Silahkan dibaca :
Ketika Jenuh Udah Mentok, Solusinya Apa?
Sebenarnya di rumah aja juga belum bikin saya bosan. Namun mengapa akhirnya kemarin kami sekeluarga malah melakukan perjalanan keluar kota tanpa ada alasan penting?
Itu terjadi mendadak tanpa ada rencana. Jadi ceritanya hari itu merupakan hari lahir saya. Sehari sebelumnya udah ada niat pengen bikin nasi uduk. Untuk menu hari itu adalah masak nasi uduk, ini juga keinginan si sulung yang lagi seneng sarapan menu itu.
Rencananya Minggu itu saya bikin nasi uduk dengan pelengkap sederhana. Jadi ketika masakan udah selesai, kami berkumpul untuk berdoa dan makan bareng.
Mendadak suami ngajak pindah makan siang ke tempat yang masih asri.
"Mau kemana emangnya, hari ini masih ada PPKM," celetuk saya sambil membersihkan meja makan.
"Cuma ke Salatiga aja, ke Kopeng atau Selo," jawab suami.
Kalo Selo itu kawasan desa wisata di bawah kaki Gunung Merbabu dan Merapi. Saya udah empat kali nginap di kawasan Selo. Ceritanya pernah saya tuliskan di blog ini.
Silahkan baca :
Biasanya jika suami udah ngajak gitu, seluruh anggota keluarga pun setuju. Suami saya sering ngajak keluar kota yang dekat dengan Kota Semarang. Dia suka ngajakin mendadak atau terencana ke kawasan wisata Bandungan sekadar minum susu kedelai. Atau ke Kopeng cuma pengen jajan sate kelinci.
Tapi itu jauh sebelum ada corona di muka bumi ini. Sejak pandemi kami menahan diri melakukan perjalanan keluar kota hanya untuk wisata. Jadi kalo keluar kota biasanya karena ada pekerjaan suami yang butuh kehadirannya di lokasi. Dan kami biasanya ikut nemenin juga.
Seberes memasukkan nasi uduk beserta pelengkapnya ke dalam wadah bekal, saya panggil anak-anak untuk meletakkannya di dalam mobil. Tas-tas berisi makanan, kerupuk, juga galon air mineral tak luput dibawa ke dalam mobil di jok belakang. Tak ketinggalan meja kecil untuk nantinya tempat naruh makanan di tempat piknik.
Ketika semua udah siap di dalam mobil, suami pun mengarahkan tujuan ke kawasan Kopeng Salatiga. Kota yang berjarak dekat dengan Semarang karena ada jalan tol.
Ternyata penyekatan yang tadinya ada di pintu keluar menuju Bawen, udah nggak ada. Jadi penyekatan dibuka sehari sebelum kami lewat tol ini. Kami bisa lewat Bawen untuk menuju kawasan Salatiga. Jalanan nggak begitu ramai. Maklum masih suasana PPKM, namun kami beriringan dengan beberapa mobil. Waktu mampir beli BBM di tempat rest area juga masih ada beberapa mobil yang parkir.
Mencari Hidden Gem Tempat Piknik Keluarga
Jadiii.. ceritanya kami tidak akan ke tempat wisata karena memang semuanya ditutup selama PPKM. Sejak pandemi kami selalu memilih tempat yang sepi, bisa ke kebun, sawah, ladang di lereng gunung, sungai dekat tempat camping, yang semuanya bukan milik saya, hehehee.
Nggak masalah sih karena warga lokal yang kami temui juga welkam ketika kami numpang istirahat. Sekadar duduk, sambil ngobrol, foto-foto, atau minjam tempatnya untuk menggelar makanan.
Jadi hari Minggu tanggal 25 Juli kemarin, kami mencari tempat yang sepi, bukan tempat wisata, bukan tempat parkir, untuk rehat dan makan siang.
Jalan menuju kawasan wisata Kopeng ramai tapi lancar. Beberapa mobil plat luar kota beriringan dengan mobil yang membawa kami berempat. Jendela mobil biasanya kami buka tiap kali berada di kawasan berudara sejuk. Namun sejak pandemi ini kami nggak pernah lagi melakukannya. Agak parno juga kalo virus covid ada di udara, hahahaa.
Melewati Taman Wisata Kopeng yang juga ditutup karena PPKM ini, mobil kami masih melaju santai. Beberapa kali kami menunjuk belokan ke kiri yang nampaknya asik buat tempat istirahat. Tapi suami enggak menyetujui pilihan saya dan si sulung. Mobil pun terus jalan membelah kawasan Kopeng.
Ada rencana untuk ke kawasan Selo tapi bukan di tempat wisata. Yah makan jagung bakar aja di warung pinggir jalan juga oke.
Mendadak mata saya melihat tempat kami pernah camping di Omah Kembang. Suami berinsiatif masuk ke jalan akses camp ground yang juga satu lokasi dengan kafe yang cukup terkenal di sana. Awal pandemi itu masih indent kalo pengen ngafe, dan saya pilih enggak berkunjung kesana.
Jadi bulan Agustus tahun 2020 lalu kami memilih camping di Omah Kembang yang juga memiliki kafe. Sayangnya kafe belum buka saat kami ingin ngopi esok harinya. Hahahaa, ya udah akhirnya pesan coklat susu aja yang udah siap.
Silakan baca cerita :
Kembali ya cerita saat mencari tempat makan di alam. Siang itu mobil hanya melintas di jalan yang mengarah ke kaki gunung Merbabu. Cuma di sana nggak ada tempat agak terbuka dan teduh. Akhirnya suami putar kemudi dan kembali memasuki jalan raya Kopeng. Menuju arah Grabag, menatap ke bagian kiri untuk mencari tempat yang asik buat beristirahat dan maksi.
Saya sebenarnya mencari sebuah tempat yang mungkin bisa dijadikan tempat istirahat. Cuma saya agak lupa belokan menuju kesana. Mendadak mata saya menangkap papan nama yang familiar dalam ingatan. WEKAS, ah ini kan base camp untuk memulai pendakian Gunung Merbabu.
Saya meminta suami mengarahkan kemudi mobil menuju jalan kampung tersebut. Jalan cuma cukup untuk dua mobil berpapasan dengan salah satunya mesti ke pinggir.
Langit biru cerah dengan hiasan awan putih yang berubah setiap kali tertiup angin. Saya terpesona dan langsung jatuh cinta. Dan jadi pengen pindah tempat tinggal di kawasan ini, hahahaa. Ini impian saya si anak kota yang selalu bermimpi memiliki rumah di desa.
Foto di lereng Gunung Merbabu |
Saat ada belokan di sebelah kiri, suami menghentikan mobil di sisi kiri. Kami mengamati area perkebunan warga. Jalan kecil yang dijadikan tempat parkir mobil enggak cukup luas.
Suami memutuskan meninggalkan tempat tersebut karena enggak bisa beristirahat di sana. Enggak enak aja kalo misalkan nanti ada motor lewat. Meski sebenarnya pengguna motor tetep bisa aja melintas.
Ada Yang Tertinggal di Rumah
Akhirnya kami kembali ke jalan dan kali ini menuju kawasan Selo.
Namun belum sampai Hutan Kragilan yang menjadi tempat wisata selfie, kami melihat tempat untuk parkir mobil. Enggak luas tapi cukup untuk parkir 3 mobil.
Ternyata itu merupakan pintu masuk tempat selfi, saya lupa namanya. Tempat wisata di Jawa Tengah dihimbau tutup oleh Gubernur Jawa Tengah, termasuk tempat yang kami jadikan untuk parkir mobil.
Setelah suami memarkir mobil, saya segera turun dan mencari tempat landai untuk menggelar tikar.
Membayangkan camping di tanah lapang di atas |
Sayangnya tikar yang saya siapkan tertinggal di rumah. Saya ingat meletakkan tikar di ruang tamu. Wkwkwkk. Ya udah lah.
Kata pepatah nggak ada rotan akar pun jadi. Nah nggak ada tikar, ada mobil yang bisa dijadikan untuk tempat makan.
Bagian kursi belakang mobil untuk tempat makan 😂 |
Saya pun menata meja lipat yang udah dibawa untuk dijadikan meja makan. Saya menata wadah bekal di atas meja. Ketika semua udah siap, kami pun makan.
Menikmati nasi uduk di tengah suasana perbukitan rasanya beda. Saya bersyukur menuruti ajakan suami meski sebenarnya agak malas. Saya memang parno keluar rumah, apalagi enggak ada alasan penting. Kami bisa juga makan di rumah.
Namun karena suami setuju untuk memilih tempat yang sepi dan jauh dari kerumunan orang-orang. Saya pun mengiyakan ajakannya.
Benar sih tempat kami menikmati makan siang, sepi banget. Memang kami ada di pinggir jalan. Namun tak ada orang yang berada di lokasi sama dengan kami. Jadi menurut saya lokasi ini aman untuk dijadikan tempat istirahat dan makan siang.
Nasi uduk dengan pelengkap mihun goreng, ayam goreng, orek tempe, telur dadar, sambel, kerupuk, dan lalapan.
Ah jadi ingat saat kami dulu sering road trip ke beberapa kota di Pulau Jawa dengan mobil blind Van. Untuk makan biasanya kami bawa bekal dari rumah. Jadi kami menggelar tikar atau di dalam mobil yang bagian belakang udah diubah jadi tempat tidur. Atau beli makanan dan dinikmati di dalam mobil. Jadi kami memilih tempat parkir di pinggir jalan yang agak luas.
Kepergian kami kali ini memang mengobati kerinduan road trip dan makan di pinggir jalan. Karena kondisi negeri ini yang masih pandemi, mengurungkan niat untuk road trip keliling Jawa Bali dan Sumatera.
Entah lah kapan impian kami bisa terwujud. Saat ini kami cuma bisa menerima kondisi dengan ikhlas dan sabar. Namun juga tetap merawat mimpi bisa road trip dengan mobil yang rencananya akan diubah menjadi campervan.
Udara lereng gunung telah mengobati kerinduan kami berpetualang di alam. Sudah cukup waktu kami bercengkerama dengan alam meski hanya sebentar. Saatnya kembali ke rumah. Wassalamu'alaikum.
Aku tuh sempat kepikiran juga nih mak, ngajakin pak suami untuk piknik tipis-tipis kayak gini. Hitung-hitung cari udara segar ya, karena selama ini di rumah saja. Sudah kangen banget pengen liburan bersama keluarga.
BalasHapusAsiknyaaaa...bisa piknik di alam bebas ya mbaaa. Anak2ku pun udah nagih, pengen camping di Omah kembang tapi kyknya pak suami masih mikir2. Semoga PPKM segera berlalu. Palingan awal bulan ini pulang kampung aja dulu nengokin bapak
BalasHapussudah cukup lama aku gak merasakan piknik apalagi di dunia luar yang sangat dekat dengan alam seperti kamu mak.. ah refreshing banget pasti rasanya
BalasHapusPikniknya asyik banget. Pandemi kaya gini tuh emang paling enak ke alam dan tempat sepi. Kakakku beberapa kali ngajak, tapi karena kemarin PJJ dan ada kerjaan juga, jadi ditunda terus. Semoga nanti bisa eksekusi
BalasHapusjalan jalan atau piknik di daerah pegunungan memang seru ya mbak
BalasHapusapalagi bisa menikmati makanan yg lezat, seperti nasi uduk ini
Duh mupeng banget deh makan nasi uduk plus berada di tempat yang viewnya keren bwaanget, someday semoga bisa ke gunung merbabu juga
BalasHapusAhhh ikut, seruu pisan pikniknyaaa.
BalasHapusEmang mengakui butuh banget becengkrama sama alam di suasana beginni, meski PPKM tetep ya mencari tempat yang sepi2 menyegarkan bisa merecharge diri.
JAid kangen juga piknik bawa tiker, bekel sendiri, aku suka gitu juga, kalo di bandung paling ke lembang, pangalengan/ciwidey.
Mbaaaaa
BalasHapusIni pastinya nadi uduk dengan keniqmatan haqiqi
cihuy bangettt
aku juga mauuuu makan2 with a view ginii
endeusss
selamat bertambah umur ya mba
semoga berkah dan rezeki berlimpah
Saya tuh masih suka kepengan punya mobil beukuran besar. Karena kalau jalan jauh bisa multifungsi. Susah cari penginapan bisa tidur di mobil. Bisa mendadak jadi tempat piknik juga hihihi
BalasHapusSenengnya, Mbakkk.. piknik di masa PPKM, eh ke lereng gunung begitu. Viewnya kan cakep banget. Beneran deh bisa menghilangkan rasa jenuh.
BalasHapusSaya jadi pengen juga nih jalan-jalan. Semenjak pandemi belum pernah piknik lagi.
Terkahir pergi November lalu ke Semarang mbak itu juga mendadak, nah habis itu di rumah terus gak kemana-mana.
BalasHapusKalau mendadak malah seru mbak perginya walaupun persiapannya buru-buru.
Wah anakku lagi kepingin kemping mbak, di Omah Kembang bagus ya viewnya
Biasanya piknik dadakan gini paling paling enak walaupun persiapannya seadanya, soalnya pengalaman kalau direncanakan suka ngak jadi, ada aja halangannya. BTW tempatnya enak ya sejuk dan cocok banget jadi tempat bersantai bersama keluarga. Sayangnya di Tangerang ngak ada lokasi wisata seperti ini. Duh kalau pandemi berlalu, pingin deh pulang kampung dan jalan-jalan lagi di sekitar lereng gunung soalnya kampung suamiku juga dekat dengan pengunungan.
BalasHapusNikmat bener ini makan nasi uduk dan kawan-kawan sambil memandang pepohonana. Enggak ada tikar di mobil pun jadi. Memang biasa rencana yang dadakan begini malah kejutan dan bikin hepi. Semoga sehat-sehat semua ya Mbak Wati:)
BalasHapusalhamdulillah senang banget bisa piknik bersama keluarga nih, saya juga sebenarnya senang di rumah. tapi pas ada kebijakan WFH lagi yah udah adalah keluar rumahnya. indahnya pemandangannya
BalasHapusEmang ya, yang dadakan dadakan gini jadinya istimew. Dapet tempat yang sepi,jauh dai keramaian...berasa hutan pribadi ya mbah ahahaha...gpp tikar ketinggalan yang penting bukan nasinya yang tertinggal ahaha
BalasHapusKetika aku ditanya, "kalau sudah jenuh mentok, apa solusinya?"
BalasHapusDengan lantang aku akan akan bilang rekreasi. Hehehe. Memang rekreasi ke wisata alam tuh obat tersendiri saat jenuh ya, mbak..
Enaknya yang punya suami suka ngasih surprise seperti ini. Seketika meja makan pindah ke pegunungan, ke hutan, dan entah kemana lagi!
BalasHapusMenyenangkan ya mba, jalan2 sama suami begini. Walau di mobil aja makan2, pemandangannya asri banget, lumayan buat mengobati keinginan jalan2
BalasHapushehehe perjuangannya pindah cari tempat makan dengan suasana berbeda lumayan juga ya mbak. Udah dapat tempat, eh tikarnya ketinggalan pula.
BalasHapusPertama..selamat ultah ya mba..semoga panjang umur dan sehat selalu.. Eh sepertinya aku pernah ke tempat ini mba..mau ke Kragilan (dr Jogja) kebablasan eh malh nsmu tempat asyik di pinggir jalan hehe..
BalasHapuskerja sambil mlaku-mlaku ya mba enaknyaaaa
BalasHapusalhamdulillah semoga job suami tambah banyakkkk
tapi memang enak daripada di rumah saja butek kan wkwkwk
makan di tempat yang berbeda moodnya bertambahhhh
Aamiin... Makasih doanya Cha.
HapusIyaa refresh otak agar tetap waras
Wah alhamdulillah banget mba. Aku ikutan refresh bacanya. Kalau boleh tahu road trip sejak anak2 usia berapa? Ini anak-anak ku masih kecil, tiap mau jalan-jalan mikir dlu aku tuh, bawaan pasti segambrong. Berasa pindah momong aja. Hiks. Anyway selamat ulang tahun ya mbak. Berkah selalu usianya
BalasHapusPertama road trip saat usia si sulung 6 tahun, ke Bali. Rempong sih bawaannya termos segala karena jaman dulu susah nyari tempat makan, gak kayak sekarang.
HapusSaya membaca tulisan ini sembari menghayal kalau itu adalah perjalanan saya bersama suami, berdua saja, hahaha.
BalasHapusKebayang asyiknya jalan-jalan terus singgah di mana saja lalu gelar tikar dan makan. Sehat selalu ya mba, suka dengan kisahnya.
Bisa dilakukan mbak, kelak kalo anak-anak udah nikah, kami pengennya tetep bisa bepergian road trip.
Hapussenangnya tinggal di daerah nih bisa piknik-piknik cari tempat yang sepi yah mba bersama keluarga, benar-benar refresh dari pandemi walau cuma sejenak aja tapi enakeun bisa keluar rumah dan keluar, rasanya bebas banget yah mba
BalasHapusmenikmati makanan dg suasana alam memang menyenangkan ya mba, jadi laper deh baca satu per satu menu yang dibawa ahaha..
BalasHapusWaduuuuh nikmat banget nih ya Mbaaak hihi tambah sedap menyantap nasi uduknya melihat yang hijau-hijau, ternyata mengobati juga rasa kangen ngetrip. Kalau ada tiker pasti lebih nyenengin, tp untung ada mobil yg malah jadi sat set gampang ngerapiinya lagi :D jd pengin piknik-piknik tipis gini yg sepi dan aman hihi
BalasHapusmeski lupa bawa tiker yang penting bisa nikmatin makanannya ya mba bisa makan di mobil juga hahaha...duh pengen banget jalan-jalan begini nih semoga bisa nih
BalasHapusLangitnya cantik banget, Mba. Cerah dam biru banget, jadi pengin ke sana deh. Kangen banget udah lama gak piknik.
BalasHapusPengen banget ngajakin suami dan anak-anak buat piknik kayak gini tapi belum kesampaian juga soalnya mobilnya belum siap dibawa perjalanan jauh. Heu
BalasHapusWih pemandangannya bagus bangett, terakhir ke merbabu gak seindah ini.. Apalagi waktu naik ketutup sama awan, jadi gak keliatan apa-apa hhu
BalasHapusKebayang seru yaaa campaing ala-ala di Merbabu Merapi, pasti sejuk tuh udaranya enak, plus piknik bawa bekal masakan rumahan sedaaaaaaaaaaaap banget itu mba, nasi uduk dengan segala lauk lengkapnya plus sambal, duh endes banget lah itu, nikmat mana lagi yg kita dustakan yaa
BalasHapusPiknik dialam terbuka dimasa landemi gini..jadi pilihan tepat..udara segar..gak ada kerumunan itu penting jadi bebas mebikmati..dan makan2 dialam terbuka...sehat terus mak..
BalasHapus