Stop HOAX Menuju Pemilu Damai - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 12 April 2019

Stop HOAX Menuju Pemilu Damai

Stop HOAX Menuju Pemilu Damai 

Pemilu Damai 2019

Dunia maya itu asyik, dunia nyata juga seru. Pikir dulu sebelum gunakan jarimu. Sekali ketik, jejak digital sulit ditarik
Assalamualaikum Sahabat. Stop Hoax Menuju Pemilu Damai, susah nggak sih? Kalo kalian baca quote di atas, poinnya adalah hati-hati lah saat posting status di media sosial karena ada UU ITE yang bakal menarikmu bila salah tulis.

Banyak kan website yang sharing tentang berita sekenanya, yang penting viral. Tidak lagi menggunakan kaidah kepenulisan 5W + 1H. Kalo pun menggunakannya, dalam konteks yang beda.

Yaitu : 5W + 1H nang medsos
Waton Posting, Waton Komen, Waton Suloyo, Waton Ngelike, Waton Ngeshare. Nek ditakoni jawabe Hmboh.

Ambil kamus bahasa Jawa dulu, hihiii.

Alhamdulillah minggu lalu saya bersama beberapa teman blogger Semarang dan aktivis mahasiswa diajak untuk diskusi tentang pemilu damai. Ada dua pembicara, yang pertama dari MAFINDO yaitu Bapak Farid Zamroni dan dari Dinas Kominfo Ibu Riena Retnaningrum, SH.




Bersama Mafindo Melawan Hoax 

MAFINDO kepanjangannya adalah Masyarakat Anti Hoax Indonesia. Organisasi kemasyarakatan yang memiliki visi mulia, yaitu ingin bergerak secara independen.

Kalo ingin tahu lebih banyak tentang MAFINDO, kalian bisa loh meluncur ke media sosialnya. 


Mas Farid sharing tentang Hoax


Nilai semangat kerelawanan dari MAFINDO adalah :


1. Non Profit, maksudnya agar MAFINDO selalu menjaga komitmen tidak menerima bantuan dari pemerintah agar integritas terjaga. Trus dana operasional dari mana? Selama ini MAFINDO mendapatkan sumber dana di antaranya menjadi narasumber bincang-bincang di berbagai forum acara kelembagaan.

2. Outsorcing yang artinya relawan itu berangkat dari diri sendiri karena alasan ingin bekerja sosial. Tanpa adanya unsur keterpaksaan karena ajakan dari satu lembaga secara khusus.

Relasan MAFINDO itu terdiri dari beragam latar belakang. Ada ibu rumah tangga, driver online, enterpreuner, selebriti, guru, mahasiswa, dan yang lainnya. Bahkan kepesertaan perempuan menjadi yang terbesar, sekitar 70 % dari jumlah keseluruhan. Dan perlu kalian tahu, 12 dari 17 koordinator wilayah adalah perempuan. Keren ya peran mereka. 


Motif Mereka Yang Menyebarkan HOAX


Ada beberapa motif bagi seseorang menyebarkan Hoax. Alasan pertama adalah uang, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Lampung yang menyebarkan hoax karena mendapat upah. Alasan berikutnya adalah politik, ideologi, kebencian, dan iseng. 

Yang paling parah dari kelima alasan tersebut adalah iseng. Sebuah tindakan yang secara bodoh dilakukan tanpa memikirkan akibatnya. Baik bagi orang lain yang dijelek-jelekkan, ataupun akibat bagi dirinya sendiri.

Beberapa portal berita di Indonesia ini banyak yang menyebarkan tulisan hoax. Sementara UNESCO sendiri tidak mau produk jurnalistik dianggap hoax atau "Fake News".

Yang bikin miris adalah ujaran kebencian yang mengarahkan pada Hoax ini disebarkan oleh orang-orang yang juga memiliki kecerdasan atau keilmuan. Seharusnya bisa loh tabayyun, mengikuti jejak Rasulullah. Mencari tahu kebenarannya terlebih dulu.



Mengapa banyak orang yang kena hoaks?

Ada tiga alasan seseorang dan banyak sekali orang yang kena hoaks. Yang paling berpengaruh adalah rendahnya kualitas literasi. Mungkin kalian pernah menemukan teman kerja atau sekolah, yang memiliki pendidikan tinggi namun suka sebar hoaks. Yup, pendidikan tinggi tidak ada korelasinya gampang terkena hoaks. Karena yang bersangkutan tidak mau membaca dan mencari tahu kebenarannya.

Kemudian adanya efek polarisasi karena masalah politik dan SARA. Dan yang terakhir adalah media partisipan. Seperti munculnya media online  yang tidak kredibel. Dari 500 sekian media online, hanya 52 yang terdaftar di Dewan Pers.

Pada kesempatan siang hari itu, MAFINDO juga menunjukkan data seputar hoax dan contoh hoax politik. Dari penemuan antara Januari hingga Desember 2018, terdapat ribuan hoax yang berhasil dikumpulkan.  Yang paling sering dibagikan ada pada politik, agama, dan lainnya.


Nah, kalian bisa loh menyeleksi apakah berita yang dishare di dunia maya itu bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya atau hoax. 

Salah satu contoh kabar Hoax di media sosial, yang kebenarannya sudah dikonfirmasi. Ceritanya ada satu akun yang share tentang tempat menunggu bus atau halte dengan kursi palu arit. Aslinya ini bukan di tanah air, tapi dishare dengan bumbu penyedap kalo ini lokasinya di Sukoharjo, Jawa Tengah. 

Nah, yang benar bisa kalian perhatikan gambar di bawah ini. Bayangkan kalo kalian ikut share dari akun di atas, memalukan misal ada yang menulis komentar kebenaran lokasi tempat.


Ingat saja dengan syarat artikel yang benar untuk pemberitaan. Yaitu 5W1H, yang bisa dijelaskan detilnya adalah Why, Who, What, Where, When, dan How.

Ada orang yang memang tidak mengetahui kebenaran informasi yang disebarkan. Jadi dia share tidak disengaja. Namun ada informasi yang salah, tapi orang ini membagikannya. Dia tahu informasinya salah, namun dia sengaja membagikannya. Bahkan ketika dikasih tahu, dia tetap membagikannya.

Kalian yang ingin mengetahui berita itu benar atau hoax, bisa meluncur ke aplikasi milik MAFINDO. Nama aplikasinya adalah Hoax Buster Tools yang sudah tersedia di Play store.


Peran Media Sosial di Tahun Politik

Pembicara kedua adalah Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Ibu Riena Retnaningrum, SH.

Beliau menuturkan bawa Diskominfo sudah menandatangani MOU kerjasama dengan KPU dan Bawaslu.  Dalam kesempatan ini, Ibu Riena juga mengenalkan tentang akun media sosial yang dikelola dinas Kominfo Jawa Tengah.

Materinya masih seputar hoax juga sih. Ibu Riena menjelaskan bahwa sebagai kaum milenial, kalian harus cerdas bermedia sosial di masa pemilu.


Media sosial akan bermanfaat untuk hal-hal yang positif terutama di tahun politik seperti sekarang. Bisa untuk menjadi media iklan untuk mempromosikan produk atau pun menggelar kampanye secara online.

Media sosial juga dapat mengubah pola pikir masyarakat. Kekuatan media sosial untuk mempengaruhi masyarakat penggunanya. Jangan mau terhasut dengan berita hoax yang bertebaran di media sosial. Karena ada buzzer politik yang bekerja untuk bermain kotor demi duit. Orang yang fanatik gampang terpengaruh dan terkena hoax.

Bijak lah ketika kalian menulis dan menyebarkan berita di media sosial. Pilih dan pilah, serta saring dengan mencari tahu kebenarannya. Agar kelak tidak menyesal ketika berita yang dishare ternyata merupakan kebohongan. Jejak digital itu kejam, kawan!

Upaya untuk mencegah hoax ini sudah dilakukan oleh Kemkominfo hingga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). 

Jadi kalian tidak usah khawatir karena bisa melaporkan hoax ini seperti di Twitter @aduankonten. 

Pesan  Ibu Riena, tetap lah bermedia sosial dengan cerdas. Jadikan media sosial sebagai alat bantu, tetap saring dengan hati nurani dan akal sehat.


Saya hadir dalam forum diskusi
bersama KPU
Nah, untuk masa tenang yang sudah mulai berjalalan, tetap hati-hati bermedia sosial. Saat masa tenang dilarang posting di media sosial tentang kejelekan paslon yang bukan pilihan. Ada aturan seperti cuitan di Twitter bisa diturunkan hingga akun diblokir.

Sampai jumpa di TPS dan pilih yang terbaik menurut hati nurani kalian. Salam merdeka untuk Indonesia yang lebih baik. Wassalamualaikum.

24 komentar:

  1. Ini yang abu-abu jaman sekarang yaa..
    Entah hoax atau bener.

    Semoga makin lebih berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan kembali informasi di era digital ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, susah susah gampang sih aslinya, ngecek aja di aoliapli yang udah disediakan Mafindo

      Hapus
  2. Emang jaman gini semakin banyak smart phone harusnya orang2 yg pake juga lebih cerdas, di wag keluarga sering tuh banyak forwardan info yg ngga jelas asal-usulnya. Apalagi dimasa pemilu gitu, semoga masyarakat Indonesia bisa lebih cerdas lagi :)

    BalasHapus
  3. Hoax Buster Tools... eiyy baru tau aku mba ada aplikasi ini. Mau search ah di playstore. Bagus nih buat ceki2 berita apa saja yang sekiranya ga pantes untuk dibaca, bahkan dishare. Hoax emang merajalela deh, kezzzzeeell... Kesel lagi karena banyak orang berpendidikan yang begitu aja termakan hoax dan share penuh kebanggaan.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah saya termasuk yang agak menyaring penuh berita di media sosial. Sebelum saya kepo ke mana-mana, saya selalu diskusi dengan suami. Kadang kan pikiran laki-laki lebih rasional, meski gak sepenuhnya hehehe.Yuk, stop hoax dan gak perlu menyebar sesuatu yang Belum dketahui kebenarannya

    BalasHapus
  5. Bener bnget mba bijak bersosmed adlh pilihan Kita sendiri untuk tahan diri tdk IKUT2AN mnyebarkan berita hoax

    BalasHapus
  6. Di jaman serba ujung jari ini,emang kudu pandai menahan diri ya agar gak gampang ikut nyebarin hoax.

    BalasHapus
  7. Setuju mb...rendahnya literasi memang membuat orang jadi mudah termakan hoax. Padahal kalau mau mencari, informasi yang valid juga mudah didapatkan. Semoga ke depannya berita2 hoax mereduksi dan orang semakin bijak bermedsos...

    BalasHapus
  8. paling sebel kalau ada yang share berita nggak jelas di group wa. Apalagi kalau pas di konfirmasi, dia bilang juga belum baca. lha baca aja belum, kok ya langsung share aja.

    BalasHapus
  9. Betul Mak, tingkat literasi masyarakat kita masih rendah jadi mudah percaya pada suatu hal kalau ada yg share sesuatu. Semoga ke depannya makin membaik ya tingkat literasi di masyarakat kita biar tidak mudah dihasut :)

    BalasHapus
  10. Gemes banget sana orang yang hobinya menyebar luaskan informasi yang tidak benar. Habis baca langsung di share. Harusnya kan jangan main share gitu aja, diteliti baik baik, benar nggak ini beritanya

    BalasHapus
  11. Ternyata masih banyak yang belum bijak dalam bermedsos. Aku termasuk yang jengah lihat orang-orang asal main share saja tanpa mikir dulu hiks padahal itu hoax. Semoga acara seperti ini ters ada ya bisa mengedukasi kita agar lebih bijak bermedsos.

    BalasHapus
  12. Ini adalah tugas kita bersama, membantu menyebarkan semangat anti HOAX
    Sekecil apapun peran kita, mari komit melakukannya

    Dimulai dari diri sendiri saja dulu, "Saring before sharing!" misalnya!


    BalasHapus
  13. Yap jejak digital itu kejam karena ada seumur hidup. Kita mungkin tidak  bisa lacak tapi anak cucu bakal tahu kan? Iya kalau beritanya bagus, kalau termakan hoaks yaa malu dan rugi sendiri. Pun merugikan orang banyak

    BalasHapus
  14. Aku ngakak parah nih mbak, baca 5w+1h versi wong jowo. Terima kasih ya sudah mengingatkan.

    BalasHapus
  15. Orang yang nyebarin hoax itu harusnya dihukum berat karena selain udah nyebarin berita bohong juga nyebarin fitnah. Padahal fitnah itu lebih keji daripada pembunuhan

    BalasHapus
  16. Semoga kita, blogger, bisa menekan banyak hoax yang ada ya mak :( sedih sekarang ini hikz

    BalasHapus
  17. SAya baru saja pulang nyoblos dari TPS dan memang hoax yang bertebaran jelang Pemilu kali ini parah sekali.
    Kegiatan seperti ini bagus diadakan sebagai sarana edukasi dan sosialisasi masyarakat akan baya hoax. Lebih baik saring sebelum sharing.

    BalasHapus
  18. HOAX Pemilu kali ini memang sangat mengerikan. Sampai bener-bener susah mau membedakan. Tapi bersyukur aku sempat ikut pelatihan HOAX Mbak. Minimal tahu ciri-cirinya. Dan biasanya aku selalu cek and ricek ke beberapa sumber yang berbeda.

    BalasHapus
  19. Emhhh Hoax emang ya.
    Kalau nggak kroscek sama info2 yg disebar terlebih dahulu dan ragu keakuratannya emang sebaiknya nggak dibagikan yah mbak.
    Jadi pe.er buat diri sendiri utk memutus mata rantai hoax jika ada yg nyebarin.
    Makasih ya mbak buat pencerahannya
    Bagus nih kinerja dan tujuan relawan Mafindo
    Sukses selalu

    BalasHapus
  20. Hoax ini tuh jadi kayak penyakit yang biasa banget ya, sampai di hari ini aja pemilihan sudah berlangsung juga masih ada aja hoaxnya. Sayangnya masih banyak masyarakat yang percaya akan hal itu.

    BalasHapus
  21. Ngeri ngelihat banyak orang-orang yang dengan gampang menyebarkan berita. Padahal, kalau nggak tahu yang sebenarnya lebih baik diam daripada menyebarkan hoax yang bisa memfitnah orang atau pihak lain.

    BalasHapus
  22. Setuju sama Ibu Riena, yuk bijak bermedsos. Kalau melihat di masyarakat saat pemili maupun kampanye offline kyknya ya baik2 aja, gak rusuh, tapi di medsos menyedihkan :(
    Moga2 ada masanya masyarakat jg bijak dalam bermedsos jg kalau kyk gini2 konteksnya aamiin

    BalasHapus
  23. saya rasa sudah tepat sih kalau perempuan yng jadi koordinator wilayah Mafindo karena rata2 yang mudah nyebar hoaks para perempuan paruh baya, sementara yang muda mau mengingatkan suka sungkan tapi tetap kudu ada yang menghentikan kebiasaan itu.

    BalasHapus