Traveling Lombok : Terpukau Kecantikan Pantai Tanjung Aan dan Mendaki Bukit Merese - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Kamis, 21 Juli 2022

Traveling Lombok : Terpukau Kecantikan Pantai Tanjung Aan dan Mendaki Bukit Merese

Assalamualaikum. Sebenarnya traveling bareng sahabat di Pantai Tanjung Aan dan Mendaki Bukit Merese ini terjadi tahun 2020. Awal pandemi masuk ke negeri ini. Saat kami berangkat memang belum ada info seputar penutupan pintu masuk dan keluar dari luar negeri. Bahkan beberapa kota waktu itu juga banyak yang masih longgar. Saya dan mba Tanti tetap berangkat namun siap dengan bekal masker dan perlengkapan lainnya.



Meski udah sempat menuliskan dua artikel, saya akhirnya menunda untuk melanjutkan cerita traveling bareng bestie, mba Tanti. Tapi kalian bisa membaca cerita traveling kami di sini :


Cerita Belajar Menenun di Desa Sukarara 


Seharusnya saya menuliskan cerita berkunjung ke Desa Adat Sasak. Namun karena tulisan sebelumnya adalah berkunjung ke Desa Sukarara, saya memilih menuliskan cerita bermain ke pantai dulu ya.


Jadi kunjungan ke pantai Tanjung Aan ini bukan rencana utama. Harusnya kami diajak mengunjungi Pantai Mandalika. Namun saat itu jalan menuju pantai Mandalika tengah dikerjakan pembangunannya, jalur pun ditutup sementara waktu. Padahal saya dapat info kalo dua minggu sebelumnya jalur menuju pantai Mandalika masih bebas diakses. 


Ya sudah lah ya, karena menurut tour guide kami, Holid, Pantai Tanjung Aan lebih bagus dibanding Pantai Mandalika. Dalam hati saya agak kecewa, begitu pun dengan mba Tanti. Ucapan Holid, kami anggap cuma menghibur kami aja. Jadi saya agak sangsi apa benar pantai Tanjung Aan lebih cantik dibanding Pantai Mandalika? Yuk baca aja yaa.


Pantai Tanjung Aan Memagut Pandangan Dengan Air Yang Warnanya Bergradasi 


Lokasi Pantai Tanjung Aan berada di Desa Pengembur, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.  Jalan menuju Pantai Tanjung Aan memiliki akses yang sama dengan Pantai Mandalika. Dari pusat kota Mataram menuju Pantai Tanjung Aan ini durasi perjalanan sekitar 2 jam dengan jarak tempuh sepanjang 75 km. Namun akses dari BIL Lombok justru lebih dekat, sekitar 30 menit perjalanan. Dari sini jalanan mulus bikin hati senang. Namun tak disangka beberapa kilometer mendekati pantai justru jalan bergelombang. 


Saya sesekali menatap ke badan jalan yang rusak dan perlu kepiawaian sang sopir mengarahkan kemudinya. Tentunya nggak asik dong kalo duduk di dalam mobil yang jalannya kayak sungai kering. Sepanjang jalan kurang lebih 12 km badan sesekali dikocok, kayak bikin minuman kesehatan, hahahaa.


Saya cukup menikmati perjalanan meski kondisi jalan enggak menyenangkan. Karena di sisi kanan dan kiri jalan, adaa aja pemandangan yang menarik minat saya dan mba Tani. Apalagi Holid itu pintar jadi pemandu wisata. 


Ketika perasaan saya mulai bertanya-tanya, kapan kami nyampe di pantai, mendadak ada warna biru dari sudut mata kanan. Otomatis saya segera ambil gawai dan mengambil video view yang cantik itu. Masya Allah, sungguh saya benar-benar terpaku menatap kecantikan alam Lombok Tengah ini.


Suara debur ombak seakan memanggil kami untuk segera menyentuhnya. Udara pantai yang panas menyapa saat tubuh kami keluar dari mobil. Namun hembusan angin mengenyahkan panas yang menyengat. Bersyukur angin di sini tak henti berhembus jadi mengurangi udara panas yang kelembabannya cukup lumayan.


Saya dan mba Tanti dipersilakan oleh Holid menikmati suasana pantai yang tidak begitu ramai. Namun kami masih terkagum-kagum sejak masih di dalam mobil hingga berjalan mencari gazebo untuk berteduh. Kagum pada air laut yang memiliki gradasi warna dari hijau tosca, biru muda hingga biru donker, eh apa sih istilahnya?



Yang pasti paduan warna pasir putih seperti butiran merica, dengan air laut yang berwarna gradasi, hingga langit biru, awan putih, menjadi pemandangan yang bikin mata saya tak ingin berkedip. Takut kalo nanti langit menjadi putih karena mendung dan turun hujan. Saya menganggap kondisi alam saat di Pantai Tanjung Aan adalah sebuah rejeki dari Allah SWT. Semesta mendukung jalan-jalan kami di Lombok. 


Sebenarnya main ke pantai itu harus nyebur ke air, apalagi bersih hingga terlihat pasir di bawahnya. Ombak pun berdebur kecil, jadi aman buat main air atau mandi. Namun matahari nampak garang di atas sana, bikin jiper. Akhirnya kami memilih salah satu gazebo untuk berteduh. Ibu pemilik warung juga udah mengantarkan pesanan kami yaitu kelapa muda.


Duduk memandang pantai cantik sambil minum air kelapa muda dan makan dagingnya yang empuk, bikin perut kenyang. Apalagi sebelum ke pantai ini kami sempat makan siang. Jadi di pantai ini kayaknya kami hanya pesan kelapa muda. Meski tertarik ngemil jajanan yang dipamerkan di buku menu, tetap aja saya gak bisa nambah isi perut.



Angin berhembus, membuai mata yang mulai berat digayut kantuk. Saya yang tadinya duduk selonjor, mengubah posisi jadi rebahan. Perut kenyang, hati nyaman karena menatap pemandangan cantik di depan mata, bikin kantuk cepat datang. Saya pejamkan mata sembari berucap pada Mba Tanti kalo pengen tiduran bentar. Hehee.


Tak lupa tentu aja kami sempatkan waktu foto berdua. Sayang banget ya kalo nggak banyakin foto karena pemandangan di sini begitu cantik. Mengambil sudut foto di mana aja hasilnya cantik seperti model di dalam foto. *jangan mual yaa




Mba Tanti sesekali turun ke pasir pantai, mengambil beberapa foto. Sementara sesekali kami juga foto, kadang dibantuin Holid sang driver yang nyambi jadi tour guide dan tukang ambil gambar, asik kaaan.

 


Sore udah mulai hadir. Rasanya malas beranjak dan pulang. Sementara Holid udah punya destinasi berikutnya yang katanya tak kalah cantik. Hmm, di mana ya?


Oia di Pantai Tanjung Aan waktu kami kesana Maret 2020, tidak ada tiket masuk ya teman-teman. Cukup membayar biaya parkir, untuk motor Rp. 5.000, mobil Rp. 10.000, dan kendaraan ukuran besar Rp. 15.000. 


Ngomongin pantai, saya jadi pengen main ke tempat salah seorang teman blogger tinggal yaitu di Madura. Mba Diane Suryaman, seorang Travel Blogger asal Sumenep sering bercerita indahnya pantai di daerahnya. Aseliii, bikin saya mupeng. 


Senja di Bukit Merese Bagaikan Lukisan 



Dari Pantai Tanjung Aan, kami diajak Holid menuju satu bukit yang letaknya dekat. Katanya sih sekitar 15 menit aja kami udah nyampe di lokasi. Katanya lagi kami akan diajak mendaki bukit. Waduhhh!


Saya sempat protes karena udah lama nggak pernah olahraga, hahaha. Takut kan kalo nanti nggak bisa sampai ke atas bukit. Tapi Holid meyakinkan saya dan Mba Tanti kalo bukit Merese nggak tinggi dan menganggap kami mampu mendaki.


Beneran deh kami mendadak udah mau sampai. Terlihat dari beberapa mobil dan motor yang diparkir di kaki bukit. Mendadak hati saya ragu, apakah mampu mendaki bukit? Nampaknya cukup tinggi kalo melihat tanjakan dan melihat orang-orang berjalan dengan langkah beragam. Ada yang pelan, bergegas, bahkan ada yang naik motor. Curang ya yang naik motor, huhuu. 


Katanya, kalo ingin melihat yang keren itu butuh usaha. Seperti juga berjalan menanjak ke atas bukit. Kalo takut lelah, rebahan aja di rumah. Hahahaa.


Saya penasaran dong dengan cerita Holid. Katanya pemandangan di atas bukit itu keren banget. Antara penasaran, tertantang mendaki, dan dalam hati berkata, udah jauh dari Semarang ke Lombok, masa nggak naik ke bukit? 


Dengan langkah semangat saya dan mba Tanti pun memulai langkah. Kami diarahkan Holid ke sisi kiri tempat parkir. Jalan tanah berbatu menyambut kami. Beberapa pengunjung turut menyertai langkah kami. Saya bilang, nggak usah berjalan cepat. Semampu kita aja, dua perempuan lolita yang masih senang menjelajah alam. Sesekali kami berhenti. Alasannya memandang alam yang cantik. Atau mengambil foto. Aslinya sih mengatu napas. Hahahaa.


Jalanan di awal udah menanjak. Kanan dan kiri ada tanaman liar dan kebun warga. Dalam hati saya berucap, warga pemilik kebun pasti lah memiliki tubuh yang sehat. Karena tiap hari olahraga berjalan mendaki bukit.


Bukit pertama udah terjangkau langkah. Kata Mba Tanti, ah nggak tinggi ternyata. Saya pun menjawab, iya juga, kita pasti bisa!


Tapi perjalanan ini belum lah usai. Masih ada punggung bukit yang harus ditapaki langkah demi langkah. Nggak apa jalan pelan, yang penting sampai di puncak bukit dengan selamat. 

Daaan... ini lah Bukit Merese!

Nampak cantik bagaikan lukisan. Seperti ucapan teman, kerabat, dan suami yang melihat status saya dengan foto seperti di bawah.



Hamparan pasir putih, laut luas dengan warna biru, langit biru dan awan putih yang berubah bentuk tiap detik, memaku pandangan kami berdua. Dan kayaknya semua yang tengah di atas bukit merasakan hal sama. Pemandangan begitu cantik di depan mata. 


Iya sih seperti lukisan. Pelukisnya adalah Yang Maha Kuasa. Menjadikan alam ini begitu lengkap. 


Fabiayyi aala i rabbikuma tukazziban. Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan?


Senja makin mendekat. Mentari mulai turun ke cakrawala. Sayangnya mendung pun hadir mengiringi senja. Holid mengajak kami segera turun. Nun jauh di tengah laut di sisi kiri, nampak awan hitam mencurahkan airnya. Sepertinya hujan akan menghampiri tempat kami berada. 



Kami bergegas melangkah turun. Dan benar saja, belum genap sepuluh langkah, gerimin lembut turun. Kami makin bergegas namun tetap berjalan hati-hati. Kami nggak mau lah sampai terpeleset saat melangkah turun. Mending kehujanan dari pada jatuh terpeleset. Nggak asik banget. Udah sakit, belum lagi malu dilihat orang, hahahaa.


Alhamdulillah kami sampai di dalam mobil dengan selamat. Hujan deras langsung membasahi bumi. Kami mengucap syukur selamat dari air hujan yang deras itu. Perut terasa lapar, mungkin karena kalori terbuang saat mendaki bukit? Ahhh syudah lah. Sebentar lagi kami akan diajak makan sambil menuju perjalanan pulang ke hotel.


Tahu nggak teman-teman, menuliskan cerita ini bikin saya ingin traveling lagi. Enaknya kemana ya? Semoga saya dan mba Tanti bisa traveling bareng. Kayaknya kami bakal memilih Wisata Madura aja deh, banyak tempat keren juga di sana.


Segitu aja ya cerita saya saat traveling Lombok bareng teman blogger.  Siapa yang udah pernah ke Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese? Cerita yuk perjalanan versi kalian. Wassalamu'alaikum.

11 komentar:

  1. Pantai dan bukit perpaduan yang pas buat healing dan travelling ini mah, pemandangannya sama-sama bagusnya. Eh, seingatku ada yang pernah review tempat ini juga di blognya. Ah, jadi pengin ke sana, terima kasih sharingnya!

    BalasHapus
  2. Waktu aku ke Bukit Merese, datangnya udah kesorean. Padahal pingin banget liat pengembala kerbau (selain kalau difoto pastii lebih cakep hahaha). Tanjung Aan juga cuma lewat doang. Ya, plus minus jalan rombongan. Pinginnya balik lagi dan nyebut di Pantai Aan dan nungguin kerbau lewat di Merese :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya harus balik lagi, enakan pergi sendiri gini. Jangan bareng rombongan karena ya gak puas. Biasanya cuma bentar ke setiap tempat wisata

      Hapus
  3. Wih pemandangannya bagus banget, mana pasir nya putih. Lokasinya juga mirip banget sama salah satu scene film avengers pas thor mengunjungi ayahnya di bukit hijau dekat pantai, hha mirip banget..

    BalasHapus
  4. Aku belum pernah berkunjung ke sini. Tapi menarik sekali dari pantai ke bukit, dua tempat wisata berbeda bisa ditempuh dalam waktu tempuh yang sebentar. Dan bukitnya juga indah, karena tetap bisa melihat pemandangan air di kala senja. Nggak sia-sia kebayar lunas walau capek nanjak.

    BalasHapus
  5. Mbak Wati!
    Cantik banget ya pantainya! Pantai Tanjung Aan sebenernya belum pernah dengar sih, tapi kalau dulu pernah ke Pantai Mandalika.

    DUlu tuh pantainya udah terkenal bersiiih dan steril dari bule wisman hanya bule surfing yang seliweran di sini

    BalasHapus
  6. Hiks, jadi keinget lg momen batal kopdar gara-gara akunya yg flu berat.
    Alhamdulillah, semoga lain waktu, bisa nambah lagi jalan-jalan ke selain Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese

    BalasHapus
  7. Keren banget pantainya, ni kalau tau Bio pasti dah auto ngrengek minta ke sini. Kalau diinget-inget lagi, kayanya kok udah lama banget ya ga main ke pantai.

    BalasHapus
  8. cakep banget ya, mbak tempatnya. suka iri deh sama daerah yang tempat wisatanya bagus-bagus semua kayak di lombok atau bagian selatan pulau Jawa. kalau di tempatku wisata pantainya kurang bagus soalnya. he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Semarang juga sama, kalo pengen wisata pantai mesti ke Jogja atau Jepara

      Hapus
  9. Seruunyaaa, senang banget dong Mbak bisa traveling bareng bestie gini ya. Ke Lombok pula nih yang emang tempat yang indah banget ya tuk dikunjungi. Pengen ke Lombok jugaaaa.

    BalasHapus