My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi: Berkebun di Lahan Kecil
Tampilkan postingan dengan label Berkebun di Lahan Kecil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berkebun di Lahan Kecil. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 November 2020

Menyiasati Nanam Tanaman Bila Rumah Hadap Barat
November 28, 2020 24 Comments


Assalamualaikum Sahabat. Sebagai pecinta tanaman, berkebun bukan hal baru bagi saya. Sejak awal menikah dan menempati rumah baru, setiap hari libur menjadi saat yang saya nantikan. Apalagi kalo bukan karena ingin berkebun. 


Kebetulan rumah yang kami tempati itu milik suami saat masih lajang dan sempat dikontrakkan. Dan ada taman kecil di depan rumah sebelum itu, hasil garapan tukang yang dipesan oleh suami. Dari pada rumah nya nganggur kan mending dikontrakkan. Eh ternyata penyewa rumah suami ini bukan orang yang suka merawat rumah dan taman. Jadi akhirnya rumahnya rusak, apalagi tamannya, kayak hutan mini. 😆 Tanaman jadi liar dan gak karuan.


Itulah sebabnya sebelum kami tempati, suami membenahi isi rumah dengan cat baru, mengganti keramik di kamar mandi, dan bikin dapur di tanah bagian belakang yang masih luas. Kebun pun juga diperbaiki dengan menanam tanaman hias agar tampilan rumah nampak cantik.

 Rumah penuh kenangan

Ah itu cerita saat tinggal di rumah lama yang penuh kenangan. Selama 16 tahun menjadi rumah yang homey, tentu saja agak pedih ketika mesti pindah. Tapi karena udah kami putuskan, tentu saja harus ikhlas ya. Apalagi kepindahan kami adalah mendekati rumah orang tua saya yang selama ini menemani tumbuh kembang anak-anak. 


Pindah Rumah Setelah 16 Tahun Tinggal di Pedurungan

Orang tua saya udah usia 70 tahunan (bapak) saat kami pindah ke rumah yang sekarang. Alasan kami pindah memang karena bapak udah sering nyasar kalo ke rumah kami. Ya meski ada ART, orang tua saya selalu ke rumah untuk nemenin anak-anak. Begitu ART yang terakhir keluar dan saya gak dapat ganti yang minimal kebaikannya sama lah dengan yang sebelumnya, kami putuskan tidak mencari lagi. Lelah sih kalo mesti ganti-ganti ART baru. 


Kebetulan ada rumah dekat dengan rumah orang tua yang akan dijual. Sebenarnya udah lama ditawarkan tapi belum laku. Memang rejeki kami akhirnya rumah yang terletak di pojokan itu jadi rumah kami. Cuma satu yang kurang sreg di hati saya dan suami, rumahnya hadap barat.


Namun tentu saja itu tak menjadikan kami membatalkan pembelian rumahnya. Apalagi ibu mertua udah setuju dengan rumah yang lokasinya masih satu RT dengan ibu bapak saya. 

"Wes kuwi wae nduk, omahmu iso dinggo ampiran sedulur menowo ono acara ning omahe bapak,"

("Udah pilih itu aja, nantinya rumahmu jadi tempat mampir saudaramu kalo ada acara di rumah bapak,")


Ibu mertua juga menyarankan kami memilih rumah tersebut karena saya masih kerja. Jadi anak-anak bisa tetap ada yang menjaga karena dekat dengan rumah orang tua saya.


Kami pun menghubungi pemilik rumah dan menyelesaikan urusan legalitasnya. Karena suami akan langsung merenovasi dengan meninggikan lantai dan atap rumah, ngecat, mengganti keramik, bikin 1 lagi kamar mandi, merombak dapur, dan pekerjaan teras dengan mengubah nya jadi cor dak.


Rumah Baru Yang Nggak Terasa Udah 10 Tahun Menjadi Rumah Penuh Cinta

Ternyata tinggal di rumah baru yang awalnya agak berat karena ukurannya lebih kecil, barang ada yang mesti kami bagikan, tetep aja terasa sempit. Belum lagi barang proyek milik suami yang nggak mungkin disingkirkan karena untuk kerja, jadi makin sempit.


Namun memang manusia butuh dipaksa untuk menyesuaikan keadaan. Nggak hanya berangan-angan dan berandai-andai. Jadi kami pun berusaha untuk menyesuaikan tinggal di rumah kecil. Mengusahakan setiap ruang menjadi tempat mencatatkan kenangan baru yang tak kalah menyenangkan seperti di rumah lama. Terlebih rumah yang sekarang tinggal jalan kaki aja kalo mau ke rumah orang tua saya.

Mencatatkan kenangan indah
Jelang saya dan suami
berangkat haji th 2014

Senengnya lagi di rumah yang sekarang menjadi tempat mampir sepupu, dan kerabat yang dituakan baik keluarga ibu maupun bapak. Kebanyakan dari kerabat saya memang mengomentari dengan suka cita. Karena saya bisa menjaga bapak ibu dari dekat. 


Agar makin krasan tinggal di rumah yang sekarang, saya juga mulai melirik bagian teras depan. Kalo teras belakang memang gak ada, mentok deh jadi dapur.


Nah, rumah yang sekarang tuh hadap barat. Tahu kan ya gimana rasanya rumah yang bagian depan mendapat limpahan sinar matahari siang hingga sore. Panaasss, kayak dipanggang begitu jarum menunjuk angka 11. 


Dahulu bapak saya memasang tirai dari bambu atau sering disebut kerei. Tapi lama kelamaan tirai bambu ini rusak karena kena hujan dan panas. Saya sendiri udah lama menginginkan tirai alami dari tanaman. Meski di bagian depan udah ada tanaman seperti jeruk nipis, kemuning, dan bambu kecil. Namun rasanya masih aja sinar matahari menyorot garang ke arah fasad rumah.

Sekarang ada anyaman dari
Baja ringan di teras depan

Akhirnya saya memutuskan menambah koleksi tanaman yang tahan kena sorot sinar matahari dari siang sampai sore. 

Soo... ini dia pilihan tanaman yang cocok untuk ditanam di rumah yang hadap barat, gaiiis.

1. Tanaman Buah

Saya pernah cerita kalo kepindahan ke rumah yang sekarang, banyak banget tanaman di rumah lama dibagi ke kerabat dan tetangga. Ada juga teman yang datang ke rumah mengadopsi tanaman saya yang cantik dan udah usia indukan.

Nah di rumah yang sekarang, karena hadap barat tentunya harus memilih tanaman yang kuat dengan terik sang surya. Apalagi saya tinggal di Kota Semarang yang terkenal dengan cuaca panas yang awet.

Tanaman jeruk nipis
udah rimbun dan tak henti berbuah

Kebetulan saya membawa tanaman jeruk nipis, limau, dan lemon saat pindahan. Jadi saya tinggal ganti pot yang lebih besar dan meletakkan tanaman ini di depan pagar. Jadi di depan pagar itu adalah selokan. Suami bikin tatakan yang terbuat dari beton cor untuk menutupi selokan sekaligus sebagai tempat naruh pot.



Untuk tanaman sirsak sampai sekarang belum berbuah. Apa mungkin karena daunnya sering diambil untuk direbus ya? Lumayan tanamannya udah rimbun meski seminggu dua kali diambil daunnya.


Tanaman belimbing wuluh juga belum berbuah namun usianya baru 1 tahun. Nanam dari biji bisa jadi agak lama untuk memunculkan buahnya.

2. Tanaman Hias Kemuning

Selain tanaman jeruk, ada juga bunga kemuning yang tahan panas. Ini juga tanaman yang saya bawa dari rumah lama. Usianya udah tua, lebih dari 16 tahun makanya batangnya juga udah besar.


Bunga kemuning mekar

Saya suka bunga kemuning karena wanginya lembuuuut. Apalagi kalo bunganya pas mekar barengan dari seluruh tangkai dahan. Wuihhh aromanya kayak ada yang nyemprot parfum. Yang nggak tahu kalo ada tanman ini bakal mengira ada makhluk lain lewat, hihihiii.

3. Tanaman Adenium

Nah karena hanya ada dua tanaman adenium yang saya bawa, ya udah akhirnya ditaruh aja di depan pagar. Bunga ini termasuk tanaman yang kuat menahan garangnya terik sang surya. Justru makin kena panas nantinya bakal ada bunga yang terus bermunculan. Cantik bangeeet. 

Bahkan bisa jadi bunganya menjadi buah yang memanjang dan berisi biji. Kalo pas mlethek (pecah), hati-hati aja ntar terbawa angin dan hinggap di sembarang tempat. Dulu saya biasa mengikat secara melingkar di buah yang memanjang. Maksudnya agar saat pecah, isinya tidak beterbangan terbawa angin. Kalo isinya atau bijinya mendarat mulus di pot tetangga sih nggak masalah. Sama aja berbagi tanaman secara alami, yee kaaan.

4. Tanaman Yodium

Ada cerita tentang tanaman ini yang sekarang kondisinya menjulang tinggi. Sejak punya tanaman ini di rumah Pedurungan, saya hampir jarang banget beli yodium. Karena udah ada tanaman yodium di halaman rumah.

Daun tanaman Yodium
Ada bunga warna oranye di ujung

Kalo ada yang terluka, ukuran dan kedalaman luka kecil serta tidak serius, bisa loh menggunakan getah tanaman ini untuk obat olesan. Hemat kaaaan!

Petik aja satu tangkai, dan getahnya bisa dioleskan di luka ringan karena kena pisau atau sebab lainnya. Yang penting luka robekan nya kecil. 

5. Tanaman Puring

Dulu saya paling nggak suka nanam tanaman puring. Alasannya karena tanaman ini biasa ada di makam. Juga ketika ada yang meninggal, daun puring ini dibuat hiasan untuk disertakan di atas pusara. Jadi males banget lah nanam tanaman puring.

Salah satu tanaman
Puring di teras

Namun semenjak tinggal di rumah Tlogosari, ada seorang tetangga yang koleksi puringnya cantik-cantik. Saya terpesona dengan bentuk dan warna yang beragam. Oh ternyata puring bisa juga tampil cantik dan menawan hati saya. Bisik saya kala itu.

Tetangga yang tahu kalo saya tertarik dengan puringnya, akhirnya memberikan satu pot besar tanaman puring. Tanaman ini cocok banget ditaruh di depan teras rumah karena bisa menjadi penyaring udara dan juga peneduh. Sorot matahari udah langsung tertahan dengan daun puring yang tumbuh subur.


6. Tanaman Bambu

Ini tanaman yang saya bawa juga dari rumah lama kami. Usianya udah lebih dari 16 tahun. Andai ditanam di tanah langsung, pasti udah beranak pinak banyak. Di dalam pot yang terbatas ini tanamannya juga beranak tapi nggak bisa nyebar jauh. Ya di dalam pot itu aja.

Tanaman bambu kuning
Di antara kemuning dan zamia

Oiya, daun tanaman bambu ini bagus dijadikan andam, yaitu bahan pupuk organik. Saya suka ngambil daun yang gugur dan menyimpannya di karung bekas tempat pupuk kandang. Nanti kalo udah terkumpul dua karung bisa dijadikan bahan kompos.

7. Tanaman Cabe

Saya punya tanaman cabe tiga jenis, sayangnya cuma cabe rawit setan atau cabe super pedas dan cabe teropong yang untuk masak sambel goreng aja yang berbuah. Satunya lagi cabe rawit ijo udah musnah dilalap sama mister mouse. 



Tanaman cabe yang bisa tinggi ukuran nya cuma cabe rawit setan. Jadi tanaman ini saya letakkan di teras depan. Sementara cabe teropong saya taruh di teras samping.

8. Tanaman Rambat

Ada beberapa tanaman rambat yang sengaja saya taruh di rak model grid di atas pagar. Ada sirih merah, sirih Brazil, dan cincau.

Salah satunya adalah tanaman cincau. Nah tanaman yang satu ini juga pemberian dari teman dunia maya. Belum pernah ketemu, tapi karena suka sharing cerita tentang tanaman, saya dengan pede minta. Hahahaha, gak punya malu.



Mba Ratna menawarkan kalo ada teman yang pengen adopsi dipersilahkan sepanjang bersedia membayar biaya pengiriman. Saya langsung DM di akun FB nya dan beliau segera konfirmasi alamat saya.


Alhamdulillah sekarang tanaman cincau udah merambat kemana-mana. Suami sengaja membuatkan rambatan untuk tanaman dengan model seperti ini.

_________ ☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️__________


Sementara ini dulu yang bisa saya ceritakan tentang beberapa tanaman di rumah saya. Rumah hadap barat yang berlimpah sinar matahari dan bikin ruangan mendapatkan sirkulasi udara yang bersih.


Nanti akan saya tuliskan artikel tentang tanaman hias yang saya letakkan di teras depan. Semoga saya tetap diberikan kesehatan agar bisa merawat tanaman di rumah. Semoga teman-teman yang membaca artikel ini juga dilimpahkan kesehatan, aamiin ya rabbal alamiin.  Wassalamu'alaikum. 

Reading Time:

Selasa, 21 April 2020

Earth Day, Sembuhkan Bumi Dengan Berkebun Meski di Lahan Sempit
April 21, 2020 39 Comments

Sembuhkan Bumi Dengan Berkebun di Lahan Sempit



Assalamualaikum Sahabat. Saat sudah satu bulan lebih di rumah aja, apa yang sudah kalian lakukan? Saya sempat bertanya di grup WA salah satu alumni sekolah. Rata-rata jawabnya adalah masak untuk keluarga, bikin cemilan, hingga jahit bajuk.

Ya karena saya dan teman-teman di grup ini udah berusia lolita a.k.a lima puluh tahun lebih, tentu aja udah nggak ada yang direpoti anak kecil. Anak kami rata-rata udah usia SMA atau bahkan udah kerja seperti anak saya yang sulung.

Tapi ada juga yang mengisi waktu di rumah aja dengan bikin kebun dadakan. Iya mereka menyebut kebun nya mendadak dibuat karena mengingat pandemi dan susahnya belanja karena diberlakukannya PSBB atau lockdown. Teman saya ini tinggal di Bekasi dan sebagian Jakarta, juga Bogor. 

Selama ini mereka masih bekerja di kantor, atau sibuk mengejar pesawat karena dinas luar, dan meeting dengan klien. Karena faktor keamanan, mereka memilih untuk work from home. 


Sejarah Hari Bumi (Earth Day)

Awal mula Hari Bumi pertama kali dikenal pada tahun 1970. Sebelumnya gagasan Hari Bumi Sedunia atau Earth Day muncul tahun 1960 dari sebagian elemen masyarakat di Amerika Serikat. Mereka baru menyadari pencemaran lingkungan yang semakin membahayakan bumi.



Dari Wikipedia dicatat sejarah Hari Bumi Sedunia dicanangkan oleh senator Amerika Serikat Gaylord Nelson yang juga berprofesi sebagai seorang pengajar lingkungan hidup. Nah tanggal 22 April dipilih karena berbarengan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi Utara) dan musim gugur di belahan Bumi Selatan.

Salah satu yang mendasari pencanangan Hari Bumi adalah kasus tumpahan minyak di pesisir Santa Barbara, California pada tahun 1969. Gaylord Nelson juga memusatkan perhatian pada masalah lingkungan hidup yang mengusik kelestarian planet yang berimbas pada kesehatan manusia umumnya.

Dan tahun ini Hari Bumi Sedunia tepat 50 tahun, yang akan diperingati oleh lebih dari 175 negara. 


Bagaimana Cara Ikut Berpartisipasi Pada Hari Bumi :



- Minimal menanam satu pohon untuk  mengurangi polusi

- Mengurangi pemakaian plastik sekali pakai
Misalnya dengan membawa tas belanja sendiri, tidak menggunakan sedotan plastik, membawa tumbler, membawa wadah bekal dari rumah, sangat lah dianjurkan.

- Menghemat listrik dengan mematikan lampu saat malam hari di ruangan yang tidak digunakan.

- Menghemat air dengan menutup kran saat tidak digunakan, terutama kalo sikat gigi.

- Menggunakan wadah plastik bekas untuk tempat menanam. Saya biasanya menggunakan gelas bekar air mineral untuk menyemai benih cabe. Nanti kalo udah tumbuh sekitar 5 cm baru dipindahkan ke pot yang agak lebih besar.




Semangat Berkebun Meski di Lahan Sempit

Saya pernah bercerita ketika masih tinggal di kawasan Pedurungan, dengan sisa lahan yang cukup luas yaitu sekitar 60 meter persegi, bisa menanam segala jenis tanaman. Halaman belakang rumah rimbun dengan tanaman buah seperti mangga, kelengkeng, dan apel putsa. 

Anak-anak paling senang ketika tanaman mulai berbuah, bisa menikmati dengan tinggal memetik buahnya di kebun sendiri.

Selain tanaman buah, ada juga segala jenis tanaman hias dan bumbu dapur. Lahan sisa yang sengaja diperuntukkan memfasilitasi hobi saya berkebun, menjadi warung hidup. Karena ada tanaman cabe, jeruk nipis, jeruk limau, tomat, sawi hijau, yang bisa dinikmati tanpa harus membeli ke warung atau pasar.

Sedihnya adalah ketika rumah ini kami jual karena harus pindah mendekati rumah orang tua. Bukannya tidak suka merawat orang tua, saya sih alhamdulillah senang dan bersyukur diberi kesempatan menemani mereka di usia senja. Namun rumah yang sekarang ini separo luasnya dari rumah lama. Tentu saja rumah mentok depan dan belakang. Hanya ada teras seluas 3,5 x 8 meter yang digunakan untuk parkir mobil dan motor. 

Saya awalnya sedih loh, bingung mau naroh tanaman di sebelah mana? Seakan-akan hobi saya berkebun jadi terhenti mendadak. Dan di mata saya, rumah tanpa tanaman itu jadi terlihat gersang dan tidak menarik.

Namun senangnya waktu tukang yang merenovasi rumah, menyiapkan pagar depan rumah untuk meletakkan pot-pot tanaman. Saya tinggal taruh aja pot-pot tanaman berdasarkan mana yang kuat menahan sorotan sang surya. Karena kebetulan rumah yang saya tempati sekarang menghadap barat.
Sementara di atas selokan, ibuatkan tatakan dari cor semen dan pasir. Fungsinya adalah untuk meletakkan pot-pot yang masih tersisa dan tidak mendapat tempat di atas pagar. Di bagian ini saya sengaja meletakkan pot tanaman yang tahan panas. Seperti tanaman buah, cabe, dan tanaman hias lainnya. 


Koleksi tanaman buah saya beragam, dari sirsak, belimbing wuluh, jeruk nipis, jeruk limau, serta jeruk purut. Tanaman lainnya ada yodium, puring, cabe, pucuk merah, kemuning yang wangi, dan euphorbia.

Senang banget kalo pagi hari bisa menikmati minuman hangat dari jeruk nipis dan air panas. Jeruknya hasil memetik dari tanaman di dalam pot di depan rumah. Menghemat uang belanja jadinya.



Saat ini tanaman cabe mulai keluar bunganya, saya tinggal bersabar aja menanti panen cabe sebulan lagi. Alhamdulillah bisa menikmati aktivitas yang menyenangkan dengan berkebun di lahan kecil.


Mencintai Diri Dengan Menjaga Kesehatan Tubuh

Oiya, saya awal tahun 2020 sempat jatuh sakit. Sakitnya sepele dan ringan, tapi proses recovery lumayan lama sampai dua minggu lebih. Seperti biasa makan nggak teratur bikin gula darah drop. Kemudian kelelahan dan kurang tidur juga menyebabkan HB saya turun.

Kembali saya serasa ditampar dengan recovery yang lama ini. Iyaa... saya memang jadi malas makan. Mulut terasa pahit. Trus asupan nutrisi yang masuk cuma dari jus sayur dan buah aja. Namun ini udah cukup jadi nutrisi dari pada enggak ada makanan yang masuk sama sekali. 

Karena nggak mau berlama-lama rebahan di kasur, saya mulai memperbanyak makan buah yang bikin kenyang. Misalnya :

- Apel USA yang ketika dikunyah terasa segar dan kriyuuuk. Enak banget dengan kandungan airnya yang terasa asam dan manis. Seakan buah ini mampu membangkitkan selera makan yang sempat hilang saat sakit.

- Pear, buah ini juga favorit di rumah saya karena kandungan airnya yang berlimpah. Apalagi kalo tahu akan pergi keluar kota, saya selalu menyediakan Pear dalam wadah bekal. Niatnya untuk bekal di jalan.

- Jeruk Sunkist yang kesegarannya tak diragukan lagi. Hmmm, saya nulis ini dengan bayangan rasa Sunkist yang asam menyegarkan. Yup vitamin C yang ada dalam Sunkist tentu lah banyak ya. Ngapain repot beli vitamin dalam kemasan di apotek, kalo menikmati Sunkist bisa mendapatkan kesegaran alami.


Picture taken by Risa
Menjaga kesehatan tubuh saat pandemi Covid-19 sangat penting. Imunitas tubuh yang kuat akan mampu menjadi benteng pertahanan menahan virus masuk ke dalam tubuh. 

Nah, mengingat puasa Ramadhan yang sudah di depan mata, saya juga menyiapkan kurma untuk berbuka. Mengikuti sunnah Rasulullah SAW, berbuka dengan yang manis dan secukupnya diartikan dengan makan 3 butir kurma dan minum seteguk air putih. 

Waktu belanja bulan lalu, saya sempat melirik kemasan kurma berwarna merah yang dipajang di bagian belakang kasir. Dan si sulung yang menemani belanja meminta saya untuk membeli kurma tersebut. 

Ternyata namanya Kurma Medjool dengan harga yang memang lebih mahal dibanding kurma biasa. Hanya bedanya kurma Medjool ini daging buahnya padat, empuk, dan rasanya manis seperti karamel.



Medjool merupakan sumber vitamin, mineral dan kalium yang merupakan serat larut makanan. Tidak hanya baik untuk tubuh tetapi juga bisa mempertahankan rasa kenyang lebih lama. Yakin deh puasa kali ini saya bakal menyiapkan kurma Medjool sebagai syarat untuk membatalkan puasa saat buka. Apalagi anak-anak udah terlanjur suka dengan kurma Medjool.


Mimpi Bapak Kafi Kurnia Tentang Indonesia Yang Lebih Sehat

Bapak Kafi Kurnia adalah pakar pemasaran di Indonesia. Beliau menginisiasi berdirinya platform digital bernama Sembutopia. Selama ini Sembutopia concern mengajak masyarakat Indonesia untuk hidup sehat. Yaitu dengan mengkonsumsi makanan sehat, seperti rajin makan buah, sayur serta berolahraga. Sembutopia juga peduli terhadap kegiatan penyelamatan lingkungan.

Sembutopia hadir didasari oleh keprihatinan bahwa prestasi Indonesia dalam mengelola manajemen kesehatan masih tertinggal sangat jauh. Dalam laporan Human Development Report tahun 2016 yang diterbitkan oleh UNDP, disebut bahwa bidang kesehatan Indonesia berada di peringkat 113. Bandingkan dengan Singapore (peringkat nomer 5), Hongkong (peringkat nomer 12), dan Malaysia (peringkat 59).

Sembutopia merumuskan 5 pilar pokok untuk program edukasi dan motivasi, yaitu :
1. HOPE, dibutuhkan harapan untuk sembuh
2. HEAL, Juga upaya untuk penyembuhan
3. HABITAT, menciptakan lingkungan yang sehat
4. HEALTH, kondisi sehat yang optimum
5. HAPPINESS, tingkat kebahagiaan setelah pencapaian kondisi optimum

Saya masih mengingat pertemuan dengan Bapak Kafi ketika berkunjung ke Semarang. Katanya :"Orang Indonesia itu susah kalo diajak sehat. Tapi ketika sakit mereka menjadi sangat termotivasi untuk sembuh. Karena itu lahir lah SEMBUTOPIA."

Nah, selama pandemi virus Covid-19 ini terjadi penurunan produksi sampah. Mungkin karena banyak orang yang melakukan aktivitas di rumah aja, sehingga sampah di jalan jadi berkurang.

Bahkan dengan adanya pembatasan penggunaan kendaraan dan penutupan jalan, membuat langit terlihat biru. Alam seakan melakukan proses recovery juga. Udara di kota menjadi agak bersih. 

Yang bikin saya dan kalian pasti juga merasakan hal sama, masyarakat lebih rajin mencuci tangan dan menjaga kebersihan lingkungan. 

Duhhh saya merinding loh nulis ini. Ketika ada pandemi, berbondong-bondong masyarakat menyadari pentingnya menjaga kesehatan diri dan kebersihan lingkungan. Semoga ketika pandemi covid-19 telah berakhir, kebiasaan baik ini akan terus dilakukan. Wassalamualaikum Sahabat.


#sembutopia #rajinmakanbuah #stayhealthy #staysafe #ilovesunkist #inikurmamedjoolyangasli #thepowerfulblueberry #dirumahaja #earthday #earthday50 #earthday2020


Sumber Materi :
- Instagram Sembutopia
- loop.co.id/articles/sejarah-hari-bumi
Reading Time: