 |
| gambar diambil dari sini |
Masih ingat dengan debat capres tahun lalu? Masih melekat di ingatan kan ya, gimana dua kandidat saat itu lebih banyak bicara program-program yang populis. Seperti program kesejahteraan rakyat dengan menawarkan kartu sakti. Atau iming-iming bakal membangun jalan dan prasaran pendukung lainnya.
Urutan rukun haji setelah Wukuf di Arafah adalah pindah menuju Muzdalifah. Melakukan mabit dan mengambil kerikil untuk sangu melontar jumroh di Mina. Mengapa harus di Muzdalifah ngambil kerikilnya? Mengapa tidak di Arafah saja? Atau bawa dari tanah air? Begitu pasti pertanyaan bagi mereka yang tidak mengetahui alasan sesungguhnya mengapa jemaah haji mesti mabit di Muzdalifah.
Sudah bukan rahasia lagi, kalo
jemaah haji pasti bawa air zam-zam di dalam koper besar untuk dibawa pulang.
Meski regulasi yang mengatur barang bawaan sudah sejak awal dijabarkan, dan air
temasuk benda yang dilarang. Tetap saja larangan itu dilanggar.
Eiiitsss...jangan protes dulu, hihiii...
Judul postingan saya itu bukan untuk menuai huru hara lho. Bukaaan... emang ada lho sebutan itu. Kejadiannya gini nih. Yang pertama, saya akan cerita tentang haji Gendong.

Judul Buku : The Beloved Aisyah
Penulis : IRFA HUDAYA
Penerbit : Tim Revive!
ISBN : 978-602-70464-4-3
Cetakan I : Oktober 2014
Buku ini hadir berbeda dengan umumnya buku biografi. Karena saya punya biografi Aisyah dua jenis, dengan penulis yang berbeda. Biografi Aisyah kali ini dikemas bagaikan fiksi. Ada melodrama romantis di dalam isi buku ini.
Subscribe
For New Post Notifications