Anak Muda Pembawa Perubahan di Kampung Lali Gadget - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 21 November 2022

Anak Muda Pembawa Perubahan di Kampung Lali Gadget

Anak Muda Pembawa Perubahan di Kampung Lali Gadget 

Assalamualaikum. Apakah kalian ingat kapan terakhir kali tidak memegang gadget atau ponsel? Kapan kalian benar-benar menikmati waktu ngobrol sambil tertawa bersama orang terdekat, tanpa mata melirik layar ponsel? 


Saya paling sedih ketika berkumpul dengan kerabat, namun tatapan tertuju pada gadget. Karena berkumpul itu bonding, mestinya diisi dengan obrolan seru atau bercanda. Merekatkan hubungan kekerabatan yang terjalin sejak kecil. Jangan sampai terjadi kodisi ngumpul bareng tapi semua mata tertuju pada gadget masing-masing. Dan kondisi ini seperti jadi kebiasaan kita semua. Karena ketika seseorang ingin ngajak ngobrol namun orang yang duduk di sebelahnya asik dengan gadget, tentu ia pun urung ngobrol.


Ini pula yang terjadi sekarang, anak-anak begitu teracuni oleh gadget. Bangun tidur udah minta gadget, buka aplikasi game atau youtube. Pulang sekolah main game lagi. Kalo anak kalian juga melakukan hal ini, kalian pengen marah atau biasa aja? Harusnya nggak boleh marah sih karena anak-anak bercermin dari apapun yang dilakukan orang tuanya. Apabila sebagai orang tua nggak bisa jauh dari gadget, anak-anak pun sama.

Buat Aturan Kapan Anak-Anak Boleh Mengakses Gadget

Saya sebagai ibu dari 2 anak yang beranjak dewasa, bersyukur mereka lahir pada saat gadget masih jadul. Mereka hanya bisa menggunakan ponsel untuk menelpon dan mengirim sms. Baru saat mereka berusia belasan tahun mulai mengenal ponsel yang lebih pintar. Namun saya tetap membatasi durasi kapan mereka boleh mengakses gadget yaitu mulai hari Sabtu siang hingga Minggu sore. Di luar waktu yang udah ditetapkan, saya ingin anak-anak menggunakan waktunya untuk belajar di sekolah, bermain bersama anak-anak tetangga, atau saudara, serta membaca buku kesukaannya.


Apalagi sekolah anak-anak juga menerapkan larangan membawa ponsel ke sekolah. Namun tentu saja pembatasan ini juga memiliki konsekwensi dengan menyediakan ponsel khusus yang bisa digunakan siswanya untuk menghubungi keluarga apabila dibutuhkan.


Ijin menggunakan ponsel selama 24 jam, baru saya dan suami berikan ketika anak-anak udah berusia 16 tahun dan masuk sekolah tingkat lanjut. Saat usia mereka udah memiliki tanggung jawab dan pemahaman yang lebih siap menerima informasi dari luar sekolah dan rumah.


Namun tidak demikian dengan yang terjadi di sekeliling saya beberapa tahun ini. Saya melihat sendiri anak tetangga yang berusia 2 tahun udah bisa tantrum ketika gadget yang tengah dipegangnya, diminta oleh pengasuh atau ibunya. Dia akan diam ketika mereka mengembalikan gadget itu. Miris bukan? Usia balita yang seharusnya menjadi golden age pengasuhan oleh orang tua, justru dipenuhi dengan game ataupun hiburan melalui gadget di tangannya.


Mari Bersenang-Senang di Kampung Lali  Gadget

Satu tahun yang lalu saat pandemi masih belum usai, saya pun setia di rumah aja, dan memilin hiburan nonton video di YouTube. Dari nonton resep memasak, pendakian gunung, ataupun Drama Korea, saya menemukan video yang menarik. Anak-anak yang tertawa lebar sambil memainkan permainan masa kecil seperti yang dinikmati anak-anak saya. 





Iyaa, anak-anak saya masih mengalami permainan seperti Gasing, Cublak-Cublak Suweng, Mainan Gedebog, tangkap ikan di kolam belakang rumah. Seru loh kalo melihat mereka main bareng teman sekolah atau anak tetangga. Nah ini udah tahun 2020an, kok masih ada permainan serupa?

Dalam hati saya berucap, mereka anak-anak yang tinggal di mana, hingga masih memainkan dolanan jadul ala masa kecil saya?

Saya pun larut dalam tontonan video berikutnya yang memperlihatkan serombogan anak sekolah bermain aneka permainan tradisional. Ada yang bermain gobak sodor, lomba jalan menggunakan 2 tempurung kelapa yang dihubungkan dengan tali. Tawa lepas dan binar mata yang terlihat bahagia nampak dari wajah anak-anak ini. 

Dari akun Instagram @kampunglaligadget diinfokan bahwa tanggal 28 September 2022, sebanyak 24 siswa @sdn_mulyodadi mendapatkan beasiswa bermain dengan materi pembuatan Udeng Pacul Gowang khas Sidoarjo. Wajah bahagia anak-anak SDN yang dengan bangga memamerkan udeng hasil buatannya dan memakainya di kepala.



Permainan tradisional yang sering dilakukan anak kelahiran tahun 1970 hingga akhir tahun 2000, telah membantu anak tumbuh dengan lebih kreatif. Terbatasnya permainan modern mampu menumbuhkan kecerdasan dan kreativitas anak-anak. Permainan tradisional menjadi pilihan anak-anak untuk mengisi waktu dengan gembira. 

Dan semua itu bisa kita temukan di Kampung Lali Gadget (KLG) yang terletak di Pagerngumbuk, Kec. Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. KLG memiliki dua lokasi utama, yaitu Gubuk Baca dan Gubuk Kebun yang menjadi jawaban keresahan seorang anak muda. 

Di tempat ini anak-anak bebas bermain dan meninggalkan gadget sejenak. Begitu mereka memainkan berbagai alat permainan tradisional bersama teman-temannya, senyum mengembang bahagia. 

Aneka permainan tradisional seperti gobak sodor, bakiak (kelompen), kelereng, merenggut perhatian anak-ana dari game yang ada di gadget mereka. Sebagian anak-anak asik bersenang-senang bermain dakon, egrang, estafet sarung/uncal sarung. Terlihat pula di salah satu post foto di akun Instagram KLG, wajah bahagia sekelompok anak-anak yang berhasil juga membuat anyaman dari daun pisang. 


Inisiasi Anak Muda Membawa Perubahan 

Menyaksikan betapa bahagianya anak-anak yang bermain di KLG, saya jadi penasaran. Bagaimana desa ini menjadi pusat bermain anak-anak, siapa yang memiliki ide keren ini? 

Dari penelusuran saya di dunia maya muncul profil seorang anak muda bernama Achmad Irfandi yang telah mendirikan Yayasan Kampung Lalu Gadget. Dari keresahan yang dirasakannya melihat fenomena anak-anak yang tidak bisa lepas ketergantungan dari gadget. Imbas pandemi dengan pembelajaran daring makin melekat lah anak dengan gadget. Gadget tetap lah produk teknologi yang menjawab sebagian besar kebutuhan kita di jaman digital. Namun penggunaannya harus lah berimbang dengan kebutuhan dasar anak untuk bermain dan bersosialisasi dengan temannya. Jangan sampai keberadaan gadget justru menimbulkan dampak negatif seperti saat ini.

Achmad Irfandi terketuk ingin melestarikan beragam permainan tradisional agar anak-anak milenial dan gen Z pun memainkannya. Jangan sampai mereka hanya mengenal dari buku cerita. Irfan pun menginisiasi Kampung Lali Gadget (KLG) pada bulan Agustus 2018.

Dia pun mulai mengajak anak muda lain di Wonoayu melalui instagram dengan membuat sesuatu yang berbeda dan luar biasa. Niat baiknya disambut dengan bergabungnya para pemuda dengan membentuk Komunitas Wonoayu Kreatif. Kegiatan pertama yang dikerjakan adalah menghidupkan kembali literasi bagi anak-anak yang saat itu sudah mulai kecanduan gadget.

Hal ini tentu sulit dilakukan karena anak-anak sekarang lebih menyukai gadget dibandingkan membaca buku. Irfan pun memutar otak untuk menemukan solusi bagaimana caranya anak-anak ini bisa melupakan gadgetnya. Hingga gagasan pun muncul dengan kegiatan Dolanan tanpa Gadget yang maknanya adalah Permainan tanpa Gadget. Kegiatan ini juga menjadi cikal bakal berdirinya Kampung Lali Gadget yang artinya Kampung Lupa Gadget. 

Bahkan Irfandi berhasil meyakinkan perangkat desa untuk meminjamkan lahan seluas 45x50 meter untuk mewujudkan Kampung Lali Gadget. irfandi dan komunitasnya juga membuat Udeng yang dijual sebagai souvenir. Mereka iuran dan benar-benar mendanai sendiri kegiatan dengan donasi swadaya dari komunitas. Warga sekitar diajak aktif membuat mainan tradisional, makanan dan minuman untuk dijual bagi pengunjung. 

Kita mulai kegiatan kecil-kecilan tentunya dengan dana swadaya, bukan dana dari pemerintah, bukan dari pihak manapun. Kami murni iuran dari komunitas ini.
Kegiatan yang pertama dari KLG adalah dengan melibatkan 475 anak dari Surabaya dan Sidoarjo. Anak-anak menikmati kegiatan permainan tradisional dengan gembira. Permainan tradisional itu mampu membuat anak-anak melupakan gadget. 

Niat mulia Irfandi juga agar anak-anak jangan sampai kecanduan gadget sukses. Dengan menggerakkan program konservasi budaya yaitu mengangkat permainan tradisional. Terbukti begitu anak-anak diajak bermain, perhatian mereka pada gadget teralihkan. 

Irfandi mengajak kawan-kawannya, anak muda di Desa Pagerngumbuk di Sidoarjo. Pemberdayaan pemuda dan masyarakat dilakukan di dalam dan di luar desa. Pemuda yang diberdayakan bertugas sebagai perencana, fasilitator edukasi, dan pendamping. 

Sejak kegiatan pertama itu setiap hari Minggu KLG mulai didatangi oleh anak-anak dari berbagai wilayah. Masyarakat yang peduli dengan kegiatan KLG pun terketuk dengan memberikan donasi. Banyak dukungan moril dan materiil yang mengalir. Bahkan KLG sudah mulai melibatkan akademisi dan pemerintah serta komunitas lain yang memiliki ide serupa.

Program Lali Gadget di Kampung Lalu Gadget

Program yang ada sebagai berikut :

- Layanan Sosial Edukasi

Layanan sosial edukasi di Kampung Lali Gadget kepada masyarakat terutama di bidang pendidikan non formal. KLG juga akan terus mengembangkan kurikulum belajar dan bermain agar anak-anak menemukan cara belajar dan bermain yang sangat menyenangkan. Yang bertujuan untuk membentuk perkembangan fisik dan mental anak-anak yang bermain di KLG.

- Beasiswa Bermain

Beasiswa bermain merupakan bentuk keprihatinan yayasan KLG terhadap minimnya ruang-ruang bermain anak-anak. Waktu bermain bagi anak-anak terbatas pada duduk di depan layar TV maupun gadget. Beasiswa bermain ditujukan pada anak-anak yang domisili di sekitar Kampung Lali Gadget.

Dengan memberikan beasiswa bermain ini, anak diajak untuk belajar mengenal berempati, toleransi, bekerja sama dengan gotong royong, belajar mengalah, berjuang untuk membentuk karakter mereka. 

- Layanan Mingguan

Layanan ini diselenggarakan setiap hari minggu pagi berupa workshop membuat mainan dari bahan yang sudah disediakan oleh alam. Setiap minggu permainan berganti tema, bisa main air, main angin, main batu, main daun, main batang pisang, bermain buah, dan lainnya. 

- Bermain Karakter

Paket Bermain Berkarakter. Paket bermain ini bagi kamu yang ingin bermain secara terstruktur dan berkarakter. Kamu yang punya tujuan khusus misalnya melatih kepemimpinan, pengenalan budaya, outdoor learning, terapi kecanduan gadget, dan lain sebagainya bisa banget memanfaatkan paket bermain ini. Paket ini bisa dinikmati secara privat dalam satu lembaga/komunitas. Pemandu yang akan mendampingi juga adalah pemandu yang expert di bidangnya. Selain layanan bermain, kamu juga bisa menambahkan layanan konsumsi, kudapan, dan pengalaman atraksi yang lainnya.

- Event Kreatif

Yaitu event yang diselenggarakan secara kreatif dan membantu komunitas/instansi atau individu dengan kegiatan atraktif dan menarik. event seperti gathering perusahaan, fun outing, outbond, dan sebagainya menjadi pilihan event kreatif yang bisa digelar bersama Kampung Lali Gadget.

- Konsultasi dan Asistensi

Adalah upaya pendampingan yang dilakukan oleh KLG Institute terhadap pengembangan program maupun sarana bermain di berbagai kawasan seperti desa atau komunitas penggerak. KLG Institute sebagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan terus mengupayakan munculnya penggerak-penggerak baru dalam lintas wilayah. baik itu pemuda, individu, institusi pemerintah, swasta, maupun komunitas. Semua pihak dapat memanfaatkan layanan yang luar biasa ini untuk perkembangan programnya.

ELINGPIADE DAN BERMAIN KOLOSAL

Ini merupakan satu program keren yang dilakukan Kampung Lali Gadget berkolaborasi dengan Lingkar Inspirasi Dolanan Indonesia, ISI Foundation dan banyak lagi yang lainnya. Elingpiade adalah sebuah kegiatan perlombaan permainan tradisional dalam skala besar dan dapat melibatkan anak-anak lintas kota dan demografi. Kegiatan ini digelar secara bergengsi setiap tahun dan sangat ditunggu-tunggu anak-anak. kegiatan-kegiatan kolosal juga sering digelar seperti Mojospekta, Mojotirto, peringatan hari anak nasional dan sebagainya yang melibatkan ratusan hingga ribuan anak-anak secara kolosal.


Ide Luar Biasa Bangkit Bersama Untuk Indonesia 

Kegiatan di Kampung Lali Gadget layak menjadi gerakan Bangkit Bersama Untuk Indonesia. Setelah selama pandemi anak-anak harus belajar dari rumah, hingga akhirnya makin lengket dengan gadget kayak lem. Sudah saatnya orang tua tidak hanya menyediakan permainan tapi juga bermain bersama anak-anaknya. 

Sudah bukan lagi saatnya duduk bersama di ruang keluarga dengan menatap layar gadget masing-masing anggota keluarga. Namun duduk bersama main dakon atau cublak cublak suweng bersama anggota keluarga. Menjadi orang tua yang asik mengajak bermain engklek. Permainan masa kecil yang sangat lekat pada tahun 1990an. Atau mengajarkan sikap mengalah saat bermain kelereng, gasing, dan lainnya. 

Kegiatan bermain permainan tradisional seperti yang diinisiasi Achmad Irfandi dengan anak muda lainnya, selayaknya bisa dilakukan di wilayah negeri ini di mana saja. Bahkan ibu dan ayah yang menginginkan anaknya terhindar kecanduan gadget wajib melakukannya dari rumah.

Mari ajak anak-anak bermain untuk membentuk karakter yang lebih memiliki empati, sikap menghormati pada yang lebih tua, dan mengalah pada yang lebih muda. Semoga dengan semangat yang menginspirasi dari anak muda inisiator Kampung Lali Gadget, kita bangkit dan bergerak untuk memulihkan mental anak-anak yang lebih baik. Wassalamualaikum.

Sumber Materi & Gambar :
- website dan Instagram Kampung Lali Gadget
- website https://anugerahpewartaastra.satu-indonesia.com/
- Buku Inspirasi Para Penerang Negeri
- Channel YouTube Kampung Lali Gadget

21 komentar:

  1. mb Wati ini kampungnya keren banget. Inisiatif suatu masyarakat itu malah lebih mudah diterima oleh masyarakat sekitar. apalagi programnya keren2. aku seneng banget kalau ada komunitas yang apresiatif dengan permainan tradisional kita kayak gini

    BalasHapus
  2. Nah, permainan seperti ini idealnya dilakukan oleh anak-anak kita, mbak. Anak2 di Kampung Lali Gadget Sidoarjo ini memberikan contoh kepada kita semua supaya mental anak menjadi lebih baik. Ide2nya kreatif ya dan ada permainan kolosal juga. Anak2 makin semangat mengikuti berbagai kegiatannya. Jadi kalau meet up, mendingan infokan dulu, Heloo ... hp nya disimpan di tas dulu ya. Begitu aja mbak :D

    BalasHapus
  3. keren banget sih ide kampung lali gadget yang ada di Sidoarjo, program yang dibuat juga menarik untuk diikuti karena penuh dengan kearifan lokal

    BalasHapus
  4. Kita butuh orang2 seperti Mas Achmad Irfandi ini ya agar anak2 kembali kepada keceriaannya dengan permainan yang mencerdaskan sekaligus menggerakkan motoriknya.

    BalasHapus
  5. Ya Allah, keren banget yaaa ini mbak. Bisa jadi sarana biar anak-anak kenal permainan tradisional. Semoga di Semarang juga suatu saat ada kampung seperti ini.

    BalasHapus
  6. Seruuuu banget ternyata di Sidoarjo yah. Kayanya anak-anak perlu main ke sana biar "lali gadget", banyak permainan tradisional yang bisa meningkatkan bonding dan sarana edukasi buat tumbang anak2 juga.

    BalasHapus
  7. Iih seru banget kampungnyaa.. Judulnya sesuai tujuan yaa "lali Gadget", bikin anak-anak jadi lupa sama gadget kalau melakukan aktivitas2 di sana. Keren, keren..

    BalasHapus
  8. Wah keren banget sih ada kampung yang bisa ngebuat kita khususnya anak-anak jauh dari gadget. Programnya juga bagus-bagus. Emang perlu banget sih ngebatasin anak dari gadget biar karakter dan potensi mereka terasah ya mba

    BalasHapus
  9. Bagus banget KLG, tujuan dan misi visinya baik untuk generasi yang terlalu "gadget". Inspiratif!

    Sebetulnya tidak ada yang salah dengan penggunaan gadget, selama digunakan dengan baik dan tepat, dan oleh siapa untuk apa. Kembali lagi ke orang tua, gimana cara mengatur/mendidik si anak dalam hal penggunaan gadget. Karena manfaatnya, juga ga sedikit. Ada ilmu, pengetahuan, hubungan, pekerjaan, dan bahkan memperlancar urusan hidup.

    Bener sih, liat-liat usia juga, udah waktunya belum main gadget?

    BalasHapus
  10. Saya salut banget sama founder kampung lali gadget ini. Idenya kreatif banget untuk membangkitkan generasi muda agar tidak terlena dengan gadget & memperkenalkan permainan tradisional yang lebih mengolah fisik. Semoga ide kampung lali gadget ini bisa ditularkan di daerah lainnya

    BalasHapus
  11. Ah iya, salut banget dengañ inisiator kampung lali gadget ini
    Aku juga mau kapan kapan ajak anak anakku main kesini
    Mumpung masih satu kota sama tempat tinggalku

    BalasHapus
  12. MashaAllah~
    Namanya suka banget.."Kampung Lali Gadget"
    Mendorong anak-anak untuk menikmati hal-hal yang terjadi saat ini, bermain bersama teman dan menghormati orangtua.

    Bener, kak.
    Aku kemarin sempet ngambek sama anak dan suami karena semuaaanya selalu pegang gadget meski di meja makan. Dan kalau ngomong jadi gak fokus. Aku jadi brainstorming lagi mengenai aturan menggunakan gadget di rumah. BIsmillaah.. insyaa Allah perubahan kecil yang kita lakukan bisa memberikan dampak baik untuk karakter anak.

    BalasHapus
  13. Karena ini ide sekampung jadi inget pepatah "It takes a village to raise a child", butuh orang sekampung buat mendidik anak, seperti kampung lali gadget yang bisa jadi contoh buat kampung lainnya ini agar anak punya kegiatan positif dan enggak hanya mantengin gadgetnya. Asli, keren ini!

    BalasHapus
  14. Menarik banget ini menurutku program dari Lali Gadget, tak bisa dipungkiri memang anak-anak sekarang tuh sudah terpapar dengan asiknya main games, nonton youtube di ponselnya. Ternyata dengan mengajak bermain jaman anak dulu tuh seru juga ya.

    BalasHapus
  15. Nama kampungnya unik banget hehehe. Tapi, pas banget nih ma prinsip saya dan suami ttg gadget untuk anak.

    Kami tetap mengenalkan karena memang udah eranya mereka. Tapi, kami memberikan batasan. Salah satu cara yang efektif dg memberikan banyak kegiatan seru. Makanya anak-anak saya tetap tau permainan tradisional. Meskipun mainnya sama orang tua sendiri karena teman-temannya banyak yang gak permainan tradisional :D

    BalasHapus
  16. Aku berasa nostalgia liat bikin anyaman pakai daun pisang, mbak. Jadi pingin ngajak anak2 ke kampung lali gadget ih.

    Btw, penerapan penggunaan gadgetnya cukup ketaat. Suksess!

    BalasHapus
  17. wah keren banget ini kampungnya. jadi ini semacam kampung wisata gitukah, mbak? trus bayar nggak kalau anak-anak mau main ke sana? pastinya seru banget ya melihat anak-anak memainkan mainan tradisional zaman kita dulu

    BalasHapus
  18. Kampung ini selayaknya area desa wisata yang ngajak para pengunjungnya untuk kembali ke alam ya Mak. Seneng deh kalo bisa menjauhkan diri sejenak dari gadget dan bisa lebih fokus ikut kegiatan sembari kenalan dengan teman-teman baru atau lebih mengakrabkan diri dengan teman2 yang sudah kenal :))

    BalasHapus
  19. Masya Allah keren sekali komunitas hadir atas keresahan yang ada ya.. memang saat ini orangtua resah anak2 dengan gadget nya yang belum dapat dikontrol anak dengan baik yaa. Kadang ortunya juga masih belajar bijak ber-gadget. Aturan itu penting ya.. sangat mengindikasikan komunitasnya. Trimakasih sudah sharing ini mba..

    BalasHapus
  20. Aku baru mau tertarik ikut pas baca lokasinya jauh di Sidoarjo ya. Bagus ini seandainya di Serpong ada

    BalasHapus
  21. Aku baru tahu ada yang namanya kampung lali gadget mbak. Keren sih ada anak muda yang menginisiasi kampung tersebut. Bener banget jangan sampai permainan tradisional hanya tinggal kenangan di masa depan

    BalasHapus