Talkshow 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota : Berkunjung Ke Museum Itu Kekinian - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 14 Desember 2015

Talkshow 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota : Berkunjung Ke Museum Itu Kekinian


hidayah-art.com

Halo assalamu'alaikum, teman.
Kemarin hari sabtu, tanggal 12 Desember 2015 saya berkesempatan hadir dalam Talkshow Buku berjudul 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota. Bertempat di tokbuk Gramedia jalan Pandanaran Semarang. Saya sempat galau karena nyaris gagal ikutan. Cause, badan sejak malam sebelumnya meriang. Akhirnya saya makan Sup Jagung yang hangat agar tubuh jadi sehat.


Alhamdulillah, sabtu siang udah agak mending, apalagi bisa tidur bentar, hahaha. Efek resign, bisa tidur sesuka hati.*don't be jelaous*

Saya juga telat datang bentar, karena mesti mampir ke PMI di daerah Bulu buat donor darah. Sore itu saya bersama suami dan si bungsu. Ntar ya postingan tentang donor darah bakal saya tulis ulang. Yuk lanjut ke talk show-nya.

Sampai di tokbuk udah jam 4 lebih, ya udah langsung aja ke lantai 2. Ternyata talkshow udah mulai. Saya segera mengambil kursi bagian depan, karena masih kosong. Muna Sungkar dan Fenny Ferawati, dua dari tiga penulis 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota, sudah bercerita tentang isi buku bergenre traveling ini.

Buku nonfiksi karya tiga penulis emak blogger (yang satu adalah mba Ika Koentjoro) ini merupakan buku traveling dengan gaya penulisan yang tidak membosankan. Mengambil premise : Catatan Tiga Emak Menjelajah Museum di Yogyakarta, Solo, dan Semarang.

Kata MUSEUM menjadi pemikat tersendiri. Karena biasanya orang bakal bertanya, mau apa ke museum? Ngapain kita mesti ke museum?

Penyebabnya karena museum identik dengan kekunoan, penjaganya udah tua, gelap, tempat mojok, bla bla bla. Duh, pegel dengernya kalo ada yang mengatakan seperti di atas. Karena sebenarnya banyak sekali yang bisa dipelajari dari museum. 

Pengunjung tokbuk Gramedia yang hadir, banyak yang tertarik untuk duduk dan mendengarkan talkshow bareng penulis. Tapi lebih banyak lagi yang tetap berdiri dengan memasang telinga mereka. Gimana nggak tertarik, kalo penulisnya mampu mengemas talkshow dengan gaya santai dan mengalir renyah. *aishh, apaan pulak ini*

Banyak sisi cerah museum yang tak diketahui oleh masyarakat umum, dikupas tuntas dalam talkshow yang digelar mulai pukul 14.00 hingga 16.00 wib. Saya sampai nggak berasa waktu berjalan begitu cepat. Ada pula teman-teman dari blogger Gandjel Rel dan IIDN Semarang yang datang memberi support pada dua penulis. Senang bisa melihat buku terbit dari teman-teman kami ini. 

Banyak pengunjung talkshow yang mengajukan pertanyaan. Ada lebih dari 9 penanya mungkin, sampai mbak yang jadi host mesti lari kesana kemari memberikan mic *OR ya mbak*

hidayah-art.com


Beberapa pertanyaan saya rangkum beserta jawabannya, berikut ini :

- Ada berapa museum yang diliput dalam buku ini?

Sebenarnya kalo secara fisik, total museum di Yogya, Solo, dan Semarang ada lebih dari puluhan museum. Saya lupa berapa pastinya, kayaknya sih untuk kota Yogya aja sekitar 42 museum. Namun dalam buku ini hanya 17 museum yang dirangkum dalam satu cerita perjalanan.

- Mengapa memilih judul 3 Emak Gaul, bukan yang lainnya?

Sebenarnya pemilihan judul itu merupakan proses diskusi antar ketiga penulis dengan pihak editor. Judul awal sih ada kata-kata JOGLOSEMAR, yaitu singkatan dari Jogya, Solo dan Semarang. Setelah proses panjang diskusi, muncullah judul yang lebih eye catching, yaitu 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota.

- Dari penulisan buku tentang museum ini, apakah ada reward yang diinginkan oleh penulis pada pengelola atau pemerintah?

Tentunya ketiga penulis berharap dengan terbitnya buku ini, pemerintah dan khususnya pengelola museum yang ada di Indonesia ini lebih aware tentang perawatan. Juga bisa mengerahkan segala pelengkap sarana agar museum lebih menarik, hingga bisa menyedot kunjungan wisatawan lokal. Karena ternyata pengunjung museum masih didominasi turis mancanegara. Pengunjung dari negeri sendiri sih ada, tapi biasanya cuma numpang narsis, enggak mencari info tentang museum yang dikunjungi.

- Kendala yang dihadapi penulis saat merangkum jelajah museum :

Kendalanya sebenarnya berbeda bagi ketiga penulis. Yang pertama adalah karena terpisah di tiga kota, tentu saja segala urusan memadukan gaya penulisan, mesti komunikasi via online. 

Kendala lain adalah masalah fotografi. Karena hasil foto kurang memadai, Fenny sampai foto ulang dengan mendatangi lagi beberapa museum di kota Solo. Untungnya museum di kota ini berada dalam satu jalur, sehingga memudahkan Fenny.

Kendala seperti susahnya mengakses museum, malah bikin Muna bersemangat menjalin komunikasi dengan pihak Dinas Pariwisata kota. Meski surat ijin akhirnya tidak terpakai, Muna menganggap pengalaman meliput museum sebuah penjelajahan yang sangat menarik.

- Tiga penulis tentu memiliki tiga gaya menulis yang berbeda, gimana memadukannya hingga bisa menjadi satu gaya :

Jawaban dua penulis nyaris sama, karena keduanya adalah blogger yang sering berinteraksi di dunia maya. Dan melihat artikel di blog masing-masing, terlihat sekali kalo gaya penulisan mereka sangat lah mirip. Jadi nggak ada kendala berarti.

- Seorang penanya mengutarakan quote Sujiwo Tedjo, bahwa berkunjung ke museum itu nggak penting, karena seperti mengenang masa lalu.

Muna sangat tidak setuju dengan apa yang diucapkan oleh Sujiwo Tedjo. Karena dengan berkunjung ke museum, berarti kita menghormati dengan apa yang telah dilakukan oleh leluhur kita. Berkunjung ke museum juga banyak memberikan manfaat. Karena di museum, ada banyak pengetahuan yang tidak bisa kita pelajari dari sekolah atau bacaan saja. 

Museum adalah tempat belajar banyak hal, mengetahui kisah jaman batu, atau pun prestasi anak bangsa. Karena museum yang dimiliki negeri ini sangat beragam dan menarik dari segi pengetahuan umum dan penjelajahan ke masa silam. Bahkan museum Kereta Api di Ambarawa hingga detik ini masih menyimpan kereta tertua di dunia. Kereta ini satu-satunya kereta yang tertua dan masih bisa dilihat di sana. Indonesia beruntung memiliki kereta ini karena dulu sempat dilirik ingin dibeli oleh negara lain.

- Apa yang mendasari penulisan buku ini, karena penulis suka traveling?

Kalo Fenny sih karena ingin mengangkat museum mengingat tahun 2015 oleh pemerintah dijadikan sebagai Tahun Kunjungan Ke Museum. Bahkan dari menyusun buku ini, Fenny bisa traveling meski sekitar kota Solo. Namun usai penyusunan buku, Fenny mulai menjadi traveler. Apalagi karena Fenny adalah seorang ibu muda, kemana-mana ia selalu mengajak si kecil. Kalo orang bilang traveling identik dengan biaya banya, sebenarnya bisa kok disiasati. Seharusnya enggak seperti itu. Traveling bisa kok menjelajahi yang ada di kota sendiri. Mengulik sudut kota, mengambil pelajaran dari orang-orang yang bertemu di jalan.

Sementara Muna Sungkar, yang terlahir sebagai penjelajah karena profesi bapak sebagai dokter puskesmas, yang berpindah tugas. Muna menjadi penikmat traveling. Bahkan bu dosen ini menargetkan tiap akhir pekan harus traveling. Katanya agar saat mengajar di kelas, tanduknya nggak keluar. *tanya aja sama mahasiswanya*

Saya hanya mampu menuliskan beberapa pertanyaan tersebut di atas. Namun dari talkshow sore ini, kita jadi tahu bahwa rata-rata kondisi museum di negeri ini nyaris sama. Pengunjung lokal sangat sedikit yang tertarik datang ke museum. Lebih banyak turis manca negara, apalagi mereka lebih peduli dengan serius mendengarkan penjelasan penjaga museum. 

Fasilitas penunjang yang ada di museum kurang menarik minat pengunjung. Penulis memberi contoh pelayanan dari pihak museum yang terbaik adalah di museum Batik Danar Hadi yang ada di Solo, museum Affandi, dan museum De Mata Trick Eye. Dua museum terakhir ini berlokasi di kota Yogya.

Pengelolanya, terutama di De Mata memberikan fasilitas bagi pengujung bisa mengeksplore sisi lain museum. Museum yang mengusung tema 3D, tengah menjadi primadona pariwisata di kota gudeh. Banyak pelajar yang menjadi pengunjung museum, biasanya mana ada chemistry antara keduanya. Yes, De Mata berhasil menggiring pengunjung remaja untuk menjelajah museum. Museum tuh memang harus KEKINIAN. Agar makin banyak anak mudah di negeri ini yang berminat menjelajahinya.

Penulis dengan dukungan penerbit BIP, berhargap dengan terbitnya buku ini bisa menjadi acuan bagi masyarakat umum agar berkunjung ke museum. Sementara hadirnya buku ini juga bisa menjadi sarana kritik untuk pemerintah, khususnya dinas pariwisata berbenah tentang pengelolaan museum yang lebih baik. Terutama mempersiapkan pemandu yang mengerti betul isi museum, lebih ramah dan lebih kooperatif saat menerima kunjungan wisatawan.

Dan seperti biasa, dipilih dong siapa penanya yang beruntung mendapat dua buku 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota. Jreng jreng jreeeeng....

Ini lah sayaaa, dan seorang gadis cantik yang sayangnya saya lupa namanya.


hidayah-art.com

Usai talkshow, saya dan teman-teman blogger sempat narsis bareng penulis yang manis. Sayang mba Ika Koentjoro nggak bisa hadir dalam talkshow sore ini. Semoga lain waktu saya bisa bertemu dengan mbak Ika.

hidayah-art.com
Kerudung saya seragam dengan penulisnya :D
Foto by : Muna Sungkar

Semoga bisa secepatnya saya tulis review buku 3 Emak Gaul Keliling 3 Kota. Makasih bincang-bincangnya. Seru, karena menjadi pengisi waktu sore hari  itu meski Semarang sempat diguyur hujan. Bisa bertemu lagi dengan emak kece yang smart, mba Irfa yang datang jauh dari Muntilan, mbak Uniek dan mbak Ika Puspitasari. I'm happy to meet you :D

Wassalamu'alaikum.

20 komentar:

  1. Wiih seru ya loncingnya, kapan ya aku loncing buku lagi hihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru dan asik, apalagi dapat buku gratis, hihiii

      Hayuk Rahmi, kita duet opo yo, nulis tentang Semarang :)

      Hapus
  2. Balasan
    1. Ntar aku tulis review bukunya, mbak Nia... tungguin ya

      Hapus
  3. Koreksi sedikit mbak.museùm danar hadi ada di Solo :)
    Makasih banyak sudah menyempatkan datang semoga suka sama buku kami :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah aku koreksi, mbak. Maaf ya :)
      Senang bisa ikut seseruan dalam talkshow kemarin :)

      Hapus
  4. Wuaaahhh seru ... Andai deket, pasti ikutan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asik emang ikutan bedah buku itu, apalagi kalo dapat gratisannya, hahahaha

      Hapus
  5. wah ada mbak Muna ya. ini mak hidayah juga gaul kok peserta talkshownya

    BalasHapus
  6. hebat ini 3 emak gaul ini. Hobbi traveling tapi seimbang urusan keluarga dan ngeblognya. mak hidayah juga hebat dan gaul.

    BalasHapus
  7. Joglosemar kayaknya lucuuuk klo jd itu judulnya hihii
    Wahhhh..aku jadii pnasaran sama gandjel rel, uda sukses melahirkan karya ya mb hidayah ^______^

    BalasHapus
  8. acaranya seru sekali mbak Wati, semoga sukses terus ya... :)

    BalasHapus
  9. bukunya pasti seru, ditulis oleh tiga penulis dan dri tiga kota.

    BalasHapus
  10. Barakallah Mba.. aku malah nggak bisa dateng krn ada acara.. :(

    BalasHapus
  11. Aku pernah ke museum Affandi waktu masih SMA dulu :)

    BalasHapus
  12. saya udah punya bukunya. Tinggal nyelesain bacanya :)

    BalasHapus
  13. wah berarti kemarin sempet main ke solo dong bu :)

    BalasHapus
  14. Waaah, rameee... makasih ya mak hidayah, ilmu nya dibagi...

    BalasHapus