Bagaimana Hasil Belajarmu, Anakku? - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 22 Desember 2015

Bagaimana Hasil Belajarmu, Anakku?


hidayah-art.com



Beberapa hari ini sosmed tengah ramai dengan perlu tidaknya upload raport anak. Saya udah komentar di salah satu thread milik seorang teman. Kalo menurut saya sih, bebas aja mau upload nilai raport anak-anak. Seorang teman menuliskannya sebagai status di fesbuk, gak apa pamer nilai tapi jangan sampai terlihat semuanya. Dari nama anak, kelas hingga tempat sekolah. 

Iyaa sih, pamerin komplit gitu jelas sangat riskan. Bisa disalahgunakan oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Hari gini, banyak modus penipuan yang bikin nyesek dada dan dompet.

Sah aja bila ada orang tua yang pamerin foto nilai raport anak-anaknya. Anaknya sendiri juga, bukan anak tetangga, hahaha.

Pamerin nilai raport anak kan salah satu bentuk apresiasi orang tua karena bangga dengan pencapaian mereka. Mana ada orang tua yang enggak senang melihat hasil belajar anak-anak mencapai rata-rata 9?!

Si bungsu saat ini udah jadi anak SMA. Berseragam abu-abu dooonk, udah remaja, cepetnyaaa. Saya tahu kalo tingkat lanjut sama artinya sangat susah mencapai nilai 9. Godaannya terlalu besar. 

Gadget, gadget, gadget!
Ya, saya sampai menyebutnya tiga kali. Ini godaan terbesar abad ini. Dan nggak cuma anak saya yang bakal tergoda. Nyaris 90% anak kota besar, bahkan sekarang juga mencapai desa-desa, menggunakan gadget. Entah harga murah atau mahal, keseharian mereka pasti memegang gadget. Trust it.
  
Selain itu, saya udah nggak mungkin lagi membimbing anak-anak belajar begitu mereka udah jadi anak SMA. Sejak si sulung dan sekarang adiknya, mereka belajar sendiri. Udah nggak mau dibimbing emaknya nih. Padahal sebelumnya, dari SD hingga SMP, mau loh saya bimbing belajar. Udah kayak guru, saya yang bikin soal latihan pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan Bahasa Inggris. Saya jadi ikut belajar lagi, mengikuti jenjang kelas anak-anak. 

Mengapa saya sampai melakukan itu? Belajar lagi k ayak anak sekolah? Yaaa, gimana dong, anak-anak nggak pernah mau ikut bimbingan belajar. Alhamdulillah, saya bisa ngajari mereka, terutama Matematika masih bisa saya ikuti sampai kelas 9.

Nah, hasil raport si bungsu di semester pertama tahun pertama sebagai pelajar berseragam abu-abu, cukup bagus. Nilainya rata-rata 8. Yang terbaik ada pada mapel Bahasa Indonesia, Inggris, TIK, Aqidah Akhlak, Fiqih, dan Quran Hadist. Dari semua yang sebut ini mencapai 87 - 93. Mapel tiga terakhir sih wajar, karena sekolah sebelumnya kan SMP IT. Malu lah kalo hasilnya nggak bagus.

Melihat hasilnya, udah melebihi ekspektasi saya malah. Bahkan mbah Uti dan Kakungnya komentar,"Nggak rajin belajar aja nilaimu bagus. Coba kalo rajin lagi,  bisa makin bagus, Nang,"

Saya setuju dengan komentar bapak saya. Karena kedua anak saya, sejak SMA/SMK sudah berkurang belajarnya. Bukan karena pengaruh gadget. Kalo si sulung dulu emang memilih SMK karena malas belajar teori di SMA. Dulu nilai raport si sulung, yang praktek memang lebih bagus. Ada yang mencapai 97 malah. Karena passion si sulung pada jurusannya emang begitu tinggi, yaitu Teknik Komputer dan Jaringan.

Nah, si bungsu nih passionnya beda sama kakaknya. Dia lebih suka bahasa, musik dan gambar. Memang sih, nilai bahasa dia rata-rata 89. Selain Bahasa Inggris, ada dua bahasa asing di sekolahnya, yaitu Bahasa Arab dan Perancis. Nilainya juga di atas 85 untuk keduanya. Katanya sih nantinya mau memilih jurusan Bahasa di sekolahnya ini. 

Karena kayaknya nggak bisa disarankan pilihan lain, saya dan si ayah sih menerima pilihan si bungsu. Seperti juga yang pernah kami lakukan pada si sulung. 

Orang tua hanya mampu mengarahkan minat anak. 
Pilihan masa depan mereka, adalah hak anak sepenuhnya.


hidayah-art.com


Tapi ada yang lain pada raport si bungsu. Ada penilaian pada ekskul, perilaku, dan kepribadian.

Begini yang dituliskan oleh gurunya.

  • Untuk kegiatan ekskul Majalah Sabila : Aktif dan mampu melakukan kegiatan reportase
  • Untuk ekskul Band : Aktif, ikut tampil lomba, dan ada progres kemampuan di alat musik.
  • Akhlak Mulia : Tentang Kedisiplinan, Kebersihan dan Kesehatan, Sopan Santun, Kejujuran dan Pelaksanaan Ibadah dinilai sangat baik. Selalu datang tepat waktu, tidak pernah terlambat. Selalu menjaga kerapian dan kebersihan lingkungan. Menghormati warga sekolah. Selalu berperilaku dan berkata jujur, tidak pernah menyontek saat ulangan.
  • Untuk Kepribadian : Sangat baik saat menjalankan tugas sekolah, menghargai perbedaan, dapat bekerja sama dan mampu bersaing dalam prestasi di sekolah.

Ya sih, si bungsu pernah cerita kalo di kelas, ada beberapa temannya yang suka menyontek. Nilainya juga lebih bagus mereka dari pada dirinya. 
"Caranya gimana bisa nyontek, emang nggak ada guru yang jaga?"
"Kalo guru yang jagain pas galak, nggak ada yang berani nyontek. Tapi lebih seringnya kan gurunya kurang mengawasi kami, Buk,"

Ternyata kebanyakan mereka nyontek pakai smartphone. Rumus, hapalan dan beberapa point penting yang akan diujikan, difoto dan disimpan di smartphone. Si bungsu pernah mau dikasih contekan. Tapi emang di SMP dia udah diajarkan untuk bersikap jujur, ya jelas lah dia menolak.

Pesan saya saat si bungsu cerita ulah teman-temannya adalah, tetaplah berperilaku jujur. Jangan mudah terpengaruh dengan ajakan buruk teman. Tuhan tidak akan menutup mata pada perilaku buruk seperti itu. Dan memang bukan hal terpuji untuk diikuti.

Saya bilang,"Enggak apa nilaimu nggak dapat yang terbaik, yang penting kamu udah berusaha dan berdoa. Beda lagi kalo kamu bermalas-malasan, dan kemudian memilih jalan pintas dengan menyontek, Ibu nggak suka, Dek,"

Semoga Naufal tetap memegang teguh prinsip yang sudah kami tanamkan sejak kecil, aamiin.

Apalagi sekolah sangat mengapresiasi minat dan ketrampilan yang dimiliki siswanya, dengan memberi penilaian khusus di bidang Pengembangan Diri. 

Saya dan si Ayah jadi ikut mengapresiasi prestasi di luar akademik ini dengan memberikan fasilitas sebisa yang kami mampu. 

17 komentar:

  1. Kalo anakku yang sulung ini (cewek) nilainya biasa2 saja...sepertinya kurag minat belajar di bidang akademik, dia senangnya gambar2 komik, desain baju sama bikin craft. Ya sudahlah...akhirnya aku dan suami sepakat masukin dia ke SMK aja tahun depan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. SMK sekarang makin diminati loh mbak, persaingannya juga ketat. Tetap dongkrak nilai, karena ada tambahan nilai juga selain test tertulis :)

      Hapus
  2. Baguss mbak nilai bungsunya. Tapi memang sepertinya dia lebih minat di bidang2 yg terkait dengan kreatifitas ya.

    BalasHapus
  3. Hasil itu terakhir. Yang utama adalah bagaimana proses menuju hasil tersebut. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, yang penting kita hargai usaha yang sudah dilakukan anak-anak, ya Nis

      Hapus
  4. Sekolah anakku pakai kurtilas Mba, dimana hasil akhir itu bukan segalanya. Nggak ada sistem ranking pula. Jadi buat saya malah lebih nyantai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jarang ya mbak sekolah pakai kurtilas. SMP si bungsu juga dulu pakai sistem kurtilas, dan nggak ada rangking. Anak dinilai dari etika, akhlak dan sikap sosialnya.

      Hapus
  5. memang anak punya minat sendiri, adikku ngak mau masuk SMA malah lebih milih masuk SMK karena suka ngutak ngatik barang elektronik. Memang harus diarahkan kepada minatnya..salam kenal mba hidayah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga, makasih kunjungannya :)

      Anakku yg sulung juga lulusan SMK, eh tapi sekarang malah masuk jurusan Sejarah, hihiii... yg penting emang minat anak sih yg jadi perhatian.

      Hapus
  6. nilainya bagus, gambarnya juga bagus (andai aku bisa gambar hihi)

    BalasHapus
  7. jadi teringat masa kecil. walaupun sering dimarah mama, tapi semua itu demi kita sendiri

    BalasHapus
  8. Aku jadi keinget jaman dapat tulisan di rapor. Emang ya mbak kalau beda karakter akan beda perlakuan juga :)

    BalasHapus
  9. Anak saya kelas 8 di SMP Negri dan tidak ada rangking juga, tapi standard nilai di sekolahnya harus B+ mbak, Alhamdulillah terima rapor kemarin masih aman... :)

    BalasHapus
  10. It has fully emerged to crown Singapore's southern shores and undoubtedly placed her on the global map of residential landmarks. I still scored the more points than I ever have in a season for GS. I think you would be hard pressed to find somebody with the same consistency I have had over the years so I am happy with that. judi online

    BalasHapus
  11. You might comment on the order system of the blog. You should chat it's splendid. Your blog audit would swell up your visitors. I was very pleased to find this site.I wanted to thank you for this great read!! judi online

    BalasHapus