My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi: Halodoc
Tampilkan postingan dengan label Halodoc. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Halodoc. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Agustus 2020

Tanda-Tanda Hamil Muda Tidak Sama Pada Tiap Perempuan, Jangan Baper Moms
Agustus 19, 2020 32 Comments
Tanda-Tanda Hamil Yang Berbeda

Assalamualaikum Sahabat. Saya mengalami kehamilan pertama saat usia 26 tahun, dua bulan setelah menikah. Tokcer banget ya, alhamdulillah tentunya patut disyukuri. Terlebih ada banyak pasangan suami istri yang ingin sekali menimang bayi namun belum terwujud. Atau mesti nunggu sekian tahun, seperti adik kandung saya yang nunggu 8 tahun baru memiliki anak. 

Namanya juga pengalaman pertama hamil, perasaan jadi nano-nano gak karuan. Takut nanti bayinya kenapa-napa, saya juga takut keguguran. Tapi senangnya saya dikelilingi keluarga yang suport banget kehamilan pertama ini. Dari suami-ya iya lah-orang tua dan mertua, keluarga besar bapak ibu saya, dan tentu adik-adik saya.

Banyak pesan berupa saran, nasihat, dukungan yang bermaksud untuk kebaikan saya dan calon bayi di rahim. Sebagai calon ibu yang masih awam, saya hanya bisa mengiyakan dan bilang terima kasih.

Tanda-Tanda Hamil

Saya sendiri lebih menyukai saran dari tenaga kesehatan dan mencari info dari buku atau majalah kesehatan. Saat itu mana ada sosial media. Namun saya bersyukur ada majalah parenting yang menjadi sumber info akurat karena diasuh oleh profesional di bidang kesehatan.

Meski sudah lama berlalu, saya masih mengingat tanda-tanda hamil yang saya alami. Saat itu saya langsung yakin kalo hamil begitu mengetahui bulan Agustus tidak haid. Karena selama ini jadwal menstruasi tidak pernah terlambat.

Tidak Perlu Baper Hingga Terlibat Moms-War  

Dari dulu sampai sekarang yang namanya beda pendapat antar perempuan nggak pernah berhenti. Sebagai mamah muda waktu itu saya kurang nyaman misal beradu pendapat tentang kehamilan.

Apalagi saya nggak merasakan ngidam atau pengen sesuatu sebagai satu tanda-tanda hamil. Tanda kehamilan saya cuma menstruasi yang mendadak nggak hadir. Karena sebelumnya nggak pernah terjadi, saya langsung meminta suami membelikan test untuk kehamilan. Begitu hasilnya positif baru lah suami mengantar saya ke dokter di salah satu rumah sakit swasta. Dan hasilnya sama, saya hamil.

Seneng banget dan bersyukur, kami berdua sampai cepet-cepet ngabari keluarga saya dan suami tentang kabar bahagia ini.

Di tempat kerja yang karyawannya kebanyakan perempuan dan udah menikah, kabar saya hamil pun disambut gembira. Kami jadi larut dalam perbincangan tetang kehamilan. Teman-teman saya yang udah pernah hamil saling menuturkan tanda-tanda hamil masing-masing. 

Jadi sebenarnya dari dulu sampai sekarang, selalu ada moms-war. Namun dulu tanpa sosial media dan nggak sampai bersitegang. Wong namanya juga bermula dari obrolan santai. Paling debat aja dan diakhiri dengan ngakak bersama kalo  ada yang mulai berbicara dengan nada tinggi. Biasa kan sesama perempuan ada yang saling nggak mau kalah kalo ngomongin sesuatu. 

Tanda-Tanda Hamil

Kalo sekarang udah berbeda dengan adanya sosial media. Isu MPASI juga jadi salah satu topik moms-war unggulan selain isu ASI vs Susu Formula, dan isu ibu rumah tangga vs ibu bekerja. Juga tanda-tanda hamil mana yang lebih akurat dan bisa dipercaya. 

Padahal ada banyak tanda kehamilan dan semua bisa aja benar. Karena itu tadi, tiap perempuan hamil memiliki tanda kehamilan yang berbeda. Jadiii... gak usah diperdebatkan juga ya. Apalagi sampai jadi baper gara-gara tanda-tanda hamil kamu nggak seperti bumil kebanyakan. 

Dalam keluarga saya, dari pihak ibu, hampir sebagian besar sepupu saya memiliki keunikan yang serupa saat masa kehamilan. Kami nggak pernah merasakan mual saat hamil muda. Rata-rata persalinan yang kami alami juga lancar prosesnya.

Beda dengan keluarga suami saya, hampir semua adik dan kakaknya mengalami mual yang parah saat hamil muda. Bahkan kakak ipar saya memiliki tanda-tanda hamil peka terhadap aroma masakan. Jadi saat hamil awal hingga trimester kedua, dia nggak pernah masuk dapur. Saat ART Ibu mertua goreng tempe aja, kakak ipar saya lari keluar dari kamar menuju rumah bagian depan. Saya kasihan kalo melihat masa awal kehamilannya.

Jadi di dalam keluarga suami, saya tergolong bumil yang nggak normal. Karena nggak ngalami mual atau morning sickness. Saya hanya tertawa geli mendengar komentar ipar yang ngiri saat melihat saya santai menjalani kehamilan trimester awal. 


Masa Kehamilan Tiap Perempuan Punya Keunikan Masing-Masing

Udahan ya bapernya, kasihan dedek bayi di rahim. Saya aja yang nggak pakai ngidam saat hamil, nggak baper kalo dengerin bumil lain yang ngidam. 

Tanda-Tanda Hamil

Pernah sih saya membayangkan, kalo ngidam tentu enak ya karena bakal disayang suami. Pasti suami bakal memenuhi ngidam yang kita rasakan. Misal nih pengen makan kepiting soka. Wuihhh membayangkannya aja udah terasa tuh daging lunak dengan bumbu saus Padang yang bakal meleleh di lidah. 

Trus saya berpikir, kalo misal di penjual seafood nggak sedia kepiting soka, ntar bayi di perut jadi tukang ngiler dong. Iya kaaan, ada mitos kalo ngidam nya nggak terwujud ntar kalo udah lahir, bayinya bakal suka ngiler. Hahahaa.

Meski saya nggak percaya mitos-mitos kehamilan, bersyukur juga sih karena enggak ngalami masa ngidam. Suami aja dulu sempat bingung.

Katanya,"Kamu beneran hamil?"
"Lah, bener dong, emang kamu nggak percaya?" saya jawab dengan sewot dong.
"Yah nggak kelihatan sih. Perut masih rata, kamu juga nggak mual-mual. Bahkan nggak pernah ngidam minta apa gitu..."

Lucu ya suami saya malah pengen lihat istrinya ngidam. Saya aja senang loh karena kalo nggak ngidam gitu kan jadi nggak nyusahin dia. Udah kerja sering lembur, demi nabung buat sekolah si dedek, masih juga diminta belikan makanan sepulangnya. 

Sebelum pandemi, saya baru aja mendapat kabar kalo salah seorang keponakan hamil muda. Saya sebenarnya akan mengunjungi rumahnya bertepatan dengan acara pengajian 4 bulanan. Sayangnya ada pandemi yang menghalangi rencana pengajian dengan mengundang keluarga besar. Kami pun akhirnya mengirim doa dari rumah masing-masing.

Keponakan ini juga yang sempat mengabarkan tentang flek yang muncul saat kehamilan trimester awal. Saat itu awal bulan April, pemberlakuan PSBB tengah berlangsung ketat. Banyak perumahan yang menutup gerbang dengan portal dan ada petugas yang berjaga. 

Akhirnya saya hanya bisa memintanya untuk mengakses Halodoc. Waktu itu berkunjung ke klinik kandungan di rumah sakit, sungguh suatu hal yang menyeramkan. Dokter pun belum berani membuka tempat prakteknya. Keponakan saya curhat, kehamilannya adalah anugrah. Tapi hamil saat ada pandemi merupakan ujian kesabaran bagi perempuan hami.


Saya menyarankan ponakan agar segera konsultasi online dengan dokter spesialis kandungan di Halodoc. Dia bisa nanya seputar masalah kehamilan yang dialaminya. Juga bagaimana yang harus dilakukannya bila flek nya masih tetap muncul. 

Saya sendiri udah dua tahun ini suka baca artikel di Halodoc. Semenjak suami mengalami serangan jantung dan mesti rutin ke dokter tiap bulan. Saya mencari tahu kandungan obat yang diberikan dokter pada suami. Ya pengen tahu aja sih kandungannya apa, trus ada nggak efek negatif dari obat itu. 

Menyenangkan dengan hadirnya Halodoc ini sejak tahun 2016. Dahulu awal munculnya saya ingat masih berupa webiste. Kemudian berjalannya waktu telah beralih menjadi aplikasi. 

Selain fitur tanya dokter, yang bisa kamiu pilih untuk kosultasi sesuai dengan kebutuhan. Di sana ada banyak dokter spesialis dan bisa langsung memilih dokter mana untuk nanya seputar sakit yang kamu alami.

Tanda-Tanda Hamil

Ada juga fitur beli obat yang lengkap dengan harganya dan sangat terjangkau. Bahkan kalo kamu butuh info rumah sakit di kota tempat tinggalmu, bisa dicari dengan mudah. Kamu bisa menemukan rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal.

Yang paling sering saya akses tentu saja artikel kesehatan yang ada di aplikasi Halodoc. Saya suka dengan artikel kesehatan, mulai dari gejala peyakit jantung, tips pengobatan, atau bahkan artikel tentang beberapa penyakit yang jarang saya ketahui. Keponakan saya senang waktu tahu ada artikel yang mengulas masalah kehamilan. Saya sebagai tantenya ikutan senang dong, karena sudah menunjukkan info kesehatan kekinian dari sumber terpercaya.

Jaman sudah berubah. Kemudahan mengakses dunia digital semestinya digunakan untuk mencari tahu info yang bermanfaat, terutama untuk kesehatan. Terlebih pada masa pandemi, lebih baik memilih konsultasi online dulu dengan dokter spesialis di aplikasi Halodoc. Dari pada menanggung resiko bila harus datang ke rumah sakit.

Mencari tahu seputar kehamilan juga lebih mudah. Kamu nggak perlu lagi baper hanya karena tanda-tanda hamil yang tak sama dengan bumil lainnya. Ya, Halodoc menjadi solusi untuk mencari tahu seputar masalah kesehatan yang praktis dan terpercaya. Bagaimana dengan pengalaman kehamilanmu, Sahabat? Sharing yuk di kolom komentar. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Selasa, 28 April 2020

Cari Tahu Terpapar Virus Covid-19, Akses Layanan Rapid Test Halodoc
April 28, 2020 38 Comments

Cari Tahu Terpapar Virus Covid-19, Akses Layanan Rapid Test Halodoc


Assalamualaikum Sahabat. Saat pertama kali mendengar pemerintah mengumumkan agar masyarakat mulai work from home, saya sedang di Lombok bersama seorang sahabat. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sendiri saat itu masih belum ada keputusan. Baru selang sehari setelah meeting beserta staff hingga larut malam, Gubernur Jateng mengumumkan hal sama.

Saya yang sehari kemudian pulang melalui bandara Adi Sucipto, Jogja,melihat mulai ada pemeriksaan suhu tubuh di pintu keluar terminal kedtangan. Physical distancing mulai dicanangkan pula oleh pemerintah. Namun sepanjang kepulangan dari Jogja ke Semarang, meski jalanan ramai lancar, saya tak melihat masyarakat pakai masker.

Saat pulang ke Semarang saya naik travel, dan setiap baris hanya ditempati 1 (satu) penumpang. Saya pun memakai masker untuk mencegah penularan ataupun tertular virus covid-19. Mencegah lebih baik kan dari pada nantinya kena sakit?!




Physical Distancing

Teman saya yang juga tenaga kesehatan, bertanya kondisi sepulang dari Lombok. Alhamdulillah saya melakukan karantina mandiri sepulang dari Lombok karena di sana banyak turis mancanegara. Saya nggak tahu apakah ada yang membawa virus dalam tubuh mereka.

Physical distancing pengganti social distancing karena jaga jarak fisik untuk mencegah penyebaran virus covid-19. Jarak fisik boleh lah ya dijaga namun secara sosial tentunya harus tetap saling terhubung.

Caranya adalah dengan bekerja dari rumah, belajar dari rumah, berinteraksi dengan teman bisa melalui sosial media. 



Bahkan mulai tanggal 17 Maret 2020 juga anak sekolah dan kuliah sudah mulai melakukan pembelajaran dari rumah. Ada beberapa aplikasi yang digunakan untuk proses kemudahan belajar. Mulai dari Google Classroom, Schoology, YouTube, dan ada juga Ruang Guru. 

Sementara bagi pekerja juga mulai melakukan pekerjaan dari rumah. Meski tetap saja masih banyak lagi yang belum bisa bekerja di rumah. Mereka adalah pekerja yang masih mengandalkan gaji harian, seperti buruh pabrik, ojek online, penjual di pasar, dan masih banyak lagi lainnya.

Dengan penyebaran virus covid-19 yang semakin meluas, ketua gugus tugas Covid19 pun memberikan aturan baru tentang penggunaan masker. Sesuai anjuran dari WHO yang melihat tingkat penyebaran virus yang terus meningkat. 

Masker untuk semua, dengan catatan masker N95 untuk tenaga medis. Sementara warga umumnya menggunakan masker dari kain. Saya sendiri awalnya ikut bikin masker dari kain dua lapir yang bagian tengahnya bisa disisipkan tisu. 

Namun ketika butuh lebih banyak masker untuk kegiatan suami yang masih harus kerja di luar, saya pesan masker lebih banyak kepada sepupu. Ini juga memberikan rejeki untuknya yang terdampak dirumahkan karena pandemi. Karena jeli melihat peluang, sepupu saya mulai produksi masker bagi teman dan kerabat yang membutuhkan masker kain.

Dan kita pun butuh masker kain ini ketika untuk keluar rumah saat belanja atau keperluan lainnya. Yang penting tetap jaga kebersihan dengan mencuci tangan selama 20 detik. Atau bawa hand sanitizer ketika keluar rumah.

Physical distancing memang penting dilakukan agar penyebaran covid-19 tidak meluas kemana-mana. Saya masih tetap bisa melakukan kegiatan di rumah. Justru ketika lebih banyak waktu di rumah, tanaman saya makin tumbuh subur. Saya makin punya waktu membersihkan rumput liar, menggunting ranting yang tidak berguna, dan memindahkan tanaman cabe yang mulai tumbuh beberapa centimeter. 

Seperti Apakah Rapid Test?

Seminggu kemudian (tanggal 24 Maret 2020), baru lah ada pernyataan dari Presiden Jokowi, agar rapid test mulai dilakukan. Namun rapid test ini prioritasnya untuk tenaga medis yang menangani pasien positif terjangkit virus Corona atau Covid-19. Rapid test ini juga diprioritaskan untuk mereka yang tinggal di zona-zona rawan penyebaran Covid-19.

Saya sendiri orang awam, namun suka membaca dari berbagai sumber yang kredibel sejak munculnya covid-19 di tanah air. Dari berbagai info yang saya baca, Rapid test adalah metode skrining tahap awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh secara alami bila ada paparan virus corona. 

Nah yang perlu kalian tahu, rapid test ini hanya dilakukan pada orang yang punya resiko tertular covid-19. Misalnya mereka yang pernah memiliki kontak langsung dengan pasien covid-19. Juga mereka yang pernah tinggal di satu daerah atau negera penularan covid-19, serta yang memiliki gejala demam, batuk kering di tenggorokan, serta gangguan sistem pernapasan.


Sebenarnya ada tiga kategori yang harus menjalani rapid test. Yaitu OTG (Orang Tanpa Gejala), ODP (Orang Dalam Pemantauan), dan PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Yang menentukan status tersebut adalah tenaga kesehatan.

Berikut penjelasan ketiga kategori tersebut :

- OTG (Orang Tanpa Gejala)

Orang tanpa gejala (OTG), status ini diberikan kepada warga yang tidak menunjukan gejala tetapi pernah melakukan kontak erat dengan pasien positif corona. 

Biasanya golongan ini tidak mengalami atau merasakan gejala tertentu, bahkan merasa sehat. Namun dia tahu telah melakukan kontak dengan pasien positif covid-19. Karena itu lah dia harus menjalani rapid test.

- ODP (Orang Dalam Pemantauan)

Mereka yang mengalami demam tinggi, suhu tubuh di atas 38 derajat celcius, pilek dan sakit tenggorokan seperti batuk. Orang dengan gejala tersebut harus waspada karena merupakan gejala umum mereka yang kena virus covid-19. 

Selain itu ada juga orang yang pernah tinggal atau berada di daerah dengan penularan lokal atau masuk zona merah covid-19.

- PDP (Pasien Dalam Pengawasan)

Ada tiga kondisi yang bisa ditetapkan sebagai PDP. Yang pertama adalah orang yang mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pernah berada dalam daerah penularan lokal.

Yang kedua adalah orang yang mengalami demam dan pernah berkontak langsung dengan pasien positif covid-19. Dan, yang ketiga adalah orang yang mengalami ISPA berat atau pneumonia berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

Cara Akses Layanan Rapid Test Halodoc


Sebenarnya agar penyebaran virus covid-19 tidak makin meluas, lakukan work from home, di rumah aja. Kalo keluar rumah gunakan masker dan ikuti langkah kebersihan diri begitu tiba di rumah. 

Namun tak dipungkiri dengan makin meluasnya zona merah covid-19, mereka yang berstatus ODP dan OTG melakukan rapid test. Namun terbatasnya persediaan alat untuk layanan Rapid Test, mereka yang berstatus OTG dan ODP tak mendapatkan jatah tersebut.

Karena itu, dengat niat baik membantu pemerintah menekan laju peningkatan kasus covid-19, Halodoc menyediakan layanan rapid test. Saat ini sementara masih melakukan layanan rapid test di Jabodetabek. Layanan rapid test ini bekerja sama dengan berbagai mitra rumah sakit.

Pemeriksaan rapid test Halodoc menggunakan sampel darah untuk diuji. Nantinya darah yang diambil akan digunakan untuk mendeteksi imunoglobulin. Yaitu antibodi yang terbentuk saat tubuh seseorang mengalami infeksi. Dari sini juga pasien yang masih tahap awal infeksi bisa diidentifikasi lebih cepat.

Kalo ingin melakukan rapid test di Halodoc, gimana caranya? 
Yuk saya kasih prosedur rapid test melalui Halodoc, gampang kok. Ikuti langkah-langkahnya berikut ini ya :
1. Buka aplikasi Halodoc dan klik tombol "COVID-19 Test"
2. Pilih lokasi rapid tes
3. Pilih Jenis Tes COVID-19 (PCR atau Rapid Test)
4. Pilih Jadwal Kunjungan
5. Lengkapi identitas diri dan unggah foto kartu identitas
6. Lakukan pembayaran
7. Pendaftaran berhasil dan tunggu SMS konfirmasi jadwal sebelum berangkat ke lokasi tes. Nantinya SMS tersebut harus ditunjukkan kepada petugas medis saat kunjungan di lokasi Rapid Test.

Berikut ini langkah-langkah melakukan rapid test di Halodoc dalam bentuk infografis :

Udah sih gitu aja bila kalian ingin melakukan rapid test mandiri. Enggak harus antri karena udah daftar melalui ponsel. Juga lebih aman karena buat janji dulu #DiRumahAja. Pilihan juga ada dua macam, bisa PCR atau Rapid Test, dan bisa memilih rumah sakit yang paling dekat dari rumah.

Rumah sakit penyedia Tes Covid-19 yang bekerja sama dengan Halodoc adalah Mitra Keluarga, Mayapda Hospital, St. Carolus, dan Primaya Hospital. 

Yang paling membantu kalian adalah, hasil Rapid Test Covid-19 akan dikirimkan melalui SMS atau notifikasi Halodoc di ponsel kalian satu hari sesudahnya. Jadi begitu kaian selesai melakukan rapid test, bisa segera meninggalkan area fasilitas tes. Praktis yaaa.

Kalian udah coba melakukan layanan rapid test di Halodoc? Bisa dong sharing di kolom komentar, agar makin banyak yang tahu dengan lebih detil. Saya berharap kalian selalu dalam keadaan sehat, kita semua juga tentunya, aamiin. Wassalamualaikum.

----------------------
Sumber materi :
-  https://www.halodoc.com/layanan-rapid-test
 https://corona.jatengprov.go.id/
Reading Time: