Bagaimana Solusi Agar Tragedi Kanjuruhan Tidak Terulang - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 03 Oktober 2022

Bagaimana Solusi Agar Tragedi Kanjuruhan Tidak Terulang

Assalamualaikum. Kanjuruhan Berduka. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Turut berduka yang sedalam-dalamnya pada keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Sebuah peristiwa yang sangat tidak kita inginkan namun apalah daya, takdir sudah digariskan. 




Dari kemarin pagi di sela kesibukan menyiapkan pengajian 1 tahun meninggalnya Bapak, saya terkejut menjumpai berita di TV. Kebetulan persiapan masak di rumah Ibu, dan biasanya memang TV di rumah Ibu udah sedari pagi nyala. Berita tentang tragedi Kanjuruhan menjadi headline hingga hari ini, saat saya menuliskan curhat hati seorang ibu yang turut berduka. 


Peristiwa Berdarah Yang Menyayat Hati

Dari berbagai sumber di portal berita online, cuitan di Twitter, dan media sosial lainnya, curhatan kesedihan menjadi perhatian saya. Terutama cuitan di Twitter, ada yang dituliskan oleh saksi kejadian Sabtu Malam tanggal 1 Oktober 2022. Stadion Kanjuruhan yang menjadi tuan rumah laga pekan ke-11 Liga 1 tahun 2022-2023 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya.


Kerusuhan yang disebabkan oleh penonton yang mengaku sebagai Aremania. Karena memang ada peraturan pertandingan yang menyatakan bonek a.k.a suporter Persebaya diharapkan tidak datang ke stadion Kanjuruhan. Namun antisipasi panitaia penyelenggara ini tetap saja gagal. Karena kerusuhan tetap terjadi. Korban jiwa ada yang menyatakan sejumlah 125 orang. Total korban jiwa dan luka-luka sejumlah lebih dari 440 orang. Sedih banget.






Nggak bisa saya bayangkan kepedihan yang dirasakan si ibu mendengar kematian sang putra. Semoga beliau diberikan kekuatan iman, sabar, dan bangkit dari kesedihan secepatnya. Saya nggak mau berandai-andai bila menjadi beliau. Kesedihan ditinggal bapak saya sampai sekarang belum pernah saya tuliskan di media sosial. Meski sudah ikhlas, tapi saya belum bisa menceritakan kepergian Bapak.


Kembali lagi pada tragedi Kanjuruhan. Banyak yang kehilangan orang tua, anak, istri, suami, keponakan, cucu dalam tragedi Kanjuruhan. Banyak hati yang tersakiti dari kejadian berdarah ini. Saya yang tidak memiliki hubungan darah dengan para korban, ikut merasakan sakit hati. 


Mengapa harus ada kejadian ini di dunia sepak bola? Apakah sepak bola seanarkis itu hingga menyebabkan nyawa melayang dengan mudahnya? 


Apakah Lirik Lagu Ini Jadi Salah Satu Pemicu Tragedi Kanjuruhan?

Di sini saya tidak akan menuliskan kronologi tragedi Kanjuruhan berdarah ini. Kalian bisa mencari di media sosial dan semua beritanya ada. 


Saya tertarik menyalin lirik lagu Aremania yang dinyanyikan saat pertandingan Liga 1 Arema versus Persebaya. Gimana menurut kalian?


Tinggalkan ras tinggalkan suku
Satu tekad dukung AREMA
Di bawah bendera Singo Edan
Ayo maju, ayo maju AREMA-ku
Jangan kembali pulang
Sebelum AREMA menang
Walau harus mati di tengah lapang
AREMA, teruslah berjuang


Tinggalkan ras tinggalkan suku
Satu tekad dukung AREMA
Di bawah bendera Singo Edan
Ayo maju, ayo maju AREMA-ku
Jangan kembali pulang
Sebelum AREMA menang
Walau harus mati di tengah lapang
AREMA, teruslah berjuang


Atau kalian bisa melihatnya di beberapa cuitan di Twitter dan portal berita. Saat mendengar suara nyanyian yang serentak berkumandang, merinding banget. Terus terang lagu itu bisa jadi pemicu emosi penonton yang menyaksikan tim jagoannya kalah. 


Yang jadi perhatian saya, siapa yang menciptakan lirik lagu Aremania ini? Apakah tidak ada yang menyadari selama ini kalo lagu ini bisa membangkitkan emosi negatif dari fans militan atau Aremania?


Terbaru dari status yang saya tulis di Twitter, ada yang menanggapi bahwa sudah biasa lagu dengan lirik serupa dimiliki oleh fans club sepakbola. Di seluruh dunia pun memiliki hal sama, lagunya sungguh di luar nalar. Menunjukkan fanatisme yang mendarah daging. Namun apakah itu sepadan bila akhirnya terjadi tragegi berdarah? 


Solusi Jangan Sampai Tragedi Kanjuruhan Terulang

Dari beberapa berita dan cerita yang saya temukan memang ada begitu banyak aspek penyebab tragedi Kanjuruhan terjadi.


Ulah penonton yang juga Aremania, panitia penyelenggara yang tidak mengindahkan permintaan polisi soal jam pertandingan. Juga polisi yang menyemprotkan gas air mata, hingga banyak penonton tidak bisa melihat jalan keluar stadion dan akhirnya saling berhimpitan, terinjak-injak, kehabisan oksigen, dan lainnya.


Kapasitas stadion Kanjuruhan diangap hanya mampu menampung sejumlah 38 ribu penonton. Namun tiket yang dicetak sebanyak 42 ribu, selisih yang tidak sebanding. 


Namun dari informasi yang saya cari di wikipedia, kapasitas Stadioan Kanjuruhan memang mampu menampung penontong sejumlah 42.449. Mungkin dari peristiwa tragedi Kanjuruhan ini bisa menjadi pelajaran yang sangat mahal harganya. Pengurangan jumlah penonton adalah pilihan atau jalan tengah bila ingin sepakbola tetap menjadi tontonan merakyat. Ambil aja prosentasi yang aman, tentunya pihak PSSI tahu lah ya jumlah yang seharusnya diijinkan untuk penyelenggara mencetak tiket. 


Panita Penyelengara harus bertanggung jawab dengan tragedi Kanjuruhan. Karena mereka memang pihak yang memutuskan tentang jam pertandingan, jumlah tiket, jumlah personil yang dibutuhkan untuk pengamanan, dan lainnya. Kabarnya pihak polisi sudah memberikan rekomendasi sore hari namun panitia penyelenggara tetap bersikukuh malam hari. 


Semua pihak yang berkepentingan dari pertandingan liga ini memang harus bertanggung jawab. Pengusutan yang tuntas tanpa ada yang ditutupi agar masyarakat mengetahui hasil akhir penegakan hukum. Pemerintah juga harus mencari solusi agar kejadian tragedi Kanjuruhan tidak terulang lagi. Sedih banget karena tragedi Kanjuruhan ini menjadi urutan kedua dunia tentang peristiwa yang merenggut banyaknya jumlah nyawa pentonton sepak bola. 


Ada pepatah yang saya kutip dari twitter tentang sepakbola :


Tidak ada sepak bola yang seharga nyawa manusia

 




Sedih banget dengan tragedi Kanjuruhan. #PrayForKanjuruhan semoga korban yang meninggal diampuni segala dosanya dan diterima amal ibadahnya. Dan korban yang mengalami luka mendapatkan kesembuhan. Keluarga yang berduka diberikan kekuatan iman dan bisa bangkit segera dari kesedihan ini. Aamiin. Wassalamualaikum.

Gambar :
- Canva
- CNN
- Twitter : cuitan akun @artsagav @sportstimeid dan @rezqiwahyu_05

17 komentar:

  1. Setuju, Mbak. Semua pihak harus bertanggung jawab. Semoga tragedi Kanjuruhan ini bisa menjadi pembelajaran agar sepakbola Indonesia bisa lebih baik lagi.

    BalasHapus
  2. Setuju sama ini, masalah yang menyangkut nyawa enggak seharga apapun bayangin duka keluarga yang kehilangan aja enggak kebayang. Apalagi kalau mereka sendiri yang mengantarkan anaknya ke sana, ada beragam kisah sedih di balik tragedi ini. Turut berduka cita dan berdoa jangan sampai terulang lagi.

    BalasHapus
  3. Sedih lihatnya mbak.Aku juga suka nonton bola,dulu waktu SMA malah sampai ke Jakarta.Sekarang era sosmed,banyak ujaran kebencian di sosmed.Itu salah satu penyebab suporter jadi salimg benci,dan semakin fanatik sama timnya.Akal sehat sudah ditinggalkan. Tidak mau terima timnya kalah, dan akhirnya terjadilah tragedi di Kanjuruhan.Miris melihatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena polisi juga ngapain bawa gas air mata, ngapain cara merespon sekasar itu. Biasanya ada anjing pelacak yang dilepas agar penonton lebih tertib. Entah lah kejadian ini bikin sesak di dada

      Hapus
  4. Nggak bisa dipungkiri kalau tragedi Kanjuruhan ini tidak bisa menyalahkan satu atau dua belah pihak saja, Melainkan semuanya yang terlibat harus sama-sama bertanggung jawab.
    Tanggal 2 Oktober 2022 sebuah berita yang sangat memilukan terjadi, bahkan sampai sekarang sesekali selalu terbayang bagaimana chaosnya saat kejadian itu terjadi. Duka yang mendalam pun dialami para keluarga korban.
    Semoga untuk almarhum dan almarhumah para korban tragedi Kanjuruhan diterima di sisi-Nya dan diampuni semua dosa-dosanya, Amin

    BalasHapus
  5. Setujuu semua harus bertanggung jawab jangan lempar batu sembunyi tangan. Sedihh yaa banyak korban anak2 tp yaa ga ada aturan anak dibawah umur dilarang nonton pertandingan bola.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku waktu kecil sampai kuliah masih suka nonton bola di stadion, khususnya di semarang. Tapi anak-anakku kok kayak bapaknya nggak suka nonton bola. Jadi ya aku ketularan akhirnya, dan nggak pernah ngajak anak-anak juga karena suami nggak suka. Bener sih nggak pernah ada larangan bagi penonton anak-anak

      Hapus
  6. Bicara tentang sepakbola memang ada sebuah fanatisme yang mendarah daging, yang kadang memang sulit untuk dideskripsikan. Saya tertarik dengan tulisah Abah Dahlan Iskan, beliau mengatakan ada bahasa bola di mana ini harus dimengerti oleh berbagai pihak. Emosi fans sepakbola itu beda, mereka itu saling mendukung tidak mengenal pendukung NU-Muhammadiyah, pendukung parpol ini-itu, semua lebur dalam sepakbola. Kalau saya pribadi, lirik lagunya itu mungkin pemilihan kata saja, bagi pecinta sepakbola itu biasa. Semoga ini pertama dan terakhir tragedi menyesakkan terjadi. Turut berduka cita untuk korban Kanjuruhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kata fans salah satu club bola emang bener sih mbak, lagu itu bagi mereka kayak jadi jargon dan penyemangat. Cuma bagi orang awam jadinya dihubung-hubungkan gitu

      Hapus
  7. Hari Minggu pagi, kami yang ngga biasa nonton TV, ndilalah nyalain TV. Pas banget ada berita ini. Kaget banget, serius. Awalnya tak kira karena tawuran antar pendukung, tapi pas baca thread di Twitter, ternyata.... Sedih banget, asli. Ratusan nyawa melayang secara, maaf, konyol. Sekarang cuma bisa berdoa semoga semua korban Kanjuruhan husnul khatimah. Aamiin aamiin Yaa Rabbal'Aalamiin. Dan semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi. 💔

    BalasHapus
  8. Sedih banget, mendengar kabar tragedi ini
    Bagaimana bisa sepakbola menelan ratusan korban
    Semoga tragedi ini tidak terulang lagi

    BalasHapus
  9. Nyesek begitu tahu berita Kanjuruhan, ratusan korban meninggal karena chaos akibat gas air mata yang disemprotkan ke segala arah berkali-kali. Nyesek sekaligus greget karena petugas kok ga cerdas ga punya skill komunikasi padahal speaker stadium kan besar, penonton benar2 anarkis setelah penembakan gas air mata krn merka marah sm petugas

    BalasHapus
  10. Sedih banget ya mba kalau baca2 ttg tragedi Kanjuruhan. Olahraga penginnya sehat dan bahagia kok malah berakhir tragedi gini hiks... #prayforKanjuruhan

    BalasHapus
  11. Baca berita tragedi Kanjuruhan benar-benar menyayat hati. Tapi supporter sepak bola biasanya memang se-fanatik itu. Aku pun pernah nonton pertandingan Persib melawan Arema (atau Persebaya, aku lupa), rasanya deg-degan banget karena aku anak Jakarta.

    Semoga kejadian ini nggak terulang lagi, ya. Alfatihah untuk seluruh korban.

    BalasHapus
  12. Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya.
    Semoga husnul khotimah dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran.

    Aku sendiri merasakan ketika hati mulai fanatik terhadap sesuatu, memang seharusnya segera dinetralkan. Bahwa tidak boleh ada cinta yang lebih besar daripada cinta kepada Allah dan RasulNya.

    Semoga tragedi Kajuruhan ini tidak terulang lagi di event apapun.
    Dan semua bisa menikmati secara bersama-sama dengan damai dan bahagia.

    BalasHapus
  13. Aku juga gak ngerti gimana sih dan kenapa fans militan itu pada serem-serem? Bicara tentang sepakbola, kemarin pertandingan antara Persiku dan Persijap juga akhirnya dibatalkan, dan satu kompi diarahkan ke dalam stadiun. Tapi pas aku lihat fans-fansnya emang serem sih. Lah kalau Persijap dan PSIS tanding aja serem kok -_- (yang serem fansnya)

    BalasHapus
  14. kebetulan tidak suka bola, tapi karate kalau di gor gitu juga panass dan sesak banget susah mau jalan lewat gitu huhuhu. aku sendiri aja liat trgaedi ini sedih banget :(((( hikzzzz

    BalasHapus