Tahu Petis YUDHISTIRA, The Taste of Heritage - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 21 Maret 2016

Tahu Petis YUDHISTIRA, The Taste of Heritage


www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum. 
Senja di kota Semarang kali ini begitu hangat.  Rasanya jadi pengen jalan-jalan keluar rumah. Pengen menikmati suasana kota saat senja datang, bersama beberapa teman di satu tempat. Ah iya, hari ini saya udah janjian dengan teman-teman Blogger Gandjel Rel Semarang di salah satu tempat nongkrong yang asik. Tapi  saya mau tanya dulu, kalo teman-teman hangout gitu, nyarinya tempat seperti apa sih? Makanan yang yummy, tempatnya oke a.k.a bisa buat foto-foto kekinian gitu, parkir available atau ada lagi yang lain?


Kalo saya sih parkir jadi pilihan nomor satu. Abis itu baru makanan yang jadi faktor penentu. Pernah dulu mau makan malam di salah satu resto di tengah kota Semarang, pas weekend sih, dan susah banget nyari tempat buat parkir. Apalagi si putih kan gede banget, banyak yang nyebut mobil ambulance. Akhirnya gagal deh makan di sana dan nyari tempat lain. Tuh kan, rugi deh si pemilik resto.

Eh tapi beda dengan tempat nongkrong yang satu ini. Lokasinya emang bukan di pinggir jalan, tapi gampang kok nyarinya. Tinggal menuju ke jalan Imam Bonjol dan cari kampus Udinus, trus masuk gang di sebelah kampus. Ada papan nama yang bertulisan TAHU PETIS YUDHISTIRA di ujung gang masuk. Jalannya selebar kurang lebih 5 meter, jadi bisa deh simpangan dua mobil.


www.hidayah-art.com
Outlet di Semarang
Begitu memasuki gerbang depan, udah nampak fasad bangunan yang mengambil tempat di samping rumah utama. Ada papan nama berukuran besar dan bertuliskan TAHU PETIS YUDHISTIRA. Menurut sang pemilik, mereka memang sengaja mengubah garasi rumah tinggal orang tuanya sebagai tempat jualan. 

Mbak Wieke, owner TAHU PETIS YUDHISTIRA menyambut kami dengan super ramah. Sambil nunggu teman-teman yang belum datang, saya dan Arina yang berangkat bareng ngambil foto beberapa bagian di dalam dan luar cafe. Iya saya menyebutnya cafe, karena tersedia meja dengan kursi buat nongkrong pengunjung. Asik banget lah di sini, apalagi pengunjung bisa memesan beberapa menu seperti Tahu Petis, Lumpia, dan Tahu Bakso. Tersedia juga beberapa minuman, seperti Teh Tarik, Cappucino, Black Coffee, dan Teh Panas. Cocok deh sebagai teman ngobrol bareng teman dengan memilih duduk di dalam cafe yang dirancang gaya minimalis.


www.hidayah-art.com
Bisa ngobrol di dalam cafe
Tak lama Rahmi datang bersama duo krucils yang ekspresif banget kalo difoto. Oleh mba Wieke, segera disuguhkan menu yang menjadi andalan tempat ini. Yaitu Tahu Petis yang maknyusss. Biasa tuh, langsung deh diserbu makanannya buat dijadikan obyek foto, makannya ntar aja, hehehe.




www.hidayah-art.com
Lumpia dan Tahu Petis
www.hidayah-art.com
3 Menu andalan :
Tahu Petis, Lumpia, & Tahu Bakso


Mba Wieke menuturkan tahu petis YUDHISTIRA adalah perpaduan Tahu Pong dengan Petis yang sudah siap saji dan cabe rawit. Tahu pong ini memiliki tekstur yang lembut. Sementara petis untuk olesan di bagian dalam Tahu, memiliki taste gurih. Mbak Wieke butuh mencoba puluhan resep hingga menemukan cita rasa petis yang tidak tajam dan asin seperti produksi petis dari Sidoarjo atau Surabaya. Tahu sendiri deh, lidah orang Semarang itu suka yang manis, tapi juga enggak terlalu manis. 


www.hidayah-art.com
Mbak Wieke yang ramah
Cerita perjuangan mbak Wieke membesarkan nama TAHU PETIS YUDHISTIRA sangat menginspirasi kami. Semula mbak Wieke adalah karyawan marketing pada perusahaan shipping line besar di ibukota. Setiap hari mesti keluar rumah sejak pagi dini hari hingga malam baru sampai rumah. Tak ingin berkutat sebagai karyawan hingga tua, mbak Wieke resign demi menikmati hidup berkeluarga.

"Kalo dari shubuh udah di jalan, dan pulang sampai di rumah sekitar jam sepuluh malam, kapan ada waktu buat me time nantinya?!" tutur mbak Wieke yang sejak lahir hingga kuliah berada di kota Semarang.

Usai resign, mereka berdua sering pulang pegi ke Semarang. Tiap kali pulang ke Semarang mereka selalu kulineran. Saat itu lah suaminya mengusulkan, mengapa tidak buka usaha kuliner. Apalagi di Jakarta, penjual tahu petis nyaris tak ada. Sang suami memang suka banget dengan tahu petis.

"Kuliner Semarang itu ternyata banyak dan bisa diangkat jadi makanan khas. Jangan hanya lunpia, atau wingko aja."

Dari usulan sang suami, mbak Wieke tertarik ingin mengangkat tahu petis dengan cita rasa yang lebih kaya. Keinginannya adalah, tahu petis bisa naik kelas dan disukai oleh semua kalangan. Karena tempat tinggal mereka di Jakarta, tentu saja mesti melakukan test pasar dulu. Alasannya belum tentu semua orang suka dengan jenis kuliner yang satu ini. Kebetulan keluarga suaminya yang berasal dari Padang berkumpul di Jakarta saat acara keluarga. Satu moment yang tepat untuk mengenalkan sekaligus test rasa Tahu Petis.

Apa tanggapan keluarga besar sang suami? Apakah suka dengan rasa  petis yang disajikan untuk olesan bagian dalam Tahu? 

"Emang ada beberapa yang kurang suka dengan sajian Tahu petis kami. Tapiii, lebih banyak yang memuji dan bilang suka. " tutur mbak Wieke dengan mata berbinar.

Mendapat dukungan dari kerabat suaminya, mbak Wieke segera melanjutkan rencananya. Awal tahun 2006 mulai lah usaha berjualan tahu petis dengan menggunakan gerobak. Mereka memilih lokasi di Pasar Tebet Timur, karena kebetulan dekat dengan tempat tinggal familinya. Ada satu pekerja yang menjaga tempat jualan yang buka mulai sore hari. Promosi pun dilakukan dengan menyebarkan brosur.

Usahanya mulai ramai, karena memang banyak orang suka dengan sajian Tahu Petis yang sejak awal diberi nama YUDHISTIRA. Namun saat penjualan makin laris, ada masalah baru yang muncul. Kondisi tempat berjualan memang hanya di lahan parkir pasar. Tidak ada uang sewa lahan, namun  hanya dikenakan biaya kutipan preman. Kadang bisa aja libur sampai 2 minggu gara-gara ada tindakan Satpol PP. Karyawan yang bekerja tentu saja bertanya-tanya, kapan jualan lagi.

Akhirnya mbak Wieke melihat potensi berjualan di wilayah Kebayoran baru, persisnya di Pasar Santa. Lokasi dan posisi berjualan yang pas, diimbangi dengan daya beli tinggi akhirnya penjualan pun makin ramai. Berikutnya mulai lah membuka cabarang baru di ITC Ambasador. 

Yang paling berkesan adalah saat dirinya bertemu dengan seorang perempuan yang sangat tertarik mengundangnya datang ke Plaza Indonesia. Tutur mbak Wieke, ia hanya perlu datang untuk melihat lokasi tempat berjualan. Semula sempat enggan karena memikirkan biaya sewa di Plaza Indonesia pasti lah mahal. Namun ternyata, oleh perempuan yang rupanya adalah istri Bapak Irwan Hidayat, berbaik hati menyediakan tempat dan perlengkapannya. Mbak Wieke hanya diminta menyiapkan bahan untuk berjualan, serta pekerja untuk stay di lokasi.

"Nantinya harga dari saya akan ditambahkan dan dijadikan harga jual oleh beliau. Katanya sih, tahu petis Yudhistira sangat pantas dijual karena taste yang sesuai lidah pengunjung Plaza Indonesia," tutur perempuan berwajah ayu ini.

Mbak Wieke patut bangga dengan pencapaiannya selama ini. Apalagi ketika tahun 2008 ia mengikuti seleksi Perempuan Wirausaha yang diadakan oleh majalah Femina. Tahun itu menjadi turning point bagi dirinya setelah dianugerahi juara 2 Perempuan Wirausaha Femina. Tawaran wawancara pun bertubi-tubi datang dari media cetak. Tentu saja hal ini menjadi promosi dan mengangkat Tahu Petis YUDHISTIRA makin dikenal masyarakat luas.

Namun tetap saja mbak Wieke penasaran, bahkan sempat bertanya pada panitia seleksi. Dia heran, saingannya itu wanita pengusaha dengan karyawan berjumalah ratusan bahkan ada yang 2000 orang. Sementara dirinya hanya punya sedikit karyawan, enggak sebanding dengan mereka. 


Ternyata jawaban kemenangannya adalah, dia telah mengangkat makanan kaki lima menjadi berkelas. Memiliki kemasan yang bagus, merk yang telah didaftarkan dan memilih promosi online. 

Terlebih pada tahun 2009, Festival Jajanan Bango mengajaknya untuk ikut serta menjadi pengisi stand. Mengetahui antusiasme pengunjung acara tersebut, bikin mba Wieke terharu. Sementara saat itu gerimis deras, tapi pengunjung yang antri rela berbaris di bawah payung masing-masing demi mendapatkan pesanan Tahu Petis YUDHISTIRA.

"Dari buka jam 9 pagi, sampe selesai kompor itu nggak berhenti menyala," ceritanya.

Inovasi tak henti dilakukan oleh mbak Wieke, di antaranya memproduksi petis dalam kemasan yang siap saji. Ada dua kemasan, yaitu ukuran 250 gr dan 350 gr, petis yang diolah dengan bumbu warisan keluarga. Jadi pembeli tidak perlu lagi memasaknya, tinggal dibuat olesan  untuk tahu atau pun untuk bahan petis kangkung. Jangan ragu deh, petis dalam kemasan ini bisa tahan dalam waktu 6 bulan. Namun bila sudah dibuka, bisa disimpan di dalam lemari pendingan dan tahan dalam waktu 1 - 2 bulan.



www.hidayah-art.com
Petis YUDHISTIRA yang gurih
Dengan makin banyak yang mengenal produk tahu petis YUDHISTIRA, tentu saja pasti akan ada tawaran dari berbagai pihak ingin mengajak kerja sama waralaba. Namun mba Wieke tak ingin gegabah langsung menerimanya. Ia melakukan seleksi. Hanya orang yang benar-benar tertarik dengan usaha tahu petis, hingga proses produksi yang diterimanya.

Saat ini sudah banyak cabang tahu petis YUDHISTIRA di beberapa tempat di Jakarta. Bahkan sudah mulai melayani delivery order, bisa dilihat langsung di twitter, facebook, instagram, bahkan website-nya. Juga sudah ada kerjasama dengan ojek online untuk memenuhi pesanan pelanggannya. 

Nah, udah nggak susah lagi kalo pengen menikmati makanan khas Semarang ini. Tinggal pesan, trus bayar, dan langsung diantar oleh tukang ojek online. Praktis banget ya.

Mbak Wieke tak berhenti berinovasi, dengan menambah jenis menu dalam produknya. Ia mulai menawarkan menu baru, yaitu Lunpia dan Tahu Bakso. Lumpia dengan isi rebung, udang, ayam dan telur, dengan cita rasa khas Semarang. Sementara Tahu Bakso terbuat dari Tahu dan isian bakso dari ikan tengiri. Rasa Lumpianya enak, isiannya juga padat. Tahu baksonya pun tak kalah nikmat.


www.hidayah-art.com
Lumpia isi rebung, ayam, telur, dan udang 
Banyak kendala menghadang usaha mbak Wieke. Namun perempuan yang ramah ini tetap semangat berusaha dibantu oleh sang suami dan keluarga serta karyawan. Dari rekan waralaba yang mangkir janji dengan menutup outlet, hingga cuma janji saja akan mengajak kerja sama.

Semangat pula yang membuat perempuan tangguh ini akhirnya membuka cabang di kota kelahirannya setelah satu dekade usahanya. Memilih tempat bekas garasi orang tua di rumah masa kecilnya, yaitu jalan Yudistira. Meski sebelumnya enggan memilih tempat tersebut dengan alasan tidak ingin mengganggu ketenangan masa tua orang tua karena aktivitas usaha berjualan ini.

Namun jalan takdir telah memilih rumah orang tua sebagai cabang di Semarang. Ia bahka tak tanggung-tanggung mempromosikan usahanya dengan mengundang walikota Semarang, saat launching outlet di jalan Yudistira tersebut. Bahkan ia pun mengundang komunitas kuliner yang kebetulan ketua adminnya adalah kakak kelas saat kuliah di Semarang. Kehadiran tamu undangan khususnya para penggiat online ini lah yang membantu tahu petis YUDHISTIRA makin dikenal masyarakat Semarang.



www.hidayah-art.com
Bloger Gandjel Rel  bersama Mbak Wieke


www.hidayah-art.com
Saya pesan tahu petis untuk anak-anak di rumah
Saat kami bertanya, apa kunci sukses dirinya menjadi pengusaha kuliner?

Mbak Wieke menjawab,"Harus terus semangat mengenalkan produk kita."

Menurutnya, jangan malu mempromosikan produk usaha. Dia bahkan masuk ke kantor dinas pemerintahan. Saat itu ia mempromosikan produknya di beberapa kementrian yang berhubungan dengan pangan. Bahkan usahanya mendapat sambutan baik. Ia malah ditawari ikut seminar ketahanan pangan oleh Kementrian Pertanian.

Menurut mbak Wieke pula, niatnya mengangkat tahu petis adalah agar makin banyak anak muda dalam rentang usia 15 hingga 21 tahun yang mengenal makanan warisan leluhur ini. Jangan hanya menyukai jajanan import, yang saat ini merambah negeri ini. Iya, Tahu Petis Yudhistira adalah jajanan warisan leluhur, the taste of heritage.

Berbincang dengan mbak Wieke bikin saya terkesan. Semangatnya mengenalkan jajanan khas Semarang terlihat dari gaya bertuturnya yang ramah dan runtut. Semoga makin sukses, dan terus menginspirasi para kaum wanita di Indonesia. Wassalamu'alaikum.


Tahu Petis YUDHISTIRA
Jl. Yudistira no. 21 Semarang
Contact HP/WA : 081289900123
FB       : Tahu Petis Yudhistira
Twitter: @juraganpetis
IG         : tahupetisyudhistira
website :www.tahupetis.com

27 komentar:

  1. Jadi lapar mbak :G
    aku blum prnah makan tahu petis haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini emang makanan khas Semarang sih mbak, tapi ada juga di Jakarta sama Pontianak kalo gak salah yang di luar Jawa, hehehe... lupa ih, gimana ini?

      Hapus
  2. Petisnyaaaa...di pasar suka beli petis yg sudah jadi mbak. Tapi rasanya agak kecut2 gimana gitu. Jadi penasaran sama tahu petis yg satu ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belinya yang enak, trus ntar dibumbuin tapi repot ya. Mending beli Yudhistira aja, praktis, hihii

      Hapus
  3. Aku ga suka petis makanya kemarin ga ikutan tp skr baca cerita mbak wati jd pengen nyobain. Tutup idung x ya biar ga kecium baunya hahhaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak usah dipaksain, tapi kalo ngidam ya mending nyoba satu dulu, bumil :D

      Hapus
  4. Aku dulu Nggak suka petis lho Mba.. awal2 kuliah di Semarang paling males kalo lihat tahu petis :P eh, sekarang jadi doyan. apalagi tahupetis yudhistira petisnya nggak bikin eneg ;)

    kapan2 nongki2 canci lagi keknya seru.. hihi

    BalasHapus
  5. Saya suka tahu petis dari dulu mbak Wati, itu salah satu menu yang selalu ada dipenjual gorengan ya :)

    Dan ditulisan ini saya justru mupeng sama petisnya itu, kayaknya praktis ya tinggal beli tahu :)

    BalasHapus
  6. Lumpianyaaaaaaaaaaa. Duh bikin ngileeer. Huhuhuu

    BalasHapus
  7. petis itu memang rasanya unik, mungkin ga semua org bisa langsung suka.. akupun awalnya rada2 ga sreg, tapi nth kenapa lama2 jd doyan :D.. wuaahhhh seneng bgt bacanya pas tau ini ada di jkt ^o^.. bsk mw pesen ah ... udh lama bgt ga nyobain tahu petis

    BalasHapus
  8. wkwkwkwk asli pengen tahu petis nih mba, ngiler lihat foto2nya. semoga bisa buka cabang di Bogor ya, *elapiler

    Thanks infonya ya mba :)

    BalasHapus
  9. pastinya rasanya enak ya, secara aku suka petis

    BalasHapus
  10. acara GR's makin keren, rameee banget
    tahu petis nih kesukaankuu mbak

    BalasHapus
  11. tertarik sama lumpianya Mbak Wati, melihat fotonya saja sudah terbayang kelezatannya :)

    BalasHapus
  12. tahu petis aku sukaaaa..tp yang ini belum nyoba sih pasti enak ya..sayang kemaren g bs ikut

    BalasHapus
  13. laperrr :)

    Indah banget blognya Mbak... :) ajarin Mbak Hidayah :)

    BalasHapus
  14. enak bangettt dehhh ngumpul sambil kulineran, aku suka tahu petiis...pengen ketemuan dengan mba wieke juga...

    BalasHapus
  15. Orang jawa timur seperti aku pasti suka makanan yang ada petisnya seperti rujak cingur dan tahu tek. Wuah tahu petis ini pasti enak ya, dimakan anget dengan ceplusan cabe rawit. Sedaappp!

    BalasHapus
  16. keep posting gan semangat hehe, kunjungan di sore hari, ditunggu kunjungan baliknya

    BalasHapus
  17. aku penggemar tahu.. harus dicoba nih :-)

    BalasHapus
  18. semaraaaannnng
    aku baru tau klo tahu petis ada pula di semarang, kirain dari jatim
    petis itu udang kan mb wati, rasanya nyus banget klo makan pake cabe ijo cengis

    BalasHapus
  19. Kalo dipadu dengan petis memangnya enaknya tahu pong. Hmmm... membayangkan betapa enaknya :)

    BalasHapus
  20. baru denger tahu petis, kalo di tasik ada ga yah

    BalasHapus
  21. aku mautahunay aja boleh ya mbak petisnya dibungkus heheh

    BalasHapus
  22. Yup enak. Pernah makan waktu (dulu) ke/di Semarang.

    BalasHapus