Yuk, Cegah Kanker Payudara Dengan SADARI - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 30 Oktober 2015

Yuk, Cegah Kanker Payudara Dengan SADARI

 
Halo teman-teman, semoga semua dalam keadaan sehat ya, aamiin.
Tanpa terasa bulan Oktober nyaris di penghujung bulan. Dan saya pun ingat, kalo bulan Oktober juga merupakan bulan memperingati Hari Kanker sedunia. Saya jadi pengen buka-bukaan tentag kanker.

"Mbak, kayaknya ada benjolan nih di sini," adik ipar tiba-tiba curhat saat ngumpul di rumah ibu.
"Gimana rasanya, sakit nggak?"
"Sakitnya nggak seberapa, tapi benjolannya kok kayak udah seukuran kelereng. Lebih malah."
"Periksa dong, ke dokter gitu," saran saya pada adik ipar.

Karena tak menjawab, saya tanya lagi,"Kok diam, napa?"
"Takut je, Mbak," sahut adik dengan wajah meringis.
Saya terdiam. Saya mengerti apa yang dirasakan. Karena saya pun pernah mengalami kejadian serupa sepuluh tahun sebelumnya. Saat usia saya masih 22 tahun dan belum menikah. Saya merasakan perasaan adik yang pasti nano-nano, galau bercampur sedih. 

Hampir tiap malam saya nangis, membayangkan akhir hidup saya. Yang paling bikin saya sedih, saya belum menikah. Belum menikmati peran sebagai istri dan ibu. Saya membayangkan kesedihan orang-orang yang menyayangi saya. Saya udah membangun skenario gimana saat saya meninggal nantinya. Bayangan buruk sudah bersliweran di imajinasi saya. 

Ketika saya tak mampu menyimpannya sendiri, saya curhat sama seseorang yang sangat dekat dengan saya. Saat itu kami belum menikah. Tapi saya bisa curhat apa aja sama dia. Dan tanpa nunggu lama, saya diantar ke rumah sakit untuk memeriksakan benjolan dekat ketiak kanan. Meski takut dengan bayangan pemeriksaan, dan khawatir berlebihan, saya akhirnya berani menghadapi kenyataan. Dan ternyata, kenyataan yang saya jumpai tak seseram skenario dalam imajinasi saya.

Andai saat itu saya tak segera memeriksakan benjolan di payudara kanan, entah apa yang terjadi beberapa tahun kemudian. Saya rutin melakukan SADARI, memeriksa payudara saya sendiri karena takut kena kanker payudara. Saat usia saya masih 16 tahun, ibu pulang dari bezuk teman pengajian yang kena kanker payudara.

"Kasihan, ibu nggak tega tapi juga ingin membesarkan hatinya," wajah ibu terlihat sedih.
Saya cuma terdiam, namun timbul perasaan ngeri mendengar cerita ibu tentang temannya yang terbaring lemah karena kanker payudara. Saya takut bila nantinya kena penyakit itu. Tahun 1985 kanker payudara sudah jadi momok yang menakutkan kaum wanita. Beberapa kenalan keluarga sudah ada yang meninggal karena penyakit ini.

Saat itu akses internet memang belum seperti sekarang, namun saya gemar membaca. Saya enggak hanya membaca majalah Gadis, tapi juga Kartini. Ada bebera kali artikel tentang kanker payudara yang diulas di sini. Saya membacanya dengan cermat. Apa aja yang jadi penyebab munculnya penyakit ini pada tubuh seseorang.

Ternyata hingga detik ini tak bisa diketahui secara 100%, satu penyebab pasti munculnya penyakit kanker payudara pada tubuh wanita. Namun sejak dulu, faktor resiko masih tetap sama.  

Ada banyak faktor yang menyebabkan seorang wanita menderita penyakit kanker payudara. 
  •  Gaya hidup atau pola makan yang kurang seimbang, banyak mengonsumsi junk food, gorengan, makanan yang dibakar terlalu matang. 
  • Faktor usia, kebanyakan usia lebih dari 50 tahun lebih rentan mengalami penyakit ini. Namun bisa saja faktor usia ini keliru bila kanker payudara sudah diketahui dalam stadium IV. Bisa jadi dia sudah kena penyakit ini  saat belum mencapai usia 50 tahun, namun tak menyadarinya.
  • Menopause, biasanya terjadi karena meningkatnya resiko kanker payudara ini akibat efek hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi.
  • Merokok, bagi wanita memiliki resiko lebih karena mempunyai efek langsung yang bersifat racun dan karsinogenik sehingga dapat mempengaruhi resiko penyakit kronis melalui mekanisme hormonal.
  • Alkohol, merupakan pemicu yang dapat meningkatkan kadar estrogen yang dapat menyulut aktivitas tumor.
  • Pengaruh hormon karena penggunaan kontrasepsi yang bertahan lebih dari dua tahun. 
  • Riwayat Ginekolog, misal mentruasi awal sebelum usia 12 tahun. Menopause lebih lambat pada usia lebih dari 55 tahun, atau melahirkan bayi pertama setelah usia 35 tahun.
  • Faktor keturunan, dari orang tua langsung maupun generasi sebelumnya. Untuk faktor keturunan ini, kanker payudara bisa dialami tanpa memandang usia penderita. Bisa saja saat penderita beruisa belasan tahun atau sesudahnya.
Meski beberapa faktor di atas tidak mutlak menjadi pemicu, namun akan lebih baik bila bisa menjadi perhatian kita. Seperti faktor keturunan, riwayat kanker payudara memang ada dalam keluarga ibu mertua. Saat saya menemukan benjolan di payudara kanan dekat ketiak, ibu mertua (saat itu saya belum menikah) tengah menjalani kemoterapi di daerah salatiga. Saat itu kanker payudara ibu sudah pada stadium II. Berkat dukungan keluarga dan mengikuti kemo sesuai jadwal yang telah ditentukan, Alhamdulillah sekarang ibu bisa menjalani hidup lebih sehat. 

Dari keempat putri ibu, hanya satu orang yang tidak menderita penyakit ini. Mbakyu suami, dan dua adik perempuannya menemukan benjolan di payudara dalam waktu yang nyaris berurutan. Mbakyu ipar ini tidak mau ke rumah sakit karena takut. Jadi ia mengonsumsi obat herbal, seperti merebus daun benalu teh untuk mengobati sakitnya. Langkah ini bisa menyembuhkan bila belum masuk stadium I, seperti yang saya alami.

Sementara adik suami yang di bawahnya langsung tidak menderita penyakit ini. Adiknya yang nomor dua yang curhat dengan saya, segera diminta menjalani operasi begitu memeriksakan dirinya ke dokter. Kami sekeluarga mendukung langkahnya ini. Namun ternyata, adik bungsu pun menemukan benjolan yang sama, malah ada dua di tempat yang berbeda.

Karena pengalaman ibu dan kakak-kakaknya, adik bungsu kami langsung meminta operasi. Bahkan dia berangkat sendiri ke klinik dokter tersebut. Begitu pula saat pulang, ia tak mau merepotkan keluarganya. 

"Kan ada taksi di depan klinik, gampang kok."
Jawaban adik ini bikin kami nyesek karena nggak ada yang mendampinginya saat tindakan operasi berlangsung. Namun saya harus mengakui keberaniannya, nggak seperti saya yang masih nangis galau sebelum memutuskan mengunjungi dokter di rumah sakit.

Sejak usia belasan tahun saya selalu rutin melakukan SADARI usai menstruasi berakhir. Biasanya saya lakukan saat di kamar mandi. Atau setelah bangun tidur pada pagi hari.
Pemeriksaan sejak dini seperti yang saya lakukan tersebut, menjadi langkah awal agar bisa diketahui bila ada benjolan yang mencurigakan tumbuh di tubuh kita, terutama di payudara. Bila kita tahu sejak awal, mungkin seperti yang saya alami, lebih mudah ditangani dokter.
Saya hanya diberi obat saja, karena benjolan itu masih berupa benjolan biasa. Bukan tumor seperti yang saya takutkan. Namun dokter yang memeriksa saya memberitahu, bisa saja bila saya biarkan, benjolan itu akan tumbuh menjadi tumor yang ganas. Seperti juga yang dilakukan adik-adik ipar saya, mereka sadar harus segera melakukan pengecekan di rumah sakit. Mereka tak ingin mengalami proses penyembuhan dengan melakukan kemoterapi seperti ibu, yang melihatnya saja kami tak tega.

Ketika saya menemukan benjolan di payudara, keluarga calon suami mengetahuinya. Ibu segera memberi tahu apa saja yang mesti saya lakukan. Saya malah tak ingin cerita pada ibu kandung sendiri karena takut memancing kecemasan ibu. Ibu saya itu sangat takut berhubungan sengan rumah sakit. Jadi saya curhatnya malah sama calon mertua, dengan alasan lebih mengenal kanker payudara karena sedang menjalani proses pengobatan.

Saya pun meminta adik-adik calon suami agar rajin melakukan SADARI. Mereka memiliki resiko kena kanker payudara karena faktor keturunan dari ibu kandung. Jadiiii, begitu mereka menemukan benjolan yang mencurigakan saat SADARI, masih dalam stadium dini. Dan langkah adik-adik suami untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut dan menjalani operasi pengangkatan benjolan, patut saya acungi jempol. 

Saya, ibu mertua dan adik ipar telah menjalani pengobatan untuk membunuh sel-sel kanker, namun langkah kami tak cukup sampai di sini. Kami juga tak sembarangan lagi mengonsumsi makanan. Menjaga pola hidup sehat dengan berolah raga sebisa mungkin dilakukan untuk mencegah munculnya kembali sel-sel kanker.

Di samping itu, sebagai orang yang tahu sedikit tentang gejala kanker payudara, saya selalu mengingatkan orang-oarng terutama wanita yang ada dalam lingkaran pergaulan, kekerabatan agar sadar dengan pentingnya SADARI.

SADARI atau singkata dari Pemeriksaan Payudara Sendiri cukup mudah dilakukan. Berikut cara pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan begitu darah menstruasi berhenti.




gambar dari sini

Meski kesannya mudah, namun tak semudah itu melakukan SADARI. Saya sering mengingatkan teman-teman di tempat kerja, agar mereka melakukan SADARI. Namun tiap kali saya tanya, sudah kah mereka melakukan SADARI bulan ini, jawabannya selalu sama, belum. Ketika saya tanya, mengapa belum melakukan SADARI?

"Takut, Mbak...takut kalo ternyata ada benjolan di payudara saya."
"Lho napa takut? Justru kalo rutin ngecek, bisa diketahui lebih awal. Benjolan itu juga belum tentu calon tumor atau kanker payudara. Tapi kalo kamu tidak pernah melakukan SADARI, tahu-tahu kena kanker, bisa saja sudah stadium lanjut, stadium IV," saya menjelaskan.
"Halah, Mbak Wati malah nakut-nakuti,"

Percakapan ini sering terjadi selama saya mengajak teman-teman, tetangga atau kerabat saya melakukan SADARI. Mereka terpenjara oleh ketakutan yang tidak masuk akal dengan mengelak melakukan SADARI. Sementara bila mereka tidak melakukannya, sama saja dengan merawat penyakit itu bila ternyata telah tumbuh dalam payudara kita.

Melakukan pencerahan pada setiap orang agar mau melakukan SADARI memang tak semudah membalik telapak tangan. Karena itu lah saya senang bisa menuliskan lagi ajakan agar teman-teman melakukan SADARI. Saya pernah menuliskan ajakan ini dalam blog beberapa bulan lalu. Saya tak ingin menjumpai kenalan saya, teman-teman, atau pun kerabat saya yang meninggal karena penyakit kanker payudara. 

Kanker payudara adalah pembunuh nomer dua setelah kanker leher rahim. Sebagai wanita, yang memiliki peran sebagai istri, ibu dan  teman bagi seseorang, kesehatan harus lah menjadi perhatian. Teman-teman tentu tak ingin membuat air mata orang yang kalian sayangi membasahi wajah mereka. Seperti juga teman-teman tentu tak ingin melihat penderitaan orang yang kalian sayangi karena penyakit ini.

hidayah-art.com

Yuk sayangi keluarga dengan lebih aware mengajak mereka melakukan SADARI secara rutin tiap bulan. Bagi wanita yang sudah menopause, tetap bisa melakukannya setiap tanggal tertentu yang sama tiap bulan.

Kampanyekan #finishthefight #gopink #breastcancerawareness selalu dalam setiap langkah kita. Karena langkah yang bergerak bersama, semoga lebih banyak pula yang menyadari pentingnya SADARI. SADARI untuk #breastcancerawareness untuk hidup yang lebih sehat dan bermanfaat.



http://www.indahnuria.com/2015/10/giveaways-kampanye-finishthefight.html?showComment=1445906170892#c765025255857353813


13 komentar:

  1. Mbak. Kalau udah kanker apa bisa sembuh total ya?

    BalasHapus
  2. Kadang ya saya lupa melakukan SADARI. Padahal 15 tahun lalu kena tumor payudara :(

    BalasHapus
  3. tetangga saya juga baru saja ada yang meninggal karena kanker payudara, harus waspada nih sebagai wanita

    BalasHapus
  4. Aku selalu ngeri baca tulisan tentang ini. But, live must go on! Doakan akyu ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insyaa Allah selalu aku doakan untuk kesehatanmu, Taro say :)

      Hapus
  5. bibi ku juga lagi kena kangker ayudara mbak, sudah kemo 3x semoga bibi bisa sembuh terbebas dari kangker

    BalasHapus
  6. Dulu ibuku kena tumor payudara juga Bunda. Disarankan oprasi. Trus ambil alternatif jamu herbal. Alhamdulillah setaun kemudian sdh hilang. Semoga kita selalu diberi kesehatan ya Bunda ^_^

    BalasHapus
  7. saya juga takut kalau mau periksa SADARI mbak...takutnya ya itu kalau tiba-tiba ada penyakitnya... :
    tapi demi kesehatan...oke saya harus memberanikan diri ya mbak sebelum terlambat..

    dan mengkampanyekan SADARI untuk keluarga dan lingkungan... :)

    BalasHapus
  8. saya juga paling takut terkena penyakit yangemematikan itu dan ampe kini belum ditemukan obat penangkalnya hikss

    BalasHapus
  9. Jangan takut...walau penuh dengan implikasi, tapi jangan main-main dengna kanker..paling seram kalau sudah terlambat dan menyebar. Terima kasih sudah membantu menyebarkan informasi SaDaRi yaaa mbaaa :)

    Thanks for joining my GA #finishthefight #gopink #breastcancerawareness yaaa :)

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah tidak ada tanda-tanda kanker. Semoga dijauhkan dari kanker payudara.

    BalasHapus
  11. terimakasih mbak, saya baru tau ternyata Minyak Varash Untuk Benjolan di Payudara katanya bagus ya. Mungkin bisa juga untuk referensi untuk anda. terimakasih informasinya ya

    BalasHapus