Warga Indonesia melihat sosok Affan yang merepresentasikan masyarakat kelas pekerja yang ada di Indonesia. Kepergiannya menjadi salah satu faktor pemicu meningkatnya kemarahan masyarakat. Demonstrasi makin meluas hingga ke berbagai kota di Indonesia. Mahasiswa, buruh, hingga elemen masyarakat yang peduli dengan kondisi bangsa yang sedang tidak baik-baik saja ini berbaur untuk menyuarakan tuntutannya.
Kondisi Affan tersebut kontras dengan keadaan para elite saat ini, seperti anggota Dewan Perwakilan rakyat (DPR) yang menikmati beragam tunjangan. Sudah bukan hal baru masyarakat melihat bagaimana anggota DPR suka flexing di sosial media mereka. Kesenjangan ekonomi ini juga yang membuat kemarahan rakyat memuncak.
 |
Menanti kabar dari perwakilan mahasiswa x anggota DPR |
Masyarakat sudah jengah dengan sikap dan tindakan represif aparat. Ketika warga sedang mendapat masalah, misalkan motornya hilang dan lapor ke aparat. Reaksi yang diterima warga tak menyenangkan. Justru aparat meminta uang bila warga yang kehilangan motor ingin kasusnya ditindaklanjuti. Ini sudah jadi rahasia umum.
Aparat yang bertugas mengamankan demo harusnya menggunakan hati, bukan emosi. Ketika emosi yang dikedepankan, tentu mempengaruhi psikologis massa. Terjadi lah akumulasi kemarahan yang memuncak. Demonstrasi juga disusupi oleh orang yang sengaja membuat kerusuhan, penjarahan, dan memprovokasi massa.
Hingga tanggal 1 September 2025, sudah tercatat warga yang meninggal sebanyak 10 orang. Mereka terdiri dari rentang usia 16 tahun hingga 60 tahun dengan profesi berbeda. Ada yang pelajar, mahasiswa, ojol, tukang becak, staf DPRD Makassar, dan lainnya. Ini belum termasuk korban yang sedang dirawat di rumah sakit, korban hilang yang, dan yang masih ditahan di kantor polisi.
Cepat Sembuh Indonesia, Warga Jaga Warga
Sebagai seorang perempuan yang sekaligus ibu dari dua anak laki-laki yang sudah beranjak dewasa, saya sedih dengan kondisi negeri ini. Apakah kelak anak keturunan saya akan merasakan kembali negeri yang aman, nyaman, damai, dan ramah penghuninya?
Kita baru saja merayakan meriahnya acara 17an di kediaman masing-masing. Saya masih mengingat bagaimana suasana perayaan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini lebih semarak. Karena seluruh warga di wilayah kami ingin Indonesia tetap kokoh berdiri. Dan perayaan ini kami anggap sebagai cara bersyukur. Warga di wilayah kami selalu ikhlas mendonasikan untuk kemeriahan acara yang hanya satu tahun sekali.
Dan saya yakin inisiatif perayaan Kemerdekaan RI ini juga dilakukan di berbagai wilayah dengan niat yang sama.
Saya tahu banyak yang meragukan untuk apa diadakan perayaan, malam tirakatan, atau apapun itu di kampung-kampung. Indonesia sedang tidak baik baik saja, pemerintah tidak peduli dengan rakyatnya. Buat apa kita lakukan kemeriahan ulang tahun negeri ini? Begitu yang saya temukan di beberapa utas di sosial media.
Saya memandang warga yang masih tetap merayakan tirakatan malam 17 Agustus, punya niat baik. Karena ketika warga berkumpul, mereka tidak hanya bernyanyi, lomba makan, joged seru saja. Namun ada terselip doa-doa baik untuk Indonesia. Doa yang dengan tulus dipanjatkan untuk pemimpin negeri, untuk rakyatnya, untuk kejayaan Indonesia.
Namun ketika bulan perayaan ulang tahun negeri belum berakhir, dan muncul peristiwa yang menyedihkan ini, tentu membuat Ibu Pertiwi bersedih. Pahlawan pejuang kemerdekaan memanggul senjata dan bambu runcing untuk menghalau penjajah. Mereka pasti sedih menyaksikan rakyat bertemu rakyat, saling melakukan kekerasan. Bukan ini yang ada dalam pikiran para pejuan dulu.
Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah, senang menolong dan berbagi. Bahkan laporan World Giving Index 2024 dari Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia terpilih menjadi negara paling dermawan di dunia, dengan skor mencapai 74 dari 100 poin.
Indonesia bersama Ukraina, Chad, Rusia, dan China, disebut-sebut menjadi negara dengan kenaikan skor tertinggi. CAF mencatat skor Indonesia naik sekitar 25 poin dalam 1 dekade terakhir.
Hasil survei dan wawancara yang dilakukan tahun 2023 melalui Gallup’s World Poll terhadap 145,7 ribu responden di 142 negara, yang merepresentasikan 95% dari total penduduk dunia.
Tingginya minat untuk bersedekah di Indonesia sebenarnya merupakan nilai-nilai agama dan budaya yang ditanamkan sejak kecil. Agama apapun di negeri ini mengajarkan untuk senang bersedekah. Sedekah juga dipercaya mampu membersihkan hati dari sifat sombong. Sejak kecil juga kita diajarkan bahwa sedekah mampu menghapus dosa kecil dan menambah pahala. Karena sedekah menjadi bagian dari ibadah keseharian.
Melihat betapa besarnya jumlah orang Indonesia yang senang berdonasi, juga menunjukkan budaya saling tolong menolong. Kebiasaan baik yang sejak kecil sudah kita lihat dari orang tua, leluhur, yang saling menolong tetangga yang sedang kekurangan. Kebiasaan yang mampu mengajak kita saat dewasa dan hidup berkecukupan, menyisihkan rejeki untuk berbagi.
Nilai nilai positif bersedekah atau berbagi ini lah yang akan selalu ada di negeri ini. Mengingatkan kita saat pandemi, setiap warga rela dan ikhlas memberikan apa pun yang dimilikinya untuk saling bantu warga yang sedang isolasi di rumah. Pandemi yang lalu mampu menguatkan kita untuk terus saling menolong antar warga.
Merawat Kebaikan, Meneruskan Warisan Leluhur Bangsa
Untuk mencintai Indonesia, kita bisa menjaga dan melestarikan budaya bangsa, bangga dan membeli produk dalam negeri, menjaga kebersihan lingkungan, menghargai keberagaman, belajar sejarah, serta taat pada peraturan dan hukum. Menjunjung tinggi semangat persatuan dan kesatuan, serta berprestasi untuk mengharumkan nama bangsa juga merupakan bentuk nyata cinta tanah air.
- Melestarikan Budaya dan Keanekaragaman
- Menghargai Budaya Daerah di Indonesia. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kehidupan, keindahan seni, dan filosofi yang mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesamanya. Apabila kalian memiliki kesempatan, tidak ada salahnya berkunjung ke berbagai situs budaya yang ada di negeri ini. Atau bisa juga mengenal tarian dan musik lokal, ini menjadi bagian dari pelestarian budaya nasional.
- Menghargai Perbedaan. Indonesia terdiri dari beragam suku, dengan adat istiadat yang bermacam-macam. Tentunya setiap daerah ini memiliki tatanan dan kebiasaan yang tak sama. Sejak dahulu leluhur kita mengajarkan untuk hidup dalam keberagaman dengan sikap tenggang rasa dan saling menghargai. Ini dilakukan untuk mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia.
- Mendukung Perekonomian
- Belanja Produk Lokal. Bagi kalian yang masih memiliki pekerjaan dan tidak kekurangan, tak ada salahnya belanja produk lokal. Membelanjakan uang yang kalian miliki dan memilih produk teman atau kerabat. Hal ini merupakan bentuk dukungan pada pelaku usaha kecil menengah yang ada di negeri ini. Dengan adanya kegiatan ekonomi ini, perputaran uang akan terjadi di dalam negeri.
- Turut Menjaga Lingkungan
- Menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Tidak membuang sampah sembarangan, sedia tempat sampah di depan rumah, dan lakukan pilah sampah. Pilah sampah adalah salah satu kegiatan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.
Saya udah turut pilah sampah, ceritanya ada di sini :
- Berkebun, Menanam Warung Hidup.