My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi: Hasil penelusuran untuk Ibadah haji
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Ibadah haji. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Ibadah haji. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Maret 2020

Persiapan Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah
Maret 02, 2020 28 Comments

Persiapan Teknis Penyelenggaraan Haji Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah


Assalamualaikum Sahabat. Sebelumnya saya ingin bertanya, sejauh mana kalian tahu tentang biaya operasional penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia? Bagaimana proses penyelenggaraan ibadah haji, mulai dari setoran awal, pelunasan BIPIH, manasik, hingga masuk asrama haji?

Tidak semua orang bisa mengetahui proses penyelenggaraan ibadah haji. Saya ingin bercerita ketika tahun 2014 melaksanakan ibadah haji bersama suami. Saya beruntung sepupu kerja di bagian urusan haji kota tempat saya tinggal. Jadi ketika calon jemaah haji lain belum tahu kabar tentang porsi keberangkatan, saya udah tahu lebih dulu. 

Bahkan saya sudah ikut manasik (bimbingan haji) sejak dua tahun sebelumnya. Kebetulan sepupu ini punya kenalan ustad yang mengadakan manasik di masjid dekat rumahnya. Butuh effort sih ikut manasik ini karena diadakan setiap hari Minggu setelah shalat Isya. Sementara hari Minggu kan identik dengan acara keluarga. Jadi sering menolak datang ke acara yang nggak penting banget kalo udah jelang maghrib.

Karena dari pembicaraan kenalan, kerabat, teman yang udah pernah berangkat haji, dibutuhkan ilmu yang benar untuk bekal ke tanah suci. Seperti yang dituturkan oleh salah seorang pembicara, berangkat haji nggak hanya urusan duit. Namun juga butuh fisik dan bekal ilmu agama yang benar.


Hadir di Rakor Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Bersyukur selama tiga hari, yaitu mulai tanggal 25 - 27 Februari 2020 saya bersama empat blogger yang tinggal di Semarang dan sekitarnya diajak hadir dalam Rapat Koordinasi Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah dari Kanwil Kemenag Jawa Tengah. 



Hari pertama diisi dengan materi Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh, juga persiapan penyelenggaraan Operasional Haji 1441H/2020M. Untuk hari kedua materi Kebijakan Pembinaan Ibadah Haji Reguler, Teknis Pelaksanaan Pendaftaran, Pembatalan, Pelunasan Haji Reguler, Pelimpahan Porsi, Pengkloteran dan Dokumen Jamaah Haji sesuai dengan regulasi terbaru. 

Kegiatan hari kedua dilanjutkan sore hari dengan materi Dukungan Jaringan Siskohat dan Anggaran Operasional PKOH pada Penyelenggaraan Haji Embarkasi dan Kabupaten/Kota, lantas malam harinya dengan materi Pedoman Operasional Kelompok Bimbingan, PPIU, dan Haji Khusus sesuai Regulasi Terbaru. 

Untuk hari ketiga yang juga hari terakhir, disampaikan materi Dukungan Management dan Anggaran dalam Penyelenggaraan Haji di Jawa Tengah. 


Acara yang padat bergizi menurut saya dan selalu berakhir hinggal malam ini, mampu membuka mata dan mencerahkan. Ternyata banyak info yang belum diketahui masyarakat, khususnya calon jemaah haji. 

Saya juga melihat gimana semangatnya peserta dari seluruh Kota/Kabupaten  perwakilan Kanwil Kemanag di Provinsi Jateng yang hadir. Semangat yang positif dan menular pada diri saya untuk mendengarkan dengan tekun. Sembari share juga ke media sosial beberapa info penting untuk teman saya di dunai maya.



Karena saya pernah menikmati fasilitas dari petugas haji, jadi merasakan gimana sibuk dan susahnya mereka mengatur jemaah haji Indonesia. Tidak mudah memang mengakomodasi seluruh keinginan jemaah haji. Mengurus kebutuhan jemaah dari tanah air, mengelola bus antar kota, menyiapkan pesawat, bus Shalawat di tanah suci, Boks makanan, Hotel, maktab, dan kesehatan. 

Saat itu kami jemaah haji kloter 17 dari Embarkasi SOC, merasa puas dan bersyukur dengan pelayanan dari petugas haji. Baik saat berada di tanah air maupun selama di Arah Saudi.


Sharing Seputar Teknis Pelaksanaan Penyelenggaraan Ibadah Haji 

Selama tiga hari di Griya Persada Bandungan, beberapa pakar dan praktisi memberikan informasi yang wajib diketahui petugas dari perwakilan Kota/Kabupaten yang hadir. Bahkan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah pun hadir untuk sharing materi.



Narasumber dari praktisi serta pakar di bidang masing-masing, yaitu :

Prof. DR. H. Nizar Ali sebagai Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama RI

MA, H. Khoirizi S.Sos., MM sebagai Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI

Drs. H. Ahyani, M.S.I sebagai Pelaksana Tugas Kakannwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

Drs. H. Muh. Saidun, M.Ag sebagai Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

H. Ahmadi, S.Ag sebagai Kepala Seksi Pendaftaran dan Dokumen Haji dan Umrah pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

Drs. H. Zaenal Fattah sebagai Kepala Seksi Pembinaan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

Drs. H. Muhammad Syafiq sebagai Kepala Seksi Akomodasi, Transportasi dan Perlengkapan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

H. Abdul Djalil, S.Kom, MSi sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Keuangan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah


H. Fitriyanto, S.Ag,M.PdI sebagai Kepala Seksi Sistem Informasi Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.



Tentang Biaya Operasional Ibadah Haji


Dulu calon jemaah setor BPIH ke rekening Kementerian Agama. Sekarang tidak begitu lagi. Setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji disetor ke BPKH.

Sekarang juga ada dua jenis penyebutan, yaitu BPIH kepanjangannya Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji. Definisinya adalah sejumlah dana yang digunakan untuk operasional ibadah haji.

Sementara Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih), definisinya adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh warga negara yang akan menunaikan ibadah haji.



Besaran BPIH ditetapkan oleh Presiden paling lama 30 hari setelah usulan BPIH mendapatkan persetujuan dari DPR RI. BPIH bersumber dari Bipih, Nilai Manfaat, Dana Efisiensi, dan/atau sumber lain yang sah ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri setelah mendapat persetujuan DPR RI.

BPIH digunakan untuk membiayai komponen utama anggaran operasional haji, seperti penerbangan, pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi, pelayanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, Perlindungan, Pelayanan di Embarkasi, Keimigrasian, Premi Asuransi & Perlindungan lainya, biaya hidup (living cost), pembinaan jemaah haji dan tanah air dan Arab Saudi, pelayanan umum baik di dalam negeri dan di Arab Saudi, serta pengelolaan BPIH.

Prof. DR. H. Nizal Ali selaku Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama RI menjelaskan dalam slide presentasi tentang berbagai kemajuan penyelenggaraan Haji dan Umrah.



Seperti perkembangan IKJHI (Index Kepuasan Jemaah Haji Indonesia) dari tahun 2014 sampai tahun 2019 yang menunjukkan hasil memuaskan yakni dari 81,52% meningkat menjadi 85,91%.

Sementara itu perlu kalian tahu tentang alur dari perlengkapan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1441 H atau 2020 M :



Adapun rencana perjalanan haji dimulai dari jemaah haji masuk asrama haji pada tanggal 25 Juni 2020. Dan nantinya pada tanggal 05 September 2020 jemaah akan kembali ke tanah air. 

Sebagai orang yang pernah menikmati fasilitas pelayanan dari pemerintah saat ibadah haji tahun 2014, saya dan suami merasa puas. Sungguh kami merasa beruntung bisa berangkat haji dengan inovasi yang terbaik pada saat itu.

Nah, bagaimana inovasi yang dilakukan oleh Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk tahun 2020 ini?

Prof. DR. H. Nizar Ali menjelaskan ada 10 inovasi yang terbaru ini adalah :
- Kloter Berbasih Wilayah
Ada penyusunan pramanifes kloter dilakukan sedini mungkin untuk mengefektifkan bimbingan manasik di Kecamatan. Karena untuk pembagian regu dan rombongan memang berbasis di wilayah ini.

- Respon Darurat
Tentu bakal ada penyiapan respon tanggap darurat di Armuzna (Arafah-Muzdalifah-Mina) sebagai bagian dari prosedur Pusat Krisis dnegan melibatkan Muassasah.

SOP manajemen mitigasi saat ada bencana dengan integrasi atau mengkombinasikan alokasi petugas Armuzna (219), menjadi petugas pendukung dnegan rekrutimen bersama petugas pendukung yang memenuhi syarat (yaitu kompetensi, syarat masuk, tes masuk).

- Pelayanan Terpadu dan Sistem Pelaporan
Mengefektifkan Pelayanan Terpadu di tingakt Daker (daerah kerja), terutama Daker Makkah dan Madinah.

Penyempurnaan sistem pelaporan berbasis aplikasi mobile untuk laporan kloter dan pelayanan petugas yang terintegrasi dengan Siskohat.

- Penambahan Konsumsi 
Penambahan konsumsi pada masa peak season yaitu 3 hari sebelum dan 2 hari setelah Armuzna dnegan model makanan siap saji.

- Manasik Sepanjang Tahun
Pelaksanaan program inisiasi manasik sepanjang tahun bagi jemaah untuk menambah pengetahuan manasik haji. Wah senangnya bisa mendapatkan waktu yang panjang untuk info seputar ibadah, dari rukun, sunnah, dan wajib haji. Juga tentunya hal penting lainnya untuk diketahui oleh jemaah.

Manasik jemaah lansia, uzur, dan sakit diadakan tersendiri.

- Efisiensi proses Visa
Efisiensi proses visa dengan verifikasi dan visa request dilakukan di Kanwil. Paspor tidak perlu dikirim ke pusat jadi lebih praktis.

- Penomoran Maktab
Diharapkan nomor maktaf di Armuzna disesuaikan dnegan nomer maktab di Makkah yang berbasis zonasi.

- Penyusunan Regulasi 
Adanya percepatan penyusunan regulasi teknis karena sudah terbitnya UU No. 8 Tahun 2019 tentang PIHU.

- Non-Teller dan Non-Tunai
Mengefektifkan pembayaran non teller untuk pelunasan haji. Apalagi sekarang semua transaksi keuangan bisa dilakukan secara online, dengan mobile banking ataupun via transfer antar bank.

Inovasi terbaru tentang penyediaan living cost yang tidak lagi diberikan dalam bentuk tunai. Rencananya akan diberikan dalam bentuk kartu debit sekaligus menjadi kartu identitas jemaah dan sebagai sarana transaksi. Namun sepertinya inovasi ini bakal ditunda pelaksanaanya karena masih banyak jemaah berusia lansia yang tidak akrab dengan transaksi non tunai.

- Perbaikan Proses Badal dan Safari Wukuf
Penyusunan prosedur dan regulasi bersama antara Kemenag dan Kemenkes untuk kesejahteraan jemaah selama Armuzna.

Dengan 10 inovasi Haji diharapkan penyelenggaraan ibadah Haji dapat lebih meningkatkan indeks kepuasan jemaah. Mungkin kalian bisa ikut share juga, tentang 10 Inovasi Haji ini untuk informasi bagi saudara, orang tua, ataupun teman yang masih dalam daftar antrian berangkat haji.

Terima kasih pada Kanwil Kemenag Jawa Tengah atas undangannya untuk hadir dalam Rakor Bidang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kementerian Agama. Terima kasih juga pada Bapak Dony yang sudah memberikan kesempatan untuk kami, hingga mendapatkan info terkini seputar penyelenggaraan ibadah haji.

Semoga adanya kerjasama media dari blogger dengan Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah ini, bisa memberikan banyak manfaat untuk semua pihak. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Senin, 23 Juni 2025

Berangkat Haji Berdua Selagi Muda, Pengorbanan Seperti Apa Yang Kami Lakukan?
Juni 23, 2025 8 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Mengenang perjalanan haji yang saya dan suami lakukan tahun 2014 lalu, rasanya seperti baru terjadi. Tak terasa 11 tahun waktu yang sudah berlalu. Namun perasaan haru, bahagia, makin sayang pada pasangan, dan bermacam rasa masih sesekali menyelinap. Menumbuhkan cinta yang makin kuat, saling menjaga, dan ingin menua bersama dalam tubuh yang sehat.

Proses kepulangan jemaah haji ke tanah air masih belum usai. Kenangan setiap tahun ketika bulan haji selalu hadir mengisi hari-hari kami. Alhamdulillah saya dan suami beruntung mendapatkan kesempatan berangkat haji selagi masih berusia muda. 



Bagi saya yang saat itu berusia 46 tahun dan suami 47 tahun, masih merasa muda, kuat berjalan jauh, sehat dan bugar. Jadi ibadah rukun, wajib, dan sunnah haji bisa kami lakukan semuanya. Bahkan setiap hari kami berdua selalu berangkat ke Masjidil Haram.

Semangat Dan Realita Orang Yang Ingin Berangkat Haji

Sepulang dari ibadah, saya dan suami menularkan semangat berangkat haji selagi muda pada kerabat dan sahabat. Saya ajak mereka agar segera menyiapkan dana khusus untuk setoran awal BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Banyak yang beralasan belum mampu karena meski ada tabungan, tapi diperuntukkan kebutuhan lainnya. 

Kebutuhan dana bagi calon jamaah haji membuka tabungan haji pada BPS-Bipih sesuai domisili adalah setoran awal sebesar Rp 25 juta. Calon jamaah haji yang sudah melakukan transfer setoran awal Bipih ke rekening BPKH melalui cabang BPS-Bipih sesuai domisili, otomatis mendapatkan nomor porsi antrian.

Ngomongin tentang masa tunggu haji reguler di Indonesia yang mencapai puluhan tahun, menjadi sebuah pengorbanan tersendiri. Dahulu saya dan suami daftar haji tahun 2010 dan dapat nomor antrian keberangkatan tahun 2014. Kami setor bulan Juli 2010 hanya menunggu 4 tahun untuk berangkat haji. Sementara tetangga kami yang setoran awal BPIH bulan September 2010 berangkat tahun 2015. Calon jemaah haji yang berbeda setoran awal BPIH tiga bulan, bisa mundur lebih lama.

Namun sedih banget saat baca info akan ada pengurangan kuota haji dari Kerajaan Arab Saudi hingga 50%. Semua bermula dari banyaknya jemaah lansia yang saat ibadah haji justru sakit hingga dirawat di rumah sakit. Yang bikin sedih dan nyesek adalah jemaah lansia ini banyak juga yang berangkat sendiri tanpa pendamping keluarga.

Jemaah haji lansia yang berangkat tanpa didampingi keluarga,  apabila kondisi sehat tidak masalah. Saya sendiri dulu beberapa kali dititipi ketua regu, mendampingi lansia usia di atas 80 tahun namun kondisi kesehatannya baik baik saja. Berbeda bila kondisi jemaah haji lansia dengan sakit komplikasi. Ini kalo tidak ada keluarga yang mendampingi, bikin repot jemaah lainnya. 

Pertanyaannya, kok bisa mereka yang sakit dan merepotkan sesama jemaah ini lolos screening kesehatan di wilayah masing-masing?

Rupanya masalah pengurangan kuota ini ada sangkut pautnya dengan penyelenggaraan haji yang buruk. Tentang hal ini saya nggak akan tuliskan karena tidak memiliki informasi yang jelas (bukan jemaah haji tahun 2025). 

Namun saya hanya ingin mengungkapkan tentang kondisi kesehatan yang menjadi salah satu alasan kuota haji Indonesi bakal kena pangkas. Semoga hal ini tidak terjadi ya, kuota tetap seperti semula. 

Dari kondisi realita yang ada memang jumlah jamaah haji Indonesia yang lansia dan risiko tinggi cukup banyak. Alasan yang mendasari hal ini karena biaya berangkat haji itu tidak murah. Namun semangat ingin menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima sungguh luar biasa. Banyak orang yang bukan berharta harus menabung dengan menyisihkan harta yang dimiliki untuk biaya haji.

Ketika tabungan terkumpul sejumlah setoran awal BPIH yaitu 25 juta rupiah, usia mungkin sudah di atas 50 tahun. Lamanya menanti antrian berangkat haji menjadikan mereka berada dalam kondisi usia lansia, dengan kondisi kesehatan yang beragam.

Jadi meski melalui proses seleksi jamaah lebih ketat, selalu ada keluarga yang ingin orang tuanya tetap berangkat haji. Dan jamaah dalam kondisi berat dengan penyakit tertentu, termasuk yang harus cuci darah, tetap tidak bisa berangkat. Tetap saja jemaah yang meninggal saat dalam perjalanan, selama di tanah suci, masih lebih banyak dan menjadi catatan tersendiri bagi Kementerian Haji Arab Saudi.

Ibadah Haji Bagi Yang Mampu, Finansial & Fisik

Setelah perjalanan panjang
penerbangan dari Solo menuju Jeddah

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu. Dalam konteks ini, mampu mencakup kemampuan fisik, mental, dan finansial untuk melaksanakan perjalanan ke Tanah Suci. 

Ada banyak sekali utas pada sosial media yang berbagi kisah mereka saat ibadah haji tahun 2025. Selain kondisi sesama jemaah yang menjadi teman satu kamar yang saya tuliskan di awal, juga adanya gosip pemaksaan lolos tes kesehatan. Tim kesehatan ada yang menerima cercaan dari keluarga calon jemaah haji dikarenakan tidak meloloskan tes kesehatannya. Bahkan ada yang sampai dipaksa untuk memberi hasil tes lolos. 

Haji adalah ibadah fisik dan mental. Kegiatan selama menjalani ibadah dibutuhkan fisik dan mental yang sehat. Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi menetapkan syarat-syarat Istita'ah kesehatan bagi seluruh jemah haji yang datang dari penjuru dunia. 

Istita’ah kesehatan adalah kemampuan calon jemaah untuk menjalankan ibadah haji dari aspek kesehatan, baik fisik maupun mental. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan secara menyeluruh dan dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 

Tujuan pemeriksaan ini untuk memastikan bahwa kesehatan jemaah haji berada dalam kondisi optimal agar mampu mengikuti seluruh rangkaian ibadah yang padat, penuh aktivitas fisik, serta dilakukan dalam cuaca ekstrem di Arab Saudi.

Tanpa kondisi fisik dan mental yang prima, jemaah berisiko mengalami kelelahan berat, dehidrasi, kambuhnya penyakit kronis, hingga kematian. Oleh karena itu, aspek kesehatan menjadi bagian penting dalam menilai kelayakan keberangkatan seseorang sebagai jemaah haji.

Pemeriksaan istitha’ah dilakukan secara bertahap dan melibatkan tim medis profesional. Prosedur yang dilakukan mencakup:
  • Pemeriksaan fisik lengkap.
  • Pemeriksaan laboratorium seperti darah, fungsi hati, dan ginjal.
  • Tes kesehatan mental dan kognitif.
  • Penilaian kemampuan aktivitas harian (ADL – Activities of Daily Living).
  • Skrining penyakit menular.
Proses ini biasanya dimulai setahun hingga beberapa bulan sebelum keberangkatan. Bagi calon jemaah yang belum memenuhi syarat, pemerintah menyediakan pendampingan dan pengobatan agar mereka memiliki kesempatan berangkat di tahun berikutnya.

Peraturan tentang persyaratan istita'ah kesehatan harus dilakukan, baru bisa melunasi BPIH, diberlakukan sejak ibadah haji tahun keberangkatan 2023. Hal ini berbeda dengan yang saya alami dulu. Suami saat itu harus setor pelunasan BPIH baru kami menjalani serangkaian tes kesehatan.

Peraturan yang sudah berlaku selama dua kali penyelenggaraan ibadah haji ini saya anggap bagus. Karena memang ibadah haji adalah ibadah fisik dan mental. Agar jemaah haji tidak menyusahkan rekan sesamanya, alangkah baiknya menjaga kesehatan selagi muda.

Haji Itu Ibadah Fisik dan Mental

Jamarat Aqobah
di depan jamarat Aqobah
butuh jalan kaki dari maktab
di Mina ke jamarat PP 8 km

Ketika saya dan suami mengetahui bahwa kami akan berangkat haji tahun 2014 (saat daftar dan dapat porsi keberangkatan bulan Juli 2010), berbagai persiapan dilakukan. 

Berikut ini saya cantumkan beberapa persiapan yang wajib dilakukan calon jemaah haji minimal dua tahun sebelum hari keberangkatan. 

1. Buat catatan kesehatan pribadi

Sebagai orang yang saat itu memiliki fisik dan mental yang sehat, saya tetap membuat catatan kesehatan pribadi. Bagi kalian yang memiliki masalah kesehatan khusus, lakukan langkah ini untuk mencegah gangguan lebih lanjut ketika beribadah di tanah suci. Catat juga obat-obatan yang selama ini kalian konsumsi sesuai resep dokter. 

2. Rutin Lakukan pemeriksaan kesehatan

Begitu suami setor BPIH bulan Juli tahun 2010, kami memulai persiapan untuk cek kesehatan di laborat. Cek kesehatan lengkap ini kami lakukan setiap 6 - 8 bulan sekali. Tujuannya agar bila kami terdeteksi satu penyakit tertentu, bisa dilakukan pengobatan sedari awal. 

3. Menerapkan gaya hidup sehat

Rangkaian ibadah haji itu menguras banyak tenaga, calon jamaah diharapkan sejak jauh hari mempersiapkan kesehatan fisiknya. Melakukan olahraga lebih cepat tentunya lebih baik. Lakukan setidaknya olahraga ringan tetapi rutin, seperti jalan kaki atau bersepeda, selama 30 menit setiap hari.

Lakukan olahraga rutin


Selain itu, kalo selama ini belum memilah makanan, mulai lah mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk menjaga berat badan. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat bisa berbahaya bagi tubuh kita. Berat badan yang lebih berat juga bisa membuat kita lebih cepat lelah selama menjalankan badah. 

4. Lakukan vaksinasi

Vaksinasi sebelum menunaikan ibadah haji merupakan salah satu syarat wajib. Vaksin meningistis wajib dilakukan untuk menghindari wabah penyakit meningitis meningokokus yang pernah terjadi.

Vaksin tambahan yang dianjurkan sebelum berangkat haji adalah vaksin influenza, vaksin hepatitis A, vaksin hepatitis B, serta vaksin tifoid dan pneumokokus. Pemberian vaksin ini disarankan dilakukan 2–3 minggu sebelum keberangkatan dan paling lambat 10 hari sebelumnya.

5. Persiapkan obat-obatan dan perawatan kulit

Penyelenggara ibadah haji memang sudah menyediakan obat-obatan. Namun kita sebaiknya tetap membawa obat-obatan sendiri sesuai kebutuhan, terutama obat dari dokter yang harus dikonsumsi secara rutin. 

Bagi jemaah haji perempuan yang masih dalam usia subur atau yang belum menopause, disarankan membawa obat penunda haid. Hal ini menjadi pilihan terbaik bila kita menginginkan kegiatan ibadah haji berjalan lancar. Pastikan juga jumlah obat mencukupi waktu tinggal kita di sana.

Untuk mengantisipasi cuaca yang panas dan terik di Arab Saudi yang bakal membuat kulit kering bahkan rusak, kita disarankan menyiapkan tabir surya dan pelembab bibir. Kedua produk perawatan kulit ini penting karena menjadi kebutuhan primer selama beribadah di tanah suci.

6. Istirahat yang cukup

Ada berbagai fakta bahwa stres adalah salah satu kondisi yang banyak dirasakan oleh peserta ibadah haji. Yang perlu disadari, kondisi stres dapat membuat daya tahan tubuh berkurang, sehingga kita rentan sakit.

Dari tim dokter saat manasik di tiap kecamatan, biasanya menyarankan agar mempersiapkan semua keperluan satu minggu sebelum keberangkatan. Meski semua persiapan tentu sudah dilakukan jauh hari, namun untuk keperluan pribadi seperti baju, peralatan ibadah, obat-obatan, bisa dilakukan minimal seminggu sebelumnya. Hal ini dilakukan agar kita memiliki waktu luang untuk beristirahat secara fisik dan mental. 

Pengalaman Saya Mempersiapkan Keperluan Ibadah Haji


langkah persiapan ibadah haji


Dalam kesempatan ini saya akan menceritakan pengalaman saya mempersiapkan semua keperluan untuk beribadah di tanah suci. Selain yang sudah saya tuliskan di atas, untuk persiapan kesehatan sudah kami lakukan begitu usai menyetor biaya BPIH dan mendapat porsi kapan akan berangkat. 

Penantian selama 4 tahun kami pergunakan semaksimal mungkin melakukan persiapan, dari finansial, kesehatan fisik, mental yang perkuat dengan lebih banyak bersabar setiap menghadapi masalah, dan meluangkan waktu untuk anak-anak.

Untuk kesehatan fisik, saya dan suami sudah menjaga pola makan sejak sebelum kami mendaftar haji. Ada batasan jumlah konsumsi makanan tertentu karena kami ingin tetap sehat saat menjalankan ibadah haji. Jangan sampai kami mengidap penyakit tidak menular yang akan mengganggu pelaksanaan ibadah selama di tanah suci.

Dua tahun sebelum berangkat haji, saya dan suami rutin olahraja jalan kaki di komplek perumahan. Selama tiga hari dalam satu minggu kami jalan kaki sejauh 2-3 km. Namun satu tahun sebelum keberangkatan ibadah haji, kami perbanyak dengan jalan kaki setiap hari dengan jarak tempuh sejauh 3 hingga 5 km. Intinya kami jadikan kegiatan jalan kaki ini sebagai latihan fisik agar kami siap menjalani ibadah fisik di tanah suci.

Pengorbanan yang saya lakukan demi bisa tetap sehat agar mampu menjadi pendamping suami untuk kebutuhannya di tanah suci. Bagaimanapun meski suami bilang bisa mandiri untuk kebutuhan pribadinya, saya tetap ingin melayaninya seperti di rumah. Paling tidak saya bisa menjadi teman jalan menuju Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk beribadah. Bila saya tidak sehat, gimana bisa menjadi pendamping suami selama ibadah haji?

Pengorbanan yang saya dan suami lakukan sepanjang usia pernikahan hingga akhirnya bisa menunaikan ibadah haji selagi berusia muda, tak terhitung nilainya. Pengorbanan harta, menjaga kesehatan, hingga melatih kesabaran dan ikhlas menjalani setiap ikhtiar yang kami lakukan, tak sepadan dengan pengalaman ibadah di tanah suci. 

Haji muda
Alhamdulillah sehat selalu
selama ibadah di tanah suci

Indahnya berhaji selagi muda bagi pasangan suami istri bisa menjadi cerita kehidupan yang akan selalu dikenang hingga menutup usia. Sebuah kesempatan yang bagi saya merupakan keberuntungan. Meski untuk satu keberuntungan ini ada banyak ikhtiar dan doa yang saya untai demi mewujudkan impian berhaji selagi usia muda.

Itu sebabnya saya ingin menularkan semangat berkorban pada sahabat semua. Berkorban meniru langkah Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar demi perintah Allah SWT. Pengorbanan yang kita lakukan untuk orang-orang yang kita sayangi tak ada seujung kuku dengan yang dilakukan oleh keluarga Nabi Ismail AS. Semoga bermanfaat, wassalamualaikum.


Sumber Materi :
- https://bpkh.go.id/syarat-daftar-haji-reguler/
- https://gohealthymedia.id/syarat-istithaah-kesehatan-jemaah-haji-2025-pentingnya-memenuhi-kualifikasi-sebelum-berangkat/
- https://www.alodokter.com/pelajari-persiapan-dan-cara-menjaga-kesehatan-saat-ibadah-haji
- https://khazanah.republika.co.id/berita/sy6g31483/saudi-soroti-lima-permasalahan-misi-haji-ri-2025-via-nota-diplomatik-ini-penjelasan-kemenag-part5
Reading Time:

Kamis, 08 Juni 2023

Pilih Naik Haji Furoda atau Haji Plus?
Juni 08, 20231 Comments
Assalamualaikum Sahabat. Momen keberangkatan haji udah dimulai dengan beragam cerita. Setiap umat muslim yang beruntung mendapat kesempatan menunaikan ibadah haji, akan menyambut dengan semangat serta suka cita. Naik haji merupakan cita-cita umat muslim baik yang berharta maupun yang bermodal niat dan doa. 



Seperti saya yang pede aja pengen bisa naik haji meski waktu itu belum punya duit. Yang penting niat dulu, doa kenceng, dan ikhtiar tanpa lelah. Masya Allah impian saya dan suami diijabahNYA. Dan beberapa pengalaman selama menunaikan ibadah haji, bisa dibaca di artikel dengan label Ibadah haji.


Dulu sebelum mendapatkan porsi haji, yang harus setoran awal BPIH 25 juta rupiah, setiap musim haji tiba selalu bikin saya baper.

Nonton tayangan TV tentang orang yang sedang di tanah suci pasti bakal memunculkan rasa sesak di dada. Tanpa saya sadari, air mata membasahi mata dan pipi. Hati saya seakan dicubit kala melihat jemaah haji melakukan prosesi rukun, wajib, dan Sunnah haji. Saya rindu serindu-rindunya ke Baitullah!

Keberangkatan Naik Haji Mundur? Sabaaar...

Nggak pernah terbayang bila suatu hari Allah azza wa jalla memberikan kesempatan bagi saya dan suami menunaikan ibadah haji. Kami bukan orang kaya harta. Bahkan rumah kami aja baru setengah jadi. Karena kami memang mendirikan rumah itu step by step, dari penghasilan suami di luar pekerjaan utamanya.

Impian kami berdua adalah ingin berangkat haji saat usia masih muda, maksimal 45 tahun. Meski saat punya impian itu kami tidak punya uang puluhan juta, tapi percaya aja kalo bakal terwujud. Yang penting merawat impian dengan bekerja dan berdoa kenceng. Kalo Allah SWT sudah menghendaki, impian hambaNYA pun bisa terwujud, Masya Allah.

naik haji


Beberapa tahun terakhir, ketika pandemi usai dan jemaah haji Indonesia kembali bisa berangkat ke tanah suci, banyak keluhan muncul. Terutama calon jemaah haji yang sudah mendapatkan porsi keberangkatan. 

Karena saat mereka ngecek di web Kemenag, jadwal keberangkatan mundur jauh dari rencana semula. Nggak main-main sih mundurnya bisa sampai lebih dari 5 tahun. Ada beberapa sepupu, ipar, dan tetangga yang curhat pada kami tentang mundurnya jadwal nyampe 6-10 tahun.

"Sabar ya, ibadah haji itu ujian kesabarannya dimulai dari mengumpulkan rejeki untuk biaya, menunggu keberangkatan, dan masih banyak lagi yang lainnya."

Hanya itu yang bisa saya ucapkan pada mereka. Sabar adalah modal penting bagi yang ingin lulus ujianNYA. Mudah diucapkan namun harus lebih mudah dilaksanakan juga. Nggak ada yang sulit asal hati ikhlas menjalaninnya.

Mau Berangkat Haji Nggak Pakai Antri?

Sahabat yang udah setor BPIH mungkin kaget ketika tahu mendapat antrean keberangkatan haji reguler berkisar 30 tahun lebih. Namun itu pun juga bergantung pada provinsi asal calon jemaah. Tiap daerah berbeda sesuai jumlah calon jemaah yang udah setor BPIH selama ini. 

Apakah bisa berangkat haji nggak pakai antrian? Bisa aja namun biayanya juga jauh banget selisihnya, lebih mahal tentunya. Perlu diketahui bahwa jemaah haji ONH Plus aja harus menanti antrian keberangkatan. Cuma memang lebih pendek waktunya dibanding haji reguler.

Kalo kalian ingin berangkat dengan pilihan ONH plus, calon jemaah harus membayar di kisaran Rp150 juta sampai Rp160 juta, dengan masa tunggu 5 hingga 9 tahun. Lumayan lah ya nggak sampai puluhan tahun kayak haji reguler.

Beda lagi dengan haji furoda. Haji furoda adalah haji nonkuota yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2019, seperti dikutip dari laman NU Online.

Dalam undang-undang tersebut, dijelaskan bahwa haji furoda atau disebut juga haji mujamalah merupakan program haji yang mendapatkan kuota khusus dari pemerintah Arab Saudi.

Haji furoda bersifat legal secara hukum dan peserta haji ini dapat langsung berangkat tanpa perlu antre. 

Haji furoda dilaksanakan pada tahun yang sama ketika penerimaan visa dari Pemerintah Arab Saudi. Warga Negara Indonesia (WNI) yang ingin melaksanakan haji furoda harus berangkat melalui Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) atau perusahaan travel yang telah terdaftar di Kemenag RI

Sementara haji plus atau biasa dikenal dengan Ongkos Naik Haji (ONH) Plus merupakan kuota haji dari dari pemerintah dengan biaya haji yang lebih mahal dari haji reguler.

Biaya yang mahal tersebut disebabkan haji plus memiliki antrean yang relatif lebih cepat, yakni dalam kurun waktu sekitar 5-9 tahun saja.

Apa Aja Perbedaan Naik Haji Reguler, Haji Plus, dan Haji Furoda?

- Biaya

Jika dibandingkan dengan haji reguler, biaya haji furoda dan haji plus terbilang lebih mahal. Haji furoda biayanya bisa mencapai ratusan juta, begitu juga dengan haji plus. Namun jika dibandingkan dengan haji furoda, biaya haji plus sedikit lebih murah. Hal itu dikarenakan perbedaan fasilitas yang disediakan. 

Biaya haji furoda adalah USD35.500 atau setara dengan Rp 528 jutaan. Sementara biaya haji plus saat ini di angka USD11.000 atau setara dengan 164 jutaan.

Waktu tunggu keberangkatan

Jemaah haji furoda dapat langsung berangkat di tahun yang sama saat mendaftar haji. Tentunya sepanjang ijin sudah didapat ya. Sementara jemaah haji plus harus menunggu antrean. Umumnya, lama waktu antrean keberangkatan haji plus sekitar 5-9 tahun.

VISA

Perbedaan selanjutnya terletak pada jenis visa yang digunakan untuk melaksanakan haji. Visa untuk haji furoda dikeluarkan oleh pemerintah Arab Saudi yang dikenal dengan sebutan visa mujamalah atau visa khusus.

Sementara visa keberangkatan untuk haji plus adalah visa keberangkatan dari pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama.

Fasilitas

Perbedaan haji furoda dan haji plus berikutnya adalah dari segi fasilitas. Berikut masing-masing fasilitas dari keduanya :

Haji furoda

- Waktu antre lebih cepat.
- Mendapatkan visa haji resmi yang terdaftar online pada aplikasi e-Hajj Saudi Arabia dengan Tasreh khusus ibadah haji.
- Mendapat penginapan di hotel bintang 5 atau yang sesuai dengan paket.
- Menggunakan pesawat Saudi Airlines Direct Jeddah.
- Maktab haji khusus furoda.
- Hotel transit di Mina.
- Dapat tenda AC di Arafah dan beragam fasilitas lainnya.

Haji plus

- Jadwal keberangkatan lebih cepat dari haji reguler.
- Lokasi penginapan jemaah aji plus biasanya lebih dekat dari Masjidil Haram.
- Fasilitas hotel yang didapatkan lebih banyak.
- Kebutuhan akomodasi serta konsumsi jemaah ditanggung pihak penyelenggara (bukan tanggungan pribadi).
- Jemaah mendapatkan bimbingan haji yang lebih intensif serta eksklusif.

Wukuf di Arafah


Saya tertarik menuliskan perbedaan ketiga jenis keberangkatan haji ini bukan karena ingin naik haji lagi. Udah cukup sekali aja naik haji. Apabila diberikan rejeki, inginnya bisa mendaftarkan anak-anak berangkat haji dengan kondisi usia yang masih muda. 

Namun saya dan suami juga menanamkan keinginan pada mereka agar mulai nabung haji sejak sekarang untuk setor biaya haji plus. Karena alasannya adalah daftar haji reguler itu harus nunggu antrian yang lama banget. Nanti rencananya akan saya tuliskan rencana anggaran ONH plus untuk anak-anak. Mumpung usianya belum mencapai 30 tahun, semoga bisa berangkat saat usia masih di awal 40 tahun atau sebelumnya. 

Sekian curhatan saya tentang naik haji dengan tiga pilihan, haji reguler, haji plus dan haji furoda. Apabila sahabat punya pengalaman berangkat haji plus dan furoda, boleh berbagi di kolom komentar ya. Wassalamualaikum.

Sumber Materi :
- https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230530163045-569-955887/apa-itu-haji-furoda-dan-haji-plus-ini-pengertian-dan-perbedaannya


Reading Time:

Kamis, 04 Juli 2019

Hikmah Haji Dengan Daftar Tunggu Porsi Keberangkatan
Juli 04, 2019 30 Comments

HIKMAH HAJI DENGAN DAFTAR TUNGGU

         
Porsi kebarangkatan haji
(Artikel ini ditulis ulang dengan beberapa langkah penambahan cerita untuk menyesuaikan kondisi sekarang)

Assalamualaikum Sahabat. Mendekati keberangkatan jemaah haji, selalu ada kenangan yang mengetuk hati untuk sharing tentang ibadah yang satu ini. Rasanya saya ingin dengan menuturkannya bisa berbagi semangat untuk segera mendapatkan porsi keberangkatan haji.

Sebagai umat muslim, bisa menjalankan rukun Islam yang kelima adalah sebuah impian.  Banyak usaha dilakukan agar bisa meraih impian ini.  Dari ikhtiar  bekerja keras dan mengumpulkan rupiah demi rupiah. 


Silahkan baca : Mendapatkan Porsi Haji Nggak Harus Kaya Harta

Hingga akhirnya terkumpul sejumlah nominal yang disyaratkan untuk memperoleh porsi keberangkatan ke tanah suci.


Porsi kebarangkatan haji
Kondisi Masjidil Haram tahun 2014
Permasalahan muncul, ketika uang yang sudah terkumpul ini disetorkan untuk BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji), agar mendapat porsi keberangkatan, minimal Rp. 25.000.000. Calon jemaah haji harus masuk daftar tunggu hingga bertahun-tahun. 

Sebagai contoh, pengalaman saya yang menyetor bulan Juli 2010 sejumlah nominal Rp. 25.000.000. Ternyata  baru bisa berangkat ke tanah suci pada tahun 2014.  Saat itu saya kaget banget, karena tetangga yang daftar haji pada tahun 2009 aja langsung berangkat tahun 2010. 

Daftar Tunggu Haji Yang Makin Panjang

Beberapa tahun belakangan muncul bank-bank syari’ah yang menawarkan produk dana talangan untuk setoran minimal BPIH. Masyarakat muslim tertarik karena dana minimal setoran BPIH bukanlah nominal yang kecil.  Ini lah yang menjadi penyebab antrian panjang porsi keberangkatan haji.

Bagi sebagian masyarakat kita, butuh waktu bertahun-tahun dengan cara menabung secara rutin dan konsisten.  Padahal, bisa jadi ada kebutuhan lain yang lebih mendesak, umpamanya biaya sekolah anak atau renovasi rumah.
            
Sesuai data terakhir dari Siskohat, sampai dengan bulan April 2012 daftar tunggu haji Provinsi Jawa Tengah sampai tahun 2021. Artinya, calon jemaah haji yang mendaftar pada bulan itu, diperkirakan baru bisa berangkat ke tanah suci tahun 2021. 

Nampaknya antrian ini semakin panjang. Informasi yang saya terima dari seorang teman yang mendaftar pada bulan Agustus 2012, baru bisa berangkat ke tanah suci pada tahun 2023.   



Porsi kebarangkatan haji
Masjid Quba
Sebenarnya bukan hanya penduduk Jawa Tengah yang harus masuk daftar tunggu hingga bertahun-tahun, karena provinsi lain pun mengalami hal yang sama.  

Jawa tengah menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa Timur untuk  jumlah porsi haji sesuai jumlah penduduknya. Porsi haji Jawa Tengah adalah sebesar  29.435 orang, untuk tahun 2014. Bisa saja sekarang sudah berubah sesuai dengan penambahan kuota haji dari pemerintah Arab Saudi.

Menanti Keberangkatan Dengan Manasik Mandiri

Setiap muslim yang menunaikan ibadah haji tentu ingin menjadi haji mabrur.  Untuk mencapai haji yang mabrur tentunya tidaklah mudah.  Karena salah satu syaratnya adalah pemahaman tiap jemaah haji dalam proses pelaksanaan manasik dan ibadah lainnya sesuai tuntunan ajaran agama Islam secara utuh. 

Selama ini, hampir setahun sebelum keberangkatan calon jemaah haji mengikuti bimbingan manasik.  Namun pada pelaksanaan ibadah haji di tanah suci, masih ditemukan adanya ketergantungan jemaah haji pada petugas bimbingan haji. Ketua rombongan mesti berteriak-teriak agar anggota yang paling belakang tetap bisa mendengar doa yang diucapkan.
           
Seharusnya dengan adanya daftar tunggu keberangkatan yang masih lama, bisa disiasati dengan mempelajari manasik secara mandiri.  Bukankah saat ini teknologi informasi dan komunikasi begitu mudah didapat.  Depag bisa saja memproduksi kaset DVD bimbingan haji  yang diberikan secara gratis ketika calon jemaah haji sudah terdaftar  di BPIH setempat.  

Depag juga bisa membagikan brosur, booklet, atau modul mengenai materi bimbingan haji untuk  belajar calon jemaah haji, selain buku-buku bimbingan manasik haji yang sudah ada.  Buku tuntunan dari Kementrian Agama RI selama ini baru dibagikan pada calon jemaah haji setahun menjelang keberangkatan.  


Bagi calon jemaah haji yang sudah lancar membaca Al Quran, kondisi ini bukanlah halangan.  Berbeda bagi mereka yang tidak bisa sama sekali membaca tulisan arab, tentu akan mengalami kesulitan untuk memahami dan menghapalkan setiap tuntunan doa dan dzikir di dalam buku-buku ini. 


Tidak semua calon jemaah haji yang berangkat ke tanah suci bisa membaca huruf arab yang lebih dikenal dengan huruf hijaiyah.  Sehingga dengan kondisi ini, mereka bisa menggunakan waktu antrian panjang untuk belajar membaca Al Quran.  Dan di sela waktu yang ada, bisa diisi dengan berlatih membaca doa-doa dan dzikir yang ada di buku-buku manasik haji. 


Mereka bisa membentuk kelompok bimbingan secara mandiri dengan sesama calon jemaah yang berdekatan domisilinya. Belajar bersama memahami rukun, wajib, sunnah haji dan larangan saat ibadah haji, dengan tuntunan buku-buku serta pemutaran film dari DVD. 

Kegiatan ini akan menjadikan calon jemaah haji memiliki kompetensi dalam memahami manasik haji dan ibadah lain.  Yang kelak ketika tiba tahun keberangkatan menuju tanah suci, mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan benar sesuai tuntunan ajaran Islam.

Hikmah yang lain adalah, calon jemaah haji bisa lebih konsentrasi menyiapkan segala keperluan haji saat mendekati bulan keberangkatan haji.  Seperti, bisa lebih menjaga kondisi kesehatan menjelang dan selama melaksanakan ibadah haji.  


Calon jemaah haji tidak lagi bertanya-tanya apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan saat proses pelaksanaan ibadah haji.  Calon jemaah haji lebih memiliki kepercayaan diri dengan kemampuan pemahaman pelaksanaan ibadah haji dan tidak bergantung kepada orang lain atau ketua rombongan. 


Itu semua angan-angan saya yang pernah menjalani kegiatan bimbingan manasik bersama seorang ustad selama dua tahun setiap minggu malam. Kegiatan yang saya dan suami lakukan untuk mengisi waktu sambil menanti waktu keberangkatan haji.



Teman satu regu
dan satu bimbingan manasik
Suatu kegiatan bimbingan manasik yang bisa dilakukan secara rutin ini bisa memberikan bekal bagi saya, suami dan teman-teman. Yang akhirnya oleh Depag Kota Semarang dijadikan satu regu karena dianggap bisa menjalankan manasik yang sebenarnya di tanah suci. Karena kami sudah membawa bekal dari ustad yang memberikan bimbingan secara rutin.

Bukan hal yang mudah juga mempelajari tata cara ibadah haji, mulai dari Rukun, Sunnah, dan Wajib Haji.  Ada banyak tahapan ibadah juga yang mesti dipahami. Insyaa Allah mulai bulan ini saya akan menuliskannya sesuai dengan bimbingan manasik yang saya terima, serta pengalaman saat berhaji tahun 2014. Semoga bisa menjadi manfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum.
Reading Time:

Kamis, 08 September 2016

Hobi Silaturahmi Mendatangi Walimatussafar, Bisa Berangkat Haji
September 08, 2016 18 Comments


www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum. Menjelang puncak Haji yang ditandai dengan pelaksanaan Rukun Haji yaitu Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah, hingga Melontar Jamrah di Mina. Saya selalu terkenang-kenang tiap kali menjelang hari raya Idul Adha yang identik dengan bulan Haji. Saya punya impian bertahun lalu ketika masih pengantin baru. Pengeeeen banget bisa berangkat haji berdua dengan suami. Alhamdulillah impian saya terwujud. Pssttt, saya ceritakan ya bagaimana impian saya bisa terwujud. Saya tulis artikel berjudul : Hobi Silaturahmi Mendatangi Walimatussafar Bisa Berangkat Haji, agar bisa menjadi inspirasi pembaca semua. Aamiin.
Reading Time:

Selasa, 02 Juli 2019

Mendapatkan Porsi Haji Nggak Harus Kaya Harta
Juli 02, 2019 22 Comments

Nggak Harus Kaya Harta Untuk Berangkat Haji


Assalamalaikum Sahabat. Setiap kali menjelang keberangkatan jemaah haji Indonesia, jantung saya selalu berdegup lebih kencang. Kenangan saat saya dan suami bisa mendapatkan porsi haji seperti hadir kembali. Kenangan berjuang mengumpulkan duit agar bisa setor biaya pelunasan haji pun hadir. 

Semua kenangan itu menjadi potongan film yang tayang dalam ingatan. Menjadi kenangan rasa nano-nano, yang selalu saya bagikan pada sahabat dan keluarga. Karena kenangan manis itu terbit setelah ada jejak langkah perjuangan, hidup prihatin, belajar sabar, ikhlas, bercampur jadi satu. Itu lah mengapa saya bilang nano-nano. Karena beragam rasa berbaur dalam beberapa tahun dari mendapatkan porsi haji hingga keberangkatan ibadah ke tanah suci.

Setelah sekian tahun berlalu, saya jadi ingat belum menuliskan pengalaman bagaimana caranya bisa mendapatkan porsi haji saat itu. Rencananya nanti setelah porsi haji, akan saya tuliskan juga artikel tentang bagaimana merayu Allah azza wa jalla agar bisa mendapatkan rejeki yang berkah dan berlimpah. Serta dimudahkan melunasi biaya haji seperti saya dan suami.


Nggak Harus Jadi Orang Kaya Untuk Mendapatkan Porsi Haji


Bener banget loh yang saya tulis sebagai judul di atas. Nggak harus menjadi orang kaya untuk mendapatkan porsi haji. Buktinya banyak teman saya yang kaya tapi belum berangkat haji juga sampai sekarang.

Lah kan butuh duit untuk berangkat haji, mbak Wati? Gitu pasti pertanyaan lanjutannya kan?!

Bener sih kalo berangkat haji itu butuh duit. Tapi bukan pula kalo kamu nggak orang kaya, nggak bakal berangkat haji. Hapus dulu ya statement tersebut. 

Karena ada banyaaaak sekali contoh orang biasa, bukan kaya raya, tidak punya rumah mewah, namun bisa berangkat haji. Kebetulan saya berangkat haji tahun 2014 itu mendapat jatah kloter 17 gelombang I. Kloter 17 terdiri dari jemaah haji dari Kota Semarang plus tambahan sejumlah 25 orang jemaah haji dari Kabupaten Demak. Total satu kloter sejumlah 370 jemaah dan petugas pembimbing haji serta petugas kesehatan.

Nah, dari kabupaten Demak ini lah saya dan teman satu regu sebanyak 12 orang, digabung dalam satu rombongan. Ceritanya pernah saya tulis mengapa kami ber-12 orang ini digabung dengan rombongan Demak. Satu rombongan terdiri dari 40 jemaah haji.

Silahkan baca : Persiapan Pembentukan Regu Ibadah Haji

Dari 25 jemaah haji asal Demak ini tidak semua orang kaya. Kebanyakan malah dari ekonomi biasa. Seperti juga saya, dan teman-teman dari Kota Semarang. 



Memang nggak harus menjadi orang kaya untuk berangkat haji. Dari beberapa kali obrolan saya bisa menarik kesimpulan, bahwa hanya butuh niat, kesabaran, ikhlas, dan tawakal untuk mengumpulkan duit setoran awal BPIH serta pelunasan ONH.


Biaya Haji Bisa Dari Mana Aja?

Cerita tentang biaya haji ini selalu menjadi inspirasi saya untuk menuturkannya dalam acara arisan keluarga. Atau saat silaturahmi seperti ajang halal bihalal atau reuni dengan teman sekolah.

Ada beberapa teman saya yang udah mampu berangkat haji, hartanya ada, namun dia belum juga mendaftar haji. Atau kalo enggan menanti antrian, minimal berangkat umroh. Saya sampai bercerita gimana teman-teman satu kloter banyak yang berjuang demi mengumpulkan duit untuk setoran awal.

Dari cerita sesama teman haji, ada yang bisa setor BPIH (Biaya Pendaftaran Ibadah Haji) dari jualan di pasar. Setiap hari menyisihkan sedikit hasil jualan untuk ditabung di bank. Jaman dulu belum ada bank syariah, jadi ya pilih bank konvensional.

Ada juga yang menjual tanah warisan yang menjadi haknya dari orang tua. Atau ada juga yang menjual pohon atau hasil kebun. Pasti lumayan luas ya kebunnya hingga bisa mendapatkan duit sejumlah 25 juta rupiah.

Saya dan suami bisa setor BPIH juga karena menjual rumah. Karena ada masalah keuangan (nanti saya ceritakan dalam tulisan berikutnya), suami menjual rumah pertama yang terletak di kawasan Pedurungan Kidul.

Alhamdulillah dari penjualan rumah, bisa beli lagi rumah yang dekat dengan orang tua. Lebih kecil a.k.a separo dari rumah pertama. Namun niatnya semoga berkah karena mendekati rumah orang tua agar bisa merawat mereka. Sisa penjualan rumah, masih bisa digunakan untuk biaya renovasi rumah kedua dan setor BPIH. Untuk dua orang, kami harus setor BPIH sejumlah 50 juta rupiah.

Ada pula teman satu regu, yang tinggal di kawasan dekat Masjid Agung Jawa Tengah. Beliau suami istri yang sederhana dari penampilan. Namun niat berhaji telah menumbuhkan semangat mereka untuk menabung dan hidup prihatin.

Gaji suami digunakan untuk biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah ketiga anaknya. Sementara istrinya membuka warung makan kecil sambil menerima rongsokan untuk dijual kembali. Dari warung dan hasil jual rongsokan ini lah, tabungan untuk biaya haji terkumpul.

Cerita mengharukan datang dari seorang ASN (jaman dulu PNS). Tiap hari beliau selalu menyisihkan uang makan siangnya di laci meja kantor. Tiap awal bulan, tabungan ini diambil dan disetorkan ke bank. 

Untuk makan siang, beliau selalu membawa bekal yang sudah disiapkan oleh istrinya. 

Nah, saya pun juga melakukan hal sama. Setiap hari bawa bekal dari rumah demi menghemat duit gaji bulanan. Waktu itu saya sisihkan duit untuk ditabung di bank. Niatnya ingin meringankan beban suami, agar tetap bisa membeli oleh-oleh. Yang nantinya akan dibagikan pada tamu yang datang begitu kami pulang dari tanah suci. 

Saya sengaja membeli sedikit demi sedikit sajadah, setahun menjelang keberangkatan haji. Beli sajadahnya di Pasar Klewer. Biasanya ikut suami yang ngurus pekerjaan proyeknya di kawasan Jogja - Solo. Trus kami mampir beli sajadah sebanyak 2 atau 3 kodi. Yah namanya berasal dari keluarga besar, serta memiliki kenalan yang banyak. Jadi belinya kudu banyak dan nyicil gitu.

Eh malah nulisnya kemana-mana, balik lagi ya dengan cerita berhemat untuk mendapatkan porsi haji.

Mengapa kami begitu berniat berangkat haji, meski bukan berasal dari orang kaya harta?

Ada banyak alasan sebenarnya. Tapi yang paling utama adalah ingin menggenapkan Rukun Islam yang kelima. Terlebih saya mengingat ucapan ibu mertua yang selalu mendorong anak menantunya agar memampukan diri untuk berangkat haji.

"Kalian semua udah didoakan Ibu di tempat-tempat mustajab. Kalian harus bisa berangkat haji, ayo nabung dari sekarang. Buka tabungan khusus untuk haji."

Begitu terus tiap ada waktu berkumpul bersama di rumah ibu. 

Ketika ada yang membantah bahwa kebutuhan hidup, renovasi rumah, atau biaya pendidikan anak juga penting, ibu memberikan jawaban yang bikin hati saya tergerak menuruti ajakannya.


"Kalo nuruti kebutuhan duniawi yo mesti ada terus, nggak ada habisnya. Tapi Ibu yakin kalo kalian pasti mampu. Ayo tho nabung dulu," tutur ibu dengan wajah yakin.


Begitu tiba di rumah, saya meminta suami melakukan anjuran ibu. Waktu itu suami tengah mengerjakan proyek konstruksi toko relasinya. 

"Insyaa Allah nanti setelah selesai proyek, kalo ada untungnya, aku buka tabungan haji," jawab suami.

"Harus disisakan dong, aku yakin pasti untung, insyaa Allah,"

Waktu itu saya sangat yakin Allah azza wa jalla akan memberikan jalan, entah gimana caranya agar kami bisa membuka tabungan haji. Keyakinan saya ini lah yang menjadi motivasi bagi suami yang kadang masih ragu. Saya selalu yakin, kalo percaya pada Allah itu nggak boleh setengah-setengah. 

Allah itu menurut prasangka hambaNYA, yakin deh kalo kami bakal mampu mengumpulkan uang untuk biaya setoran awal biaya haji.

Yah meski kami bisa membayar BPIH dari penjualan rumah, paling enggak niat awal sudah menjadi tonggak semangat untuk beribadah ke tanah suci.

Seperti kata ibu, memprioritaskan kewajiban berhaji itu lebih utama. Dibanding memiliki mobil baru, berulang kali traveling keluar negeri, dan membeli rumah atau tanah di berbagai tempat.

Oh iya, waktu suami menyetorkan duit 50 juta sebagai setoran awal BPIH, kebetulan pula kami nggak ada mobil. Mobil yang sempat kami miliki sebelumnya udah terjual untuk melunasi semua hutang akibat usaha suami yang bangkrut. Jadi ketika hasil penjualan rumah sisa 90 juta, kami memilih untuk setor BPIH. Karena impian kami ini udah dirawati sejak awal nikah. Kami bercita-cita berangkat haji ketika usia masih bilangan 40 tahunan. 

Alhamdulillah Allah mengijabahi doa saya dan suami. Impian sejak lama, teruwujud pada tahun 2014 dan usia kami masih 46 dan 47 tahun. Masih kuat lah fisik kami untuk beribadah haji. Karena ibadah haji bukan sekadar butuh uang untuk modal berangkat dan meninggalkan nafkah untuk keluarga di rumah. Tapi juga butuh fisik yang bagus, yang kuat berjalan sejauh berkilometer.


dengan teman satu regu dari Kota Semarang
Saya dan suami yakin kalo kami mampu menjalankan ibadah haji. Kami yakin dengan tetap merawat niat berhaji, Allah akan memampukan kami. 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا ومن كفر فإن الله غنى عن العالمين (٩٧)



“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa yang kufur/mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah maha kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Ali ‘Imran: 97).


Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, dijelaskan bagaimana maksud dari berhaji bagi yang mampu.

Yaitu, jika ia sehat jasmani, mampu untuk pergi, terdapat bekal dan kendaraan yang dapat mengantarnya untuk menunaikan ibadah haji tersebut. Dan pulang kembali setelah terpenuhi segala kewajibannya seperti utang-utang, juga adanya nafkah untuk keluarga yang ditinggalkannya. Dan apa yang dia miliki melebihi dari kebutuhan primernya.

Alhamdulillah sekali lagi saya bisa sharing tentang seputar ibadah haji. Bukan bermaksud riya, semata ingin beramal untuk membagikan pengalaman nikmatnya berhaji. Umat muslim harus memiliki cita-cita menunaikan Rukun Islam kelima ini. Insyaa Allah ada beragam jalan untuk mendapatkan porsi haji. Nggak harus nunggu kaya harta untuk berhaji. Siapapun bisa asal berniat. Wassalamualaikum.
Reading Time: