Assalamualaikum Sahabat. Istilah chilling dan healing saat ini begitu populer di kalangan masyarakat karena adanya internet. Biasanya generasi Z dan di bawahnya yang lelah dengan kegiatan sehari-hari, bisa kesibukan di sekolah, kampus ataupun pekerjaan. Kebanyakan mereka bilang ingin traveling atau wisata dengan menyebut healing.
Namun healing dalam kesempatan ini akan dijelaskan dalam arti sebenarnya. Kebetulan saya beruntung bisa gabung dalam Talkshow Ruang Publik KBR yang diadakan oleh NLR Indonesia. Bincang pagi hari itu dengan topik Chilling - Healing bagi Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) hadir Mas Rizal Wijaya sebagai host. Acara dibuka dengan memperkenalkan narasumber serta menceritakan tentang tema. Perlukah chilling dan healing ini bagi OYPMK dan kaum disabilitas. Seberapa besar pengaruhnya bagi OYPMK dan penyandang disabilitas?
Acara ini dapat disimak di 105 Radio jaringan KBR seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua. Sedangkan di wilayah Jakarta dapat mendengar di 104.2 FM, serta bisa live streming via website KBR.id. Atau bisa juga melalui channel YouTube Berita KBR. Kalau kemarin kamu tidak gabung acaranya, tenaang. Karena acara ini bisa diulang nontonnya dengan klik channel Youtube Berita KBR.
Narasumber yang hadir adalah :
Donna Swita - Executive Director Intitute of Women Empowerment (IWE)
Ardiansyah - OYPMK dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia
Host KBR - Rizal Wijaya
Peserta - Blogger dan masyarakat seluruh Indonesia
Rizal menjelaskan bahwa chilling dan healing pun juga diperlukan oleh OYPMK dan penyandang disabilitas. Karena pada kenyataannya OYPMK dan penyandang disabilitas masih banyak mengalami tekanan akibat terjebak dalam lingkaran diskriminasi. Kerap kali OYPMK mengalami self stigma atau stigma diri yang tinggi, hilangnya percaya diri, insecure, dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
Apa Arti Sebenarnya Healing itu? Mbak Donna menjelaskan kalo selama ini di mata masyarakat menyebut healing sebagai wisata. Perlu diketahui healing itu arti sebenarnya penyembuhan pada sesuatu atau psikis dan emosi seseorang. Bisa terjadi bagi siapa aja, bukan hanya OYPMK dan penyandang disabilitas.
Dona Swita, Executive Director Institut of Women Empowerment (IWE)
Latar belakang dibentuknya IWE, adalah Organisasi yang lahir tahun 2008 oleh para perempuan aktivis, akademisi, dan tidak hanya dari Indonesia. Awalnya dulu berkantor di Hongkong. Kemudian tahun 2016 kantor IWE pindah di Jakarta karena program-programnya bersentuhan dengan pemberdayaan perempuan yang ada di Indonesia.
IWE keanggotaanya bersifat pribadi, kebanyakan perempuan yang ada dalam organisasi AMANI, Solidaritas Perempuan, LBH APIK. Awalnya Visi misi IWE ingin mendorong kepemimpinan perempuan, untuk membuat perubahan dunia menjadi lebih baik untuk perempuan dan kelompok minoritas lainnya.
IWE juga memperhatikan disabilitas terkait kalangan minoritas. Tiga tahun terakhir mereka bekerja untuk perawatan diri bagi perempuan yang memperjuangkan pembela HAM dan perempuan pembela HAM. Teman-teman disabilitas merupakan bagian dari pembela HAM. Ada program cros bahwa kesejahteraan, perawatan diri adalah bagian dari keamanan. Yang dimaksud juga keamanan holistik, bukan hanya institusi tapi juga personalnya. Bagaimana mental dan psikis orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Program IWE saat ini dengan Komnas Perempuan, untuk proteksi intrapersonal lebih banyak bicara masalah perawatan diri bagi teman perempuan pemela HAM. Dalam hal ini secara luas termasuk kelompok minoritas juga. Saat ini IWE tiga tahun terakhir masih online, ikatan regional dan di base nya di Jakarta.
Ardiansyah, OYPMK dan Wakil Konsorsium Pelita Indonesia, Cerita Tentang Stigma Diri dan Bangkit Dari Luka Masa Lalu
Sebagai OYPMK yang pernah mengalami stigma diri karena penyakit kusta yang dideritanya. Saat awal mengalami sakit ini, dia belum menerima stigma diri. Justru saat itu dia enjoy berobat karena merahasiakan proses pengobatan kusta. Begitu akhir dari pengobatan lah dia mengalami reaksi berlebihan dari keluarga. Ardian harus membongkar dan menceritakan kepada semua keluarganya, termasuk orang tua tentang penyakit yang pernah dialaminya.
Bukannya mendapat dukungan, Ibunya malah memberikan respon negatif. Seperti memisahkan tempat makan, melarang tidur di sembarang tempat di dalam rumah. Hal ini yang bikin Ardian merasakan tekanan dan perlakuan yang buruk bagi dirinya.
Namun Ardian mencari jalan gimana caranya bisa bangkit dengan keluar dari lingkaran keluarga. Dia pun bertemu dengan teman-teman organisasi Permata, dan akhirnya bermitra dengan NLR yang memberikan penguatan kapasitas pada dirinya. Kemudian dia pun tahun 2018 fokus pada Gerakan Organisasi Kusta dan Disabilitas. Sebelum aktif di organisasi, Ardian pernah bekerja di konsultan perencenaan sesuai latar belakang pendidikannya. Di sini dia mulai bersosialisasi dengan orang baru karena bekerja di lapangan. Di sini lah Ardian mulai mengembalikan kepercayaan diri. Menurutnya, yang bisa mengubah ya dirinya sendiri.
Walaupun ada tekanan dari pihak keluarga, apapun yang dilakukan oleh orang tuanya. Bahkan Ardian sempat berkata, kalo masih ingin bertemu dengannya, keluarga harus berubah. Tidak boleh lagi melakukan hal seperti sebelumnya. Dari sini Ardian perlahan bisa keluar dari stigma diri dan merasa menjadi seorang manusia. Semua itu bisa terjadi karena dukungan dari teman-teman dan organisasi tempat dirinya aktif.
Healing Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas
Jadi sebenarnya healing adalah cara mengenali emosi dalam diri dan menemukan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
OYPMK biasanya tidak punya teman karena tidak percaya diri, hal ini yang membuat tekanan muncul dan muncul stigma diri. Mestinya OYPMK memiliki teman yang bisa atau mau mendengar curhatannya, merasa tidak sendiri, harus mendapat dukungan. Dan memang yang bersangkutan sendiri yang harus berani berubah. Jadi harus diawali dari diri sendiri sebelum bisa mendapat dukungan dari orang di sekelilingnya.
Kalo bicara tentang pemulihan
Dimensi Fisik, misalkan orang yang kurang istirahat dan memberikan stigma yang nggak bisa tidur akan berefek pada fisik.
Dimensi Psikis, bisa dibilang banyaknya stigma dan harus dibenahi
Dimensi Mental
Dimensi Relasi, antara dia dan keluarga, orang yang ada sekitarnya, lingkungannya
Dimensi Spiritual ini nggak melulu yang ada hubungannya dengan agama saja
Dari semua dimensi ini mana yang paling cukup untuk dirinya. Nah ada satu dimensi yang berkaitan, yang ada hubungannya dengan teknologi yaitu informasi harus yang benar. Padahal ada banyak informasi yang sangat mudah digunakan namun jarang dilihat. Mereka kebanyakan hanya melihat atau mencari dari media sosial. Sayangnya tidak mau menggunakan teknologi internet untuk mencari informasi yang benar di Google dan Youtube. Pilih informasi dari sumber berita yang kredibel.
Healing bisa dilakukan dengan teknologi. Namun untuk OYPMK karena tingkat pendidikannya setingkat SMA dan kadang gaptek dengan teknologi. Ada banyak cara sebenarnya untuk healing yaitu proses menulis. Kalo khawatir diketahui orang lain kita bisa menulis untuk menumpahkan rasa atau beban yang ada pada diri.
Ardiansyah dengan kondisi yang pernah dialaminya justru bisa bermanfaat untuk orang yang tengah berobat. Hal ini bisa diketahui oleh keluarganya dan teman-temannya, kalo dia masih bisa berdaya untuk sesama. Salah satu yang dilakukan oleh Ardiansyah agar keluarga bisa menerimanya, dengan mengembangkan diri dan menunjukkan kalo dia mampu bekerja.
Konsep Healing Yang Sederhana
Kalo selama ini orang lebih mengenal healing adalah potongan video atau foto-foto sedang wisata. Yang butuh duit banyak, dan tidak semua orang bisa melakukan hal ini. Namun ini salah, sahabat.
Healing itu bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa harus berbayar. Dalam konsep tersebut ada nilai, tidak diskriminatif, tidak menghakimi, dan bisa melepaskan. Sebenarnya ada basis awal untuk melakukan healing, seperti meditasi, journaling, yang bisa dipilih mana yang paling nyaman untuk dilakukan oleh OYPMK.
Stigma yang bisa diubah dan diceritakan pada publik, bahwa OYPMK itu bisa berdaya dan tidak butuh sumbangan dana. Karena mereka bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat.
Harapannya OYPMK harus menerima diri kalo punya sakit. Dengan berdamai pada diri sendiri ini agar bisa melangkah ke depan. Tentunya juga harus berpkir positif, bahwa ini bukan akhir segalanya. Kalo untuk keluarga terdekat, jangan sekalipun memberikan tekanan agar mereka bisa enjoy untuk berobat.
Wah nggak terasa loh bincang topik chilling - healing ini udah satu jam berlalu. Semoga informasi yang saya bagikan bermanfaat. Wassalamualaikum.
Assalamualaikum Sahabat. Bulan Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pemuda Internasional atau International Youth Day (IYD). Tepatnya sejak tanggal 12 Agustus 2000, PBB menetapkan sebagai International Youth Day. Hal ini dimaksudkan agar menjadi kesempatan bagi pemerintah dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan tentang isu-isu pemuda di seluruh dunia.
Dengan alasan ini pula Ruang Publik KBR bekerja sama dengan NLR Indonesia mengadakan talk show dengan tema : Yang Muda Yang Progresif, Untuk Indonesia Inklusif.
Host Talk show Ruang Publik KBR, Ines Nirmala menjelaskan, menurut data ada sebanyak 21.84 juta atau 8.26 persen penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas.
Nah pada kenyataannya, penyandang disabilitas -termasuk orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) sebagai bagian dari kelompok disabilitas- masih menghadapi kesulitan dalam upaya pemenuhan hak mereka. Hal ini dikarenakan stigma dan hambatan dalam mengakses layanan umum dan layanan dasar.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, kelompok orang muda usia 18-24 tahun dengan disabilitas (18-24 tahun) merupakan populasi disabilitas terbesar ketiga setelah kelompok usia lansia dan dewasa akhir. Mereka dapat dipandang sebagai peluang dalam mewujudkan Indonesia yang Inklusif, serta tidak sedikit inovasi dan perubahan yang digagas oleh orang muda dengan disabilitas dan OYPMK.
Bagaimana Menciptakan Masyarakat Yang Inklusif?
Mbak Ines menjelaskan bahwa bincang di Ruang Publik KBR ini juga disimak di 100 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua, dan 104.2 MSTri FM Jakarta. KBR menggandeng narasumber Widya Prasetyanti, Program Development & Quality Manager, NLR Indonesia dan Agustina Ciptarahayu, Founder & CEO PT. Botanina Hijau Indonesia.
Bersama Ibu-Ibu Doyan Nulis juga yang hadir, Mba Ines juga mengajak teman-teman disabilitas dan OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) untuk turut menyimak dan memberikan komentar dalam talk show kali ini.
Widya Prasetyanti, Program Development & Quality Manager NLR Indonesia
NLR adalah organisasi non pemerintah yang didirikan di Belanda pada tahun 1967 untuk menanggulangi kusta dan konsekwensinya di seluruh dunia. Langkah yang ditempuh adalah dengan menggunakan pendekatan tiga zero. Yaitu zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas), dan zero exclusion (nihil eksklusi).
Di Indonesia NLR mulai bekerja tahun 1975 bersama pemerintah. Namun sejak tahun 2018, NLR memilih menjadi entitas nasional. Tujuannya agar bisa lebih spesifik bekerja di setor kesehatan dengan efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta. NLR memiliki slogan : Hingga kita bebas dari kusta.
Visi NLR
- Dunia yang bebas dari kusta dan konsekuensinya;
- Semua orang Indonesia, terutama OYPMK atau orang dengan disabilitas, menikmati hak-hak mereka di tengah masyarakat inklusif tanpa stigma dan diskriminasi.
Misi NLR :
Kami mencegah, mendeteksi dan menangani kusta dan mendukung kesehatan, kemandirian dan inklusi penuh bagi OYPMK di dalam masyarakat dengan :
- Memperkuat petugas kesehatan, organisasi penyandang disabilitas dan komunitas orang dengan disabilitas.
- Mengedukasi masyarakat tentang kusta dan disabilitas.
Apa Kepanjangan OYPMK:
OYPMK adalah singkatan dari Orang Yang Pernah Mengalami Kusta. Artinya di sini mereka dulunya pernah menderita kusta namun sudah dinyatakan sembuh dari penyakitnya.
Kusta adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf. Gejala kusta biasanya ditandai dengan munculnya bintik putih di kulit. Bintik yang seperti panu ini rasanya nggak gatal. Penyakit kusta bisa disembuhkan dengan konsumsi obat dan terapi.
NLR memprioritaskan beberapa program untuk kelompok pemuda. Di antaranya adalah :
- Program untuk hak ketenagakerjaan formal maupun kewirausahaan untuk kaum inklusif. Kemudian ada porgram untuk anak dan remaja disabilitas dan kusta, dalam aspek kuncu tumbuh kembang mereka.
- Program pendampingan bagi anak-anak down syndrome, anak-anak dan remaja OYPMK dengan melakukan pendampingan untuk topik khusus kesehatan seksual dan repodruksi.
- Program pemagangan inklusif, bagi kaum disabilitas dan kusta untuk magang di kantor NLR dan organisasi mitra di wilayah di seluruh Indonesia.
- Program Konseling secara khusus untuk teman-teman OYPMK menjadi pendamping untuk teman-temannya sebagai konselor.
- Program Suara Untuk Kusta, menyasar orang muda, warganet, ke kampus untuk penyadaran tentang kusta.
Populasi orang muda dari penduduk Indonesia, dari 270 juta, adalah gen Z usia 9-20 tahun ada 28% atau 75 jutaan. Sementara di bawah usia 9 tahun kelak bisa menjadi orang muda ada 38,8%. Bayangkan lebih dari 104 juta penduduk di Indonesia dalah orang muda.
Penyandang disabilitas juga sama, ada 3,3% yang berusia 5-17tahun. Kalo ditambah usia 18-24 tahun ada 21,1%. Atau total 24% dari penyandang disabilitas adalah usia 5-24 tahun ada 5 juta.
Ada sumbangan kasus baru setiap tahunnya atau 16 ribu yang 11% adalah usia 15 tahun ke bawah. Terbayang nggak sih ada sekitar 1700 anak dengan penderita kusta ditemukan setiap tahun.
Setelah melihat angka ini, jadi wajar yaa mengapa NLR peduli dengan kaum muda, terutama penyandang disabilitas.
Faktanya stigma pada kaum disabilitas dan kusta itu menjadi penghambat terbesar, baik itu dari diri sendiri, masyarakat luar. Dan itu berdampak diskriminasi dalam berbagai aspek. Termasuk dalam penerimaan kerja karena melihat kekurangan calon pekerja bukan melihat dari kemampuan bekerjanya. Ini lah yang menghambat ruang gerak bagi kaum disabilitas dan kusta.
Yang dilakukan oleh NLR, melalui mitra di wilayah baik dengan dinkes, puskesman, rumah sakit maupun organisasi di wilayah bisa berbeda. Semua disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing.
NLR Indonesia bekerja untuk :
- Mengidentitfikasi penemuan kasus,
- Penanganan Kusta,
-Pendampingan hingga mereka bisa beraktualisasi diri,
- Menerima dirinya dengan kondisinya,
- Membuka diri agar bisa beraktualisasi di manapun berada.
Ini yang disebut pendekatan twin trek atau jalur ganda. Jadi ada pendampingan aspek individunya tetap harus dilakukan. Dalam hal ini kebutuhan kesehatan maupun pengarus utamanya dengan lingkungannya, dengan masyarakat, keluarga, teman-temannya. Jadi tidak bisa dikerjakan satu persatu, karena yang menjadi perhatian adalah manusia dengan seluruh aspek harus dikerjakan bareng, karena saling terkait.
Pelatihan untuk OYPMK, setiap tahun ada periode untuk pemagangan bagi teman disabilitas (dan kusta) ada info ke masyarakat. Ada seleksi dari profil yang masuk, ada assessment juga. Dan awal perekrutan tentu juga melakukan program yang sesuai untuk masing-masing peserta sesuai minat.
Ada 13 propinsi dengan 34 kabupaten/kota keberadaan mitra yang memiliki kegiatan di wilayah. Tentu berbeda dengan kegiatan di kantor pusat. Untuk training formal tidak ada setiap saat sesuai program yang dibutuhkan. Tetapi melalui program baik untuk penguatan kapasitas diri atau untuk self stigma, termasuk juga konseling untuk kegiatan. Juga bila ada kaitan dengan ketenagakerjaan adalah mempersiapkan peserta dengan soft skill siap bekerja di manapun berada.
Untuk tahun ini pemagangan tertunda dengan adanya PPKM. Jadi nanti akan diinfokan kembali pada kaum disabilitas dan OYPMK bila pemagangan sudah mulai berjalan lagi.
NLR Indonesia juga pernah bekerja sama dengan warga kampus dalam program Suka Suara untuk Kusta. Ada roadshow ke kampus untuk penyadaran masyarakat kampus tentang kusta.
Di sana NLR membuka peluang dengan warga kampus yang berminat menjadi volunter. Terutama dengan kampus yang berbasis kesehatan pasti nya akan jauh menjadi kerjasama yang menarik. Warga kampus bisa mengajukan diri untuk kerjasama dengan menuliskan di chat room channel YouTube ini. Atau bisa juga cek di sosial media NLR Indonesia.
Agustina Ciptarahayu, Founder & CEO PT. Botanina Hijau Indonesia
Menurut Mba Tina, sekarang ini bidang kerja makin tak terbatas namun lebih pada inovasi. Sehingga Botanina justru melahirkan kerjasama berdasarkan skill yang dimiliki masing-masing.
PT Botanina menganggap konsep inklusif ini merupakan konsep yang wajar. Semua orang bisa berpartisipasi di dunia usaha, sepanjang bisa berkarya setiap orang bisa mengikuti pola kerjasama sesuai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Botanina selama ini udah melakukan kerjasama dengan disabilitas dengan kelebihan penciuman yang sangat tajam. Dalam pandangan Mba Tina, Tuhan itu adil dengan memberi kekurangan namun memiliki kelebihan indera penciuman. Dan dia ini adalah tangan kanan Botanina yang memiliki keterbatasan low vision.
Dan sekarang lagi musim saling memberikan merchandise. Seperti produk merchandise dari Jepang yang membutuhkan ketelitian karena nampak rumit namun unik. Nah untuk mengerjakan merchandise atau gift dengan unik gitu, dibutuhkan orang yang bisa fokus. Dan ternyata justru orang autis yang bisa bekerja dengan hasil karya yang istimewa. Tentu karena kelebihannya saat berkarya itu lebih fokus dan teliti.
PT. Botanina didirikan 7 tahun yang lalu dengan produk healt & beauty. Yaitu produk kesehatan, personal care, untuk anak-anak dan bayi, dan untuk imun. Untuk menciptakan produk seperti itu, salah satu skill yang dibutuhkan adalah menciptakan aroma.
Untuk bisa menciptakan produk tersebut harus bisa menciptakan aroma yang menyenangkan, seperti relaksasi atau menyegarkan. Karena bahan bakunya natural yang alami. Namun bahan alami itu resikonya ada perubahan wangi saat proses produksi dari base 1 hingga berikutnya. Jadi memang indera penciuman yang tajam dibutuhkan di sini.
Pertanyaan diajukan oleh pendengar yang gabung :
- Rafi, Bandung
Bagaimana perusahaan menyediakan apakah ada fasilitas khusus untuk mempekerjakan orang disabilitas?
Jawaban :
Tina : PT Botanina menyediakan pola kerjasama dengan pekerjaan full time, part time, dan freelance. Selama ini pengalaman perusahaan dengan disabilitas yang low vision, tuli, dan disabilitas yang ringan. Jadi penyesuaian lebih pada detil yang tidak terpikir. Misal lampu harus seterang apa, tulisan harus dengan font sebesar apa.
Widya : Harus dilihat kondisinya seperti apa bagi penderita kusta yang bekerja. Kalo pekerjaan yang terlalu capai, bisa mengalami stres memunculkan kulit kemerahan. Ini yang harus dipahami, dari sisi jam kerja, tempat kerja, dan ada orang dengan kusta ini yang udah kehilangan indera peraba. Harus dijauhkan dari pekerjaan dengan peralatan benda tajam seperti pisau. Namun untuk hubungan sosial nggak ada bedanya, seperti makan siang bareng, nongkrong bareng.
Cerita Gaby, OYPMK Orang muda dari NTT
Gaby mengikuti pengobatan dan terapi karena pernah mengalami lumpuh ringan. Sehingga dia harus mengonsumsi obat dan terapi. Gaby kenal organisasi NLR Indonesia. Dia jadi tahu bahwa kusta bukan penyakit menular. Sehingga dia ingin mengenalkan kaum muda bahwa penyakti kusta ini menyerang bagian sistem syaraf kita sehingga membuat kondisi tertentu menjadi mati rasa atau lain sebagainya.
Ketika mengalami lumpuh kegiatan menjadi terhalang, tidak bisa berjalan sehingga sulit untuk membantu diri sendiri. Sehingga Gaby harus membutuhkan bantua orang lain untuk beraktivitas. Namun setelah mengikuti terapi di yayasan sosial Ibu Alfrida, dia bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa meski masih harus tetap ikut terapi.
Gaby merasa bersyukur udah berkenalan dengan NLR karena membuka matanya bahwa kusta tidak menghambat langkahnya. Meski sebelumnya dia sempat putus asa namun kemudian semangatnya muncul karena pendampingan dari yayasan sosial. Gaby mulai belajar menenun, setidaknya dengan menggunakan tangan.
Keren ya, semangat untuk Gaby dan semua teman-teman OYPMK yang udah bangkit dan tetap berkarya sesuai kemampuan masing-masing.
Pesan dari PT. Botanina, berdasarkan dari pengalaman Mbak Tina, banyak sekali kategorinya dari ringan sampai berat. Setiap perusahaan punya peluang tinggal disesuaikan dengan kapasitas masing-masing. Ada beberapa skill yang dibutuhkan dan dimiliki oleh kaum disabilitas.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Mbak Tina bahwa ada gap informasi tentang kebutuhan tenaga kerja kaum disabilitas. Alangkah baiknya perusahaan bisa ikut komunitas atau mengetahui info yang lengkap untuk mencari calon pekerja disabilitas dengan kualitas yang dibutuhkan.
Sementara dari Mbak Widya, bagi perusahaan yang membutuhkan info profil kaum disabilitas, NLR bisa mendampingi pelaku usaha.
NLR terbuka apabila ada pelaku usaha yang mencari profil disabilitas yang memang menjadi kebutuhannya. Mereka bisa menghubungkan pelaku usaha dengan kaum disabilitas. Dalam persiapan untuk mendampingi OYPMK juga bisa dilakukan. Pendampingan ini dilakukan untuk kaum disabilitas / OYPMK memasuki dunia kerja.
Bagi kalian yang belum sempat nonton talk show kemarin, bisa cek live streaming via website kbr.id dan youtube Berita KBR.
Semoga talk show ini bisa membuka ruang yang lebih luas lagi untuk orang-orang yang pernah mengalami kusta dan juga kaum disabilitas. Semoga juga bisa mewujudkan Indonesia Yang Inklusif. Wassalamualaikum.
Saya Hidayah Sulistyowati, Content Writer blog www.hidayah-art.com dengan niche Lifestyle. Saya penyuka jalan-jalan dan kulineran.
Mau tahu saya lebih jauh, klik info ini. Contact : wati.artanto@gmail.com.