Perjalanan Spiritual Perempuan Usia Senja - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Rabu, 11 Januari 2023

Perjalanan Spiritual Perempuan Usia Senja

Assalammualaikum Sahabat. Judul artikelnya apakah bikin kening mengernyit? Misalkan jawabannya iya, nggak perlu berlama-lama ya sob. Karena memang pemilik blog ini mulai memasuki usia senja. Bilangan angka kembar akan menyambut si pemilik blog tahun ini, tepatnya pertengahan tahun pada usia 55 tahun. Masya Allah, semoga masih diberikan kesehatan agar tetap bisa  terus mengisi blog dengan cerita pengalaman penulis.

    
Perempuan usia senja

Menilik  54 tahun yang sudah dijalanin, terasa begitu banyaknya cerita terukir dalam perjalanan hidup saya. Lulus kuliah jeda 3 bulan langsung bekerja di salah satu perusahaan distributor barang impor. 

Dan saya bisa bisanya krasan hingga 25 tahun menjadi kuli. Yaa gimana, tiap 5 tahun udah ngajuin resign, selalu ditolak. Bahkan jelang berangkat haji (tahun 2014), minta resign agar tidak mengganggu pekerjaan karena posisi saya memang di divisi yang paling sibuk dan otaknya perusahaan. Tapi tetep aja nggak diijinkan. 

Malah dirayu, saya boleh cuti sesuai kebutuhan ibadah dan istirahat. Serta perusahaan bakal tetap memberikan gaji utuh plus uang saku berangkat haji, masya Allah.

Akhirnya bisa resign tahun 2015 dengan alasan ingin ngebantu suami. Bos besar luluh karena saya maju dengan wajah memelas, hihiii. Yesss akhirnya saya beneran jadi IRT fulltime, alhamdulillah senangnyaaa kala itu. Hingga hari ini pun saya bahagia dengan pilihan resign karena banyak banget pengalaman yang bisa dinikmati ketika menjadi IRT full time.

Mengisi Jiwa Dengan Perbanyak Silaturahmi

Alasan saya resign selain ingin bantuin pak suami, juga ingin bebas jalan-jalan tanpa harus mengajukan cuti ke tempat kerja. Plus ingin lebih banyakin belajar spiritualitas, mengisi jiwa, dan silaturahmi ke teman, kerabat, dan mantan tetangga yang udah pindah kota. Ini memang hobi saya dan suami semenjak tahun 2010.

Ngomongin spiritualitas, sebenarnya apa yang ingin saya pelajari? Bukankah spiritualitas itu tentang keyakinan?! Udah setua ini kok masih mau belajar spiritualitas?

Kalo dari Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) arti spiritual adalah yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan atau rohani. Jadi kalo belajar spiritualitas artinya perjalanan kita untuk mengenal diri sendiri. Bukan lantas saya belum mengenal diri sendiri saat memutuskan ingin belajar spiritualitas. Namun saya ingin bertambahnya usia adalah saat tepat untuk mengingatkan diri tentang batasan usia yang tinggal sedikit. Mengingat kematian lebih dekat meski tak dipungkiri usia muda pun bisa saja dipanggil lebih dulu. 

Sejak usia belasan tahun saya sebenarnya pernah berpikir tentang hari setelah kematian. Meski belajar tentang agama sejak usia dini dan berlanjut sekolah dasar di yayasan pendidikan islam, tapi keingintahuan tentang hari akhir masih menjadi pertanyaan terbesar dalam benak saya. Pertanyaan yang akhirnya menjadi sebuah pemikiran bahwa hidup di dunia itu adalah serangkaian mengumpulkan bekal untuk hidup di akhirat.

Pemikiran yang akhirnya menjadi sebuah kesadaran spiritual saat saya yang kala itu berusia 32 tahun, ada pada fase istri dan ibu dua anak laki-laki. Fase yang membuka pikiran saya tentang kesabaran itu tiada batas, keikhlasan yang hakiki, dan penerimaan diri.

Menerima diri dengan segala kekurangan dan kelebihan, mencintai diri apa adanya. Fase penerimaan diri ini yang menjadikan saya sebagai perempuan dengan kesadaran penuh tentang arti diri. Saya tidak lagi berambisi pada urusan duniawi, lebih bisa menerima batas kemampuan diri. Kesadaran diri yang makin bertumbuh hingga dua tahunan kemudian menjadi ingin hidup minimalis. 

Hidup minimalis ala saya adalah tentang cara memandang sebuah kehidupan. Tidak lagi berambisi dengan gaya hidup memiliki kebendaan, meminimalisir pengeluaran yang tidak penting. Yang akhirnya bisa meminimalkan sampah karena tidak belanja di luar kebutuhan.

Bersama teman kuliah
Teman alumni kampus satu jurusan


Teman SMP 10 Semarang
Bersama teman SMP yang sering
Jalan bareng ke satu tempat wisata atau kuliner


Saya merasa makin usia berkurang, pertemanan juga menyusut jumlahnya. Saya kembali berteman dengan teman semasa sekolah dan kuliah. Meski pertemuan kami tidak selalu direncanakan, namun sesekali kami bertemu. Ngobrol ringan sambil hahahihi yang bikin jiwa terisi penuh. Menghangatkan jiwa tiap kali pertemuan kami, hingga rasanya selalu terselip rindu ketika ada rencana untuk bertemu lagi.

Meyakini Ujian Hidup Adalah Tempaan Kesabaran

Perjalanan spiritual bagi setiap orang tidak sama. Saya bahkan sejak muda sudah menemukan masalah kehidupan. Terlahir di sebuah keluarga sederhana yang sebelumnya berada pada tingkat ekonomi cukup. Tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan. Namun ketika bapak saya kecelakaan, menyebabkan penghasilan utama keluarga hilang. Profesi bapak yang bukan pegawai, dengan tidak bekerja tentu tak ada pemasukan keuangan.

Ibu menjadi perempuan yang akhirnya bekerja dan bertanggung jawab sebagai pencari nafkah tunggal. Ketrampilan menjahit menjadi sumber penghasilan utama. Alhamduillah dari sini ibu bisa menyekolahkan saya dan adik-adik hingga lulus kuliah.Cuma adik kedua yang tidak kuliah karena kasihan melihat ibu yang harus bekerja sendiri. 

Alhamdulillah saya bekerja dengan niat ingin membantu orang tua, menyekolahkan adik bungsu. Kemudian bisa bantuin bapak membeli rumah yang hingga sekarang menjadi tempat tinggal orang tua dan adik bungsu. Saya meyakini rejeki saya dan suami juga rejeki keluarga besar, tetangga, dan teman kami. 

Menikah dan berkeluarga adalah prioritas saya dan suami. Kemudian kami merencanakan juga beribadah haji, pengennya pada usia 40an tahun. Alhamdulillah meski bukan berharta yang melimpah, kami diundang Allah azza wa jalla beribadah tahun 2014. Rejeki yang kami yakini karena kasih sayangNYA, doa orang tua kami, saudara, tetangga, dan teman kami. Hingga tiada hambatan melalui semua ibadah dan perjalanan menuju jazirah Arab.

Meski sebenarnya menjelang ibadah haji, banyak musibah yang kami alami. Namun saya dan suami memang nggak pernah menganggap musibah sebagai kesedihan. Alhamdulillah selalu ada jalan keluar termudah berkat campur tangan Allah yang Maha Menyembuhkan. 

Orang di luar lingkaran keluarga hanya mengenal kami pemilik rekening tabungan yang gendut, masya Allah ini menjadi doa mereka untuk kami. Yaa karena kami nggak pernah mengeluh, wajah selalu tertawa bahagia tiada beban hidup. Bukannya kami jaim tapi memang kami tak ada alasan untuk bersedih gundah gulana.

Tiga tahun sebelum berangkat haji merupakan titik balik kesadaran bahwa barang duniawi tak lagi menyilaukan mata. Saya udah nggak pernah beli barang karena diskonan, promo, ataupun keinginan. Saya beli barang ya karena sedang butuh atau yang dipakai ternyata harus diganti. Seperti sepatu, hand phone, tas atau apapun yang rusak dan butuh yang baru. Bukan beli karena gengsi, karena ada model terbaru diluncurkan.

Saat itu saya dan suami udah menyiapkan kematian dengan memperbanyak silaturahmi dan meminta maaf tiap kali bertemu kerabat atau sahabat. Menghamburkan doa untuk mereka juga. 

Jadi ketika akan bersiap berangkat haji, anak-anak saya yang keduanya laki-laki, sudah diberikan tanggung jawab dan informasi berupa harta kami yang ada. Ada resiko saat kami berdua ayah ibunya menunaikan ibadah haji. Jadi mereka kami persiapkan dengan tanggung jawab bila ajal kami tiba di tanah suci. 

Haji di Mekah

Alhamdulillah kami berdua berangkat dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga dalam keadaan sehat. Batuk dan demam yang dialami suami sepulang haji, ibarat oleh-oleh dari tanah suci. 

Begitu lah perjalanan tentang spiritualitas saya, perempuan yang mendekati usia senja. Menanti panggilanNYA, hanya bisa saya isi dengan kegiatan yang bisa memberikan manfaat bagi lebih banyak orang. Semoga sahabat berkenan dengan curhatan saya kali ini. Wassalamualaikum. 

22 komentar:

  1. MasyaAllah, tetap aktif dan produktif di usia senja, ya, Mbak. Di usia ini memang waktunya mewujudkan keinginan kecil dan meluangkan waktu bersama orang terdekat. Di mana hidup jadi terasa lebih indah, tapi masyaAllah sudah melakukan haji. Terima kasih sharinnya!

    BalasHapus
  2. Masyaallah. Bahagianya sudah menemukan ketenangan jiwa dengan tidak terlalu pusing masalah duniawi, ya.

    BalasHapus
  3. masya Allah mba, aku ikut terlarut dalam ceritanya nih, semoga Allah berikan ridho kepadaku dan suami serta keluarga untuk bisa beribadahhaji di tanah suci Makkah.

    BalasHapus
  4. akan selalu ada moment untuk memikirkan semuanya, sayapun begitu mulai berpikir tentang hubungan saya dengan pencipta, saya dengan manusia, alam dan akhirat, dan setiap perjalanan spiritual memiliki makna

    BalasHapus
  5. Masya Allah Mbak Wati dah hampir angka kembar usianya, masih muda terlihat dan semangatnya tuh warbiayasa..jadi panutanku beneran nih.
    Senangnya membaca pengalamannya Mbak, banyak mengingatkan aku nih betapa usia makin matang perjalanan spiritual kita pun bisa banget berkembang, Thanks

    BalasHapus
  6. Luar biasa mbak, kisah yang bisa dijadikan teladan bagi anak-anak muda nih. Spiritualitas memang bukan melulu soal ibadah ritual ya, tapi bagaimana membahagiakan jiwa, memenuhi kebutuhannya

    BalasHapus
  7. Setiap kejadian terlihat seperti tidak tidak ada jalan keluar tapi kalau yakin pasti bisa melalui bersama akan berakhir indah

    BalasHapus
  8. MasyaAllah.. Alhamdulillah mau Haji malah dikasih uang saku.. Keberkahan yang betul dirasakan ya mbak..

    Saya merasa makin usia berkurang, pertemanan juga menyusut jumlahnya.. Ini bener banget, udah kerasa di awal 30an nih, ihihi

    BalasHapus
  9. Sebuah perjalanan spiritual yang InsyaAllah akan menambah pengalaman dan bekal di akhirat ya mba. Rindu sekali melakukan ibadah haji ya mba. Smoga Allah ijinkan.

    BalasHapus
  10. Masyaallah mbak wati di usia segitu masih sangat produkrif itu keren bgt lho tp setuju banget mbak semakin umur nambah jd ga banyak keinginan pwrtemanan juga makin menyusut. Doakan aku ya mbak bisa berangkat haji di usia muda kaya mbak wati dan babe

    BalasHapus
  11. Mbaaaaa dikau inspiratif tenaannn.

    Itu gimana critanya pak boss bolak/i nolak pengajuan resign, pasti dikau aset yg sangaatt berharga utk perusahaan.

    Keren maksimal, barokAllah mbaaaa

    BalasHapus
  12. Masya Allah tabarakallah tetap aktif produktif menulis blog diusia senja semoga di beri sisa usia yg penuh berkah manfaat ya bunn

    BalasHapus
  13. Suka baca story-nya Bu Wati (eh panggil Mbak Wati aja ah, biar tetap terasa semangat mudanya hehe). Terasa adem dan terberkati baca tulisan ini meski kita beda keyakinan. Lagipula, spiritualitas kan beyond religion ya..maksudnya, tidak terkotak-kotaknya oleh label agama/kepercayaan apapun. Semoga Mbak Wati dan keluarga semakin berlimpah berkah dan juga semakin menjadi berkah bagi orang lain dan sekitar.

    BalasHapus
  14. Salut, mbak, sampai sekarang produktif menulis.
    terima kasih berbagi cerita perjalanan hidup, khususnya spiritual, kepada junior seperti saya, hehe.
    di usia 30-an ini pun aku merasa makin selektif dalam berteman, makin kecil lingkaran, yang utama temanku ya suami.

    BalasHapus
  15. Alhamdulillah Mbak beruntung, usia senja dan bisa tetap fokus ibadah serta ngembangin diri. Soal pertemanan, aku usia segini udah gak banyak teman. Kadang butuh biar rame, tapi kayanya yang segini udah cukup

    BalasHapus
  16. Masya Allah Mba Wati, mendekati usia 55 tahun tapi tetap produktif dan menginspirasi.

    Alhamdulillah sudah berangkat haji. Semoga ada kesempatan lain untuk ibadah di tanah suci. Dan kami yg belum bisa ke sana juga bisa segera ibadah haji.

    Tentang resign dari kerja. Ya, kadang-kadang itu sih. Syaa juga sedang mengalaminya. Pernah mengajuka resign malah gsji ditambah. 🤣🤣🤣

    BalasHapus
  17. Masya Allah keren banget mbak kebiasaan silaturahminya menambah pahala dan rasanya bahagia kalau ketemu teman lama ya..sehat selalu ya Mba dan Pak Sugeng..aamiin..

    BalasHapus
  18. Masya Allah Mbk, aku termotivasi dengan gaya hidup dan pikiran Mbk, menjadikan aku yang lebih muda ini banyak bersyukur dan ingin banyak berbuat lebih banyak agar bermanfaat bagi orang banyak dan bisa naik haji juga.

    BalasHapus
  19. MasyaAllah mbak ..senang banget baca motivasinya. Meskipun diusia yang ga muda lagi tetap semangat dan produktif menebar inspirasi

    Tulisan ini juga jadi pebgingat untukku selalu berbuat baik, karena namanya maut ga mengenal usia

    BalasHapus
  20. MashaAllah~
    Barakallahu fiik, kak.. senang sekali mendapatkan pembelajaran dari hidup. Memang perjalanan hidup itu hanya sementara dan semakin terasa ketika sudah memasuki usia mature. Semoga masih diberi kemudahan dan kesempatan untuk senantiasa muhasabah dan berbuat kebaikan terhadap sesama.

    BalasHapus
  21. Setuju sekali mba, semakin tua pertemanan semakin kecil. Bahkan sekarang rasanya teman dekatku hanya suami dan anak anak saja. Tapi ingin punya teman yang sefrekuensi lagi terlebih dari hobi sih mba jadi lebih semangat aja punya teman yang punya hobi sama

    BalasHapus
  22. Masya Alloh Tabarokalloh. Saya merinding baca tulisan di atas. Saya mulai merasakan juga, pertemanan mulai mengecil, mulai mengejar ketenangan hidup, nggak melulu perbendaan.

    BalasHapus