Desa Wisata Yang Komplit di Desa Sukarara Lombok - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Minggu, 05 Juli 2020

Desa Wisata Yang Komplit di Desa Sukarara Lombok

Desa Wisata Yang Komplit di Desa Sukarara Lombok   


Wisata Komplit di Desa Sukarara Lombok

Assalamualaikum Sahabat. Hari pertama tiba di Lombok itu dinihari banget, udah ngantuk pula. Alhamdulillah saya dan mba Tanti memutuskan untuk naik ojek online aja yang kebetulan udah banyak nungguin pesawat landing di Bandara Internasional Lombok (BIL).

Senangnya bertemu driver ojek online yang ramah dan mengenalkan sekilas Lombok sepanjang perjalanan menuju hotel.

Setiba di hotel kami sudah ditunggu oleh pegawainya yang bantuin membawa koper milik saya dan mba Tanti. Setelah check in dan menerima kunci, kami diantar menuju kamar. Dekat sih lantai satu dan bersyukur karena mata udah ngantuk banget.

Setelah membersihkan diri, saya dan Mba Tanti memilih segera tidur. Karena pagi harinya kami akan memulai penjelajahan di Lombok.

Pesan Sarapan Untuk Modal Jalan

Karena saya pesan kamar hotel tanpa sarapan, pagi itu kami pun menuju ke resto hotel yang letaknya di bagian depan. Ada kursi dengan meja yang juga menjadi tempat sarapan mereka yang udah booking include kamar. Saya nyesel deh kenapa nggak memilih booking kamar yang termasuk sarapan.

Tapi karena nggak dapat sarapan, kami bisa bebas memilih menu pagi itu. Saya dan mba Tanti memilih gado-gado. Saya pikir karena terbiasa makan buah untuk sarapan, menu gado-gado cukup sesuai dibanding makan nasi.


Cukup lama juga penyajian menu pesanan kami. Saya pikir kalo memilih gado-gado pasti cepet gitu. Olala saya salah dong.

Ada tiga puluh menit kami menanti, sampai sempat foto area resto dan sekitarnya. Ketika sarapan disajikan, saya kaget karena porsinya besar. 

Saya tertawa, mengapa dari kemarin kami selalu bertemu makanan dengan porsi besar ya?

Gado-gado ala resto dari hotel di Lombok yang kami pilih, ada sayuran yang ditata rapi. Cuma sayangnya ukurannya masih tergolong besar, jadi kami agak susah juga waktu akan menikmatinya. Akhirnya saya potong dulu agar bisa sekali santap, wkwkwkk.


Sambelnya disajikan dalam mangkuk terpisah. Beruntung nih mbak Tanti nggak menuangkannya ke atas sayuran. Karena ternyata rasanya puwedesss pwolll. Rasa sambel kacangnya juga jadi nggak bisa dirasakan dengan khusyuk karena kalo pedesnya kebangeten, hilang juga rasa nikmatnya. Gurihnya kurang, manisnya apalagi, yang tercecap di lidah hanya pedes, hihiihii. 

Jadi kalo kalian menginap di hotel ini dan tidak suka pedas, saya sarankan mending pilih masakan lain deh. 

Selesai sarapan kami kembali ke kamar dan mengambil koper untuk check out. Seperti yang saya tuliskan dalam artikel sebelumnya, kami berdua menggunakan travel tour. Maksudnya agar penjelajahan di Lombok bisa berjalan lancar dan bisa sesuai itinerary. Karena kami memang sama-sama gak punya pengalaman dolan ke Lombok sebelumnya. 

Baca yuk artikelnya : Hari Pertama Trip Lombok 4D3N 

Destinasi Wisata Desa Sukarara

Ternyata driver yang dipilihkan oleh Paket Tour Lombok, Holid udah nungguin di mobil. Kami pun bergegas masuk ke dalam mobil. Setelah basa basi berkenalan, mobil pun meluncur menuju desa wisata di Lombok Tengah, yaitu Desa Sukarara.
  
Jarak menuju Desa Sukarara kalo dari Bandara Internasional Lombok sebenarnya malah dekat. Jadi kami memang mengikuti jalur menuju bandara. 

Desa Sukarara dikenal sebagai salah satu Desa Wisa Tenun. Sebagian besar warga di desa ini mengerjakan tenun sebagai kegiatan harian mereka. Sahabat bisa menyaksikan aktivitas warga yang menenun di rumah masing-masing. Oiya ada tradisi unik yaitu anak gadis setempat baru boleh menikah bila telah bisa menenun sendiri. 

Berkunjung ke Pusat Kerajinan Tenun PATUH Desa Sukarara


Pagi itu Holid mengajak kami berkunjung ke salah satu rumah yang menjadi koperasi atau semacam art shop gitu. Semula saya mengira kami akan diajak wisata belanja. Ternyata bukan itu aja!

PATUH adalah pusat kerajinan tenun yang menampung hasil tenun milik warga Desa Sukarara. Di sini kami diajak menyaksikan seorang ibu yang tengah menenun. Selain itu apalagi kegiatan kami selama di Desa Sukarara? 

Aku kasih tips buat kalian yang ingin mengisi kegiatan selama di Desa Sukarara :

- Melihat dan Ikut Belajar Menenun   

Begitu turun dari mobil, kami disambut oleh seorang anak muda yang mengenalkan dirinya sebagai guide kami. Dan namanya ternyata udah lupa, tuh, wkwkwkk. Maaf yaaa.

Saya menatap bangunan yang bentuknya seperti artshop gitu. Ada tulisan besar di bagian fasad atas bangunannya. 


Kemudian nampak ada barang khas Lombok yang dipajang di etalase. Yang bikin saya tertarik justru seorang ibu yang duduk di salah satu panggung di teras bangunan, dan tengah menenun. Wahhh, seru nih kunjungan pertama kami.

Saya dan mba Tanti berjalan mendekat ke ibu yang tengah menenun, dan...

Menyaksikan Warga Lombok Menenun

Tangan ibu yang cekatan memasukkan benang di antara motif yang udah separo jadi. Warna warna yang memikat mata menjadi piihan si ibu hari itu saat kami berkunjung kesana. Suara khas alat tenun, gesekan kayu yang ditarik merapat agar benang benar-benar tersusun kuat, terdengar dalam ritme yang sama.

Sambil tangannya lincah menyusun motif yang nampak rumit, si ibu pun bercerita tentang proses menenun. Dari tingkat kerumitan motif tenunan, waktu pengerjaan, hingga honor yang beliau dapatkan. Pssttt... jangan bilang di sini ah, gak enak aja.

Ibu tersebut menuturkan bahwa sebagai perempuan yang terlahir di desa, sejak kecil ia diajarkan untuk berlatih menenun. Hingga saat udah dewasa, ketrampilan ini bisa digunakan untuk menjadi penambah penghasilan keluarga. 

Namun sayangnya penghasilan yang diterimanya untuk kerja menenun selama minimal 8 jam per hari, tak seindah hasil tenunannya. Saya dan mba Tanti cukup kaget waktu mendengar si ibu menyebutkan sejumlah angka yang sedikit. Duit segitu bagi saya cuma untuk masak sehari, atau beli jajan untuk anak-anak. Hikss.

Sementara setahu saya, hasil kain tenun atau bahkan songket itu kan nilai harganya lumayan mahal. Atau ada yang di atas sejuta gitu kan. Dan bayangan saya, penenun nya tentu mendapat honor lumayan. Tapi memang ya kita nggak pernah tahu yang sebenarnya gimana.

Belajar Menenun di Desa Sukarara

Saat di sana, kami ditawari mencoba alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu. Tapi saya menolak karena pengen mengambil video aja. Dan ternyata mba Tanti tertarik ingin merasakan gimana rasanya menenun seperti perempuan Lombok.


"Gimana Mbak? Kayaknya susah sekali sih memasukkan benang di bagian mana gitu," saya penasaran sih aslinya.

Mba Tanti bilang perutnya sakit karena ada tekanan dari bilah kayu, yang perannya adalah untuk memberi motif dari benang-benang yang ditariknya. Kok saya jadi penasaran tapi ogah nyoba karena arah pandang saya melirik rumah tradisional di halaman samping bangunan art shop.

Oya, ibu itu juga sempat menjelaskan alasan penenun adalah perempuan dan bukan pria. Karena katanya bila pria yang melakukannya, ditakutkan aktivitas itu dapat mengganggu kemampuan reproduksinya. Nah saya juga nggak tahu nih dengan kebenarannya. Karena kami mendapat info ini dari ibu yang menenun itu.

Baca yuk Artikel Mba Tanti :


Menjajal Baju Tradisional Lombok di Rumah Tradisional Sasak

Mata saya langsung terpaku pada isi etalase yang berwarna dan mengundang tangan untuk memilih salah satu atau dua, tiga, hahahaaa.

Tapi sebelum memilih-milih di sana, kami ditawarkan untuk mengenakan pakaian adat Lombok dan berpose di rumah tradisional yang ada di halaman samping. Saya dan mba Tanti langsung menerima tawaran si mas guide, hihihii.

Pakaian tradisional untuk perempuan namanya Lambung. Terdiri dari empat bagian. Yang pertama adalah baju atasan yang bentuknya mirip dengan baju kurung pendek. Model lingkar leher berbentuk V dan lengannya model terusan. Untuk bagian bawahnya adalah kain tenun songket panjang yang dililitkan dipinggang sebatas mata kaki yang disebut Kereng. Sebagai ikat pinggang ada kain sabuk panjang yang bernama Tongkek. Cara pakainya mudah, cukup diikatkan dengan ujung merumbai di sebelah kiri. Dan pelengkap penampilan ada kain Lempot berupa selendang panjang yang disampirkan di pundak.



Sedangkan pakaian tradisional untuk laki-laki bernama Pegon. Namun kemarin kami tidak mengetahui perangkat pakaiannya apa saja. Atau gimana cara pemakaiannya karena kami hanya berdua dan perempuan semua, hihihii. Meski sebenarnya barengan dengan kami ada satu keluarga, tapi kan gak enak ya mau lihat-lihat suami orang yang tengah memakai baju tradisional gitu.

Sesi Foto Yang Bikin Kami Puas

Setelah rapi menggunakan Lambung kami pun dipersilakan menuju ke halaman samping, rupanya di sana sudah disiapkan spot pepotoan, salah satunya adalah sebuah ruangan semi terbuka dengan hiasan beragam kain tenun sebagai latar belakang foto, dan satu lagi adalah Bale Tani.

Belajar menenun di Desa Sukarara Lombok

Pose-posenya banyak, sampai kami berdua malah bingung mau berdiri atau duduk aja enaknya. Saking semangatnya si mas yang motret dan meminta kami ganti pose agar punya stok foto banyak. 

Belanja Kain dan Cindera Mata Dengan Harga Murah

Setelah sesi foto-foto yang gak ada habisnya, gak mau rugi dong jauh-jauh ke Lombok, ahahaa. Apalagi tour guide yang bantuin motret juga penuh semangat meminta kami pose dalam berbagai gaya. 

Kami diajak memasuki ruang di dalam bangunan. Di sini terdapat beragam hasil tenun untuk diperjual-belikan. Ada yang berwujud kain, sarung, selendang, peci, dompet, tas, hiasan dinding hingga topi maupun cinderamata lainnya. Lucu dan gemes deh lihat cindera mata yang mungil itu.

Menenun di Desa Sukarara Lombok

Ahhh rasanya jadi kangen dengan suasana Desa Sukarara yang adem, asri dengan pohon rindang dan sawah yang menghijau, serta warganya yang ramah.

Pada saat saya tengah mengambil foto di luar bangunan, ada suara musik dari alat tradisional yang bikin penasaran. 

Oh ternyata itu suara ajakan untuk berkumpul dari warga yang tengah punya acara perkawinan. Jadi keluarga pengantin laki-laki mengajak kerabat dan tetangga untuk segera hadir di rumah mereka dan nantinya berkunjung ke rumah pengantin perempuan. 

Unik ya, saya jadi penasaran di mana rumah yang mengundang warga itu berada. Pengen tahu aja gimana adat lamaran itu bakal berlangsung. Nampaknya saya harus berkunjung lagi ke Lombok dan tentunya harus saat ada acara lamaran, hahahaha. Kalian yang mengaku warga Lombok, undang saya dong kalo mau melamar gadis. Jangan lupa yaaa, wassalamualaikum.

21 komentar:

  1. Asyiiik sekali perjalanan kita berdua ke Sukarara ini kemarin ya mba.. Penasaran juga nih dg Gendang Beleq yg terdengar itu (eh bener gak ya, cara menulis alat musik yg kita dengar waktu itu? Hehe). Jadi..kalau diundang ke sana lagi,jangan lupa ajak2 aku lho mbaa... ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku cuma ingat gendangnya gitu aja, hihiii
      Yuk berangkat lagi ya kalo ada yang ngundang lamaran

      Hapus
  2. Udah lama pengen ke Lombok ini. Pas ada kesempatan eh pandemi. Baca dan denger cerita temen, daerah ini eksotis banget, baik alamnya maupun budayanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kondisi segera membaik, mba Dewi bisa berkunjung ke Lombok

      Hapus
  3. Jadi harga kain tenun itu mahal, karena "marketing"nya yg dapat cuan gede ya Mba.
    Wah, pengin cus ke desa Sukarara ini.
    Pengin lihat dan merasakan langsung nuansa di sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo direncanakan dulu, begitu udah aman bisa langsung meluncur ke Lombok

      Hapus
  4. Mbak Wati dari melihat-lihat kerajinan tenun di Desa Sukarara. Indah ya. Suka lihat kain tenun di fotonya.

    BalasHapus
  5. pantesan harga kain tenun termasuk mahal ya mbak, apalagi yg masih manual gini �� cantik2 desainnya

    BalasHapus
  6. Sukarara merupakan tempat wisata yang memanjakan mata dengan kain tenun yang cantik dan puas bisa foto

    BalasHapus
  7. waah aku baru tau nih soal desa sukarara ini, dan kayanya baru denger, jadi semakin kepo deh dengan desa satu ini hehehe

    BalasHapus
  8. Kain tenunny masyaaAllah bagus2
    Ini artikel kedua ttg Lombok yg saya baca pagi ini
    Jd pengin datang ke snaa bwt jalan2
    Smoga covid ni segera berakhir

    BalasHapus
  9. Lombok bukan hanya menyuguhkan keindahan alam, tapi tenunnya itu khas banget. Ternyata kalau ke desa Sukarara bisa wisata sekalian belajar nenun. Info baru buat saya mba. Makasih banget.

    BalasHapus
  10. wah pas banget minggu ini aku lagi baca-baca tentang Lombok, eh mampir kesini jadi makin pengen trip kesana deh mba.

    BalasHapus
  11. Aih pengalaman yg menyenangkan pastinya ya. Pakaian adatnya mirip baju yg disebut baju bodo kayaknya nih..bener gak sih.. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mirip tapi ukurannya enggak selebar baju bodo, mba

      Hapus
  12. Cantiknyaa...
    Kain tenun Lombok ini paduan warnanya cantik banget.
    Saudaraku ada yang orang Lombok dan beberapa kali diberi oleh-oleh kain tenun khas Lombok.

    BalasHapus
  13. Iya ya, Mbak, porsi gado-gadonya lumayan banyak. Pastinya kenyang banget. Saya juga kalau ada bumbu dipidah seperti itu bakalan nyicipin dulu rasanya, kalau pedas sekali mending pakai sedikit aja

    BalasHapus
  14. Barokallah ya Mba Hiday udah sampai sana, menyenangkan pengalamannya
    Aku sampai padang bae doang, wkwkwk pas di Bali pengen nyeberang ke Lombok eh waktunya dikit doang mudiknya. Semoga kapan2 bisa main ke desa Sukarara belanja tenun asli sana.

    BalasHapus
  15. Karena aku suka pedes, mesti suka banget sama gado-gadonya, hihi.

    Itu beneran gadis desanya harus bisa nenun sendiri sebelum akhirnya diizinkan menikah? Terdapat pelajaran penting ya dari menenun ini. Ya, setidaknya kalau bisa mengalahkan godaan dari menenun ini, gadis itu sedikit terlatih dengan dunia pernikahan. Hihi.

    BalasHapus
  16. Asyik nih jalan-jalannya ke desa Sukarara bisa sambil belajar menenun gitu btw tradisi lamarannya unik juga ya Mbak karena warga yang ada di sekitarnya pada dipanggil.

    BalasHapus