PERLUKAH PASANGAN TAHU ARUS UANG KITA? - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 02 Februari 2015

PERLUKAH PASANGAN TAHU ARUS UANG KITA?

gambar diambil dari sini


Setelah akhir tahun menjadi saat introspeksi dan merenung. Awal tahun adalah waktu yang tepat untuk berbenah. Terutama merencanakan keuangan keluarga bagi perempuan yang sudah menikah. Mengapa saya menulis artikel ini? Jawabnya sih karena ternyata, perempuan dikenal menyembunyikan daftar belanjaannya dari pasangan. Ah, masa iya sih? Mungkin bakal ada yang jawab,"suami saya juga kagak ngomong saat ngabisin duit untuk kesenangannya. Boleh dong saya melakukannya juga." Eittsss.... 

Tanpa mengindahkan komentar negatif di atas, perempuan memang dikenal sebagai makhluk yang doyan banget belanja. Kadang bisa tuh belum menerima gaji atau uang belanja dari suami, sudah merancang daftar belanja. Haha... ada yang merasa seperti ini?

Apa sih perilaku perempuan yang patut dihindari agar pasangan makin cinta dan ngasih duit berlebih. *Lho

Berikut beberapa perilaku perempuan tentang uang belanja :

1. Berahasia Tentang Simpanan Uang

    Sebenarnya sih bukan rahasia, kalau perempuan memiliki tabungan yang tak diketahui pasangannya. Alasan merahasiakan tabungan ini beragam. Masing-masing perempuan mempunyai alibi yang katanya sih bisa dipertanggungjawabkan. Untuk digunakan sebagai cadangan dana darurat bila sewaktu-waktu ada undangan mendadak. Atau untuk memberikan santunan bila ada kerabat yang mendadak datang berkunjung dan minta bantuan.

        Mungkin saja alasan yang diniatkan benar adanya. Namun juga tak mungkin salah bila pasangan akhirnya tahu, dan menduga simpanan rahasia ini digunakan untuk hal lain. Sebenarnya bila alasan simpanan ini positif, sebagai istri wajib bercerita jujur pada pasangan. Tinggal bilang kan kalau simpanan ini hanya bisa diambil untuk kebutuhan yang mendadak seperti niat awal.   

2. Menggunakan Uang Belanja Untuk Pribadi

    Modus yang satu ini sering dilakukan juga. Alasannya beragam malah. "Kan ini sisa belanja seminggu. Saya  sudah perhitungkan kok, dan nggak mengambil jatah belanja anak-anak."

      Dalih seperti ini sering menjadi perbincangan seru. Saling mencari alibi dan pembenaran sikap belanja kita sebagai ibu dan istri. Meski terjadi perang batin, tetap saja banyak perempuan yang akhirnya menggunakan uang sisa belanja untuk kepentingan pribadi. 

3. Tidak Jujur Tentang Harga

     Entah mengapa saya sering mendengar cerita istri-istri yang mengurangi harga barang pribadi yang baru dibeli. 

      "Tas ini harganya cuma Rp. 220.000,- tuh. Murah kan, Pa?"

      Padahal harga sebenarnya bisa saja sebesar Rp. 300.000,-. Nah lho, mengapa tidak jujur berkata soal harga tas? Apakah kita takut suami bakal marah karena membeli tas seharga Rp. 300.000,-? Suami kita mungkin tidak paham kualitas tas yang kita beli dengan harga berapa pun yang disebutkan.  

    Fenomena ini tidak hanya terjadi pada ibu rumah tangga. Perempuan yang bekerja pun juga melakukan hal yang sama. Rata-rata bila ditanya mengapa menutupi harga sebenarnya adalah, agar dianggap suami pintar berbelanja barang berkualitas dengan harga sedikit lebih murah.

    Kalau saya sih lebih nyaman berbicara apa adanya tentang harga barang belanjaan pribadi semacam gamis, tas atau sandal. Kalau memang mendapat harga murah, ya saya bilang kalau ini barang reject jadi dapat diskon. Atau saya membeli sepatu buat olah raga di tempat grosir. Jadi wajar kalau beli dengan harga miring. Biasanya suami malah menanggapi dengan meragukan kualitas barang yang saya beli.

     Nah, tidak sulit kan bicara jujur tentang harga barang belanjaan pribadi? Bakal susah deh kalau suami malah nitip beli untuk kado adiknya karena tahu harganya lebih murah. Jadi tekor kita. Haha

3. Punya Hutang Tanpa Sepengetahuan Suami

   Perempuan sering melakukan tindakan bodoh yang berujung pertengkaran dengan pasangan. Salah satunya adalah berhutang tanpa sepengetahuan suami. Apa pun alasan kita berhutang, suami wajib tahu. Berapa jumlahnya, kepada siapa kita berhutang, tidak boleh ada yang dirahasiakan pada suami. 

   Kebohongan ini bisa memicu pertengkaran bila kita tak mampu melunasi hutang yang ada. Kepercayaan dari suami pun bakal lenyap seiring dengan sikap kita soal tindakan ini. Ujung-ujungnya suami bakal enggan mempercayakan keuangan keluarga di tangan kita.

     Apa sih susahnya berlaku jujur soal hutang? Tinggal bilang pada suami alasan kita butuh uang pinjaman. Bila suami ternyata memiliki simpanan lebih, bisa saja kita batal berhutang. Tak ada kebohongan soal keuangan dalam keluarga kita. Andai suami tak bisa membantu kita saat ini, hingga tetap berhutang. Mungkin ketika punya rejeki di kemudian hari, bisa tuh suami membantu melunasi hutang kita. 

4. Membantu Keluarga Di Belakang Suami

    Sikap terbuka perlu dilakukan pada pasangan sedari dini. Lebih baik bila itu dilakukan sebelum proses pernikahan. Seperti yang saya lakukan dengan calon suami itu. Saya bilang kalau selama ini menjadi donatur utama keluarga. Saat itu saya masih bekerja, jadi calon suami pasti mengiyakan. Nah saya pun bilang, sampai kapan pun, meski sudah tidak bekerja, saya akan tetap membantu keuangan orang tua sepanjang kemampuan kami kelak.

   Senangnya calon suami tidak mempermasalahkan usulan saya. Mungkin karena saya bisa mengemukakan dengan tepat alasan bantuan ini. Orang tua tidak memiliki dana pensiun. Sebagai anak, saya wajib membantu keuangan mereka. Tentu saja pengeluaran yang wajar dan bisa saya bantu.

      Jujur pada pasangan tentang bantuan kita pada keluarga, bisa mengurangi ricuh soal keuangan. Terlebih bila hanya suami yang menjadi pencari nafkah. 

5. Belanja Dulu, Ngomong Belakangan

    Banyak perempuan yang belanja tanpa perencanaan, apalagi memberitahu suami. Begitu selesai dan bawa barang belanjaan pribadi, baru ingat hingga bingung mencari alibi. Otak pun berputar menggali ide seputar alasan belanja.

   Padahal sebelum tergiur membelanjakan uang, sudah terbayang kebutuhan pokok yang lebih penting. Seperti uang les renang, membantu masjid, atau kerabat yang sudah direncanakan sebelumnya. Namun dalih tubuh melar hingga pakaian di lemari nggak ada yang muat, jadi alasan pembenaran untuk belanja. Bukan saya... *nggak ada yang nanya.

   Atau ada sale besar-besaran di mall yang kebetulan kita kunjungi, membuyarkan tekad untuk berhemat. Tips dari saya, lebih enak merencankan dulu niat belanja blus idaman, atau sandal wedgesnya. Rencanakan bareng suami, bisa tuh kagak jadi keluar uang karena ditraktir ama boss di rumah a.k.a suami tercintaahhh.

Nah, udah komplit belum sih beberapa contoh sikap tak jujur pada pasangan? Mungkin ada yang mau menambahkan, saya persilahkan. 

Yuk, kita mulai sejak sekarang untuk berbicara jujur apapun konsekwensinya. 



    

31 komentar:

  1. untung saya nggak hobi dan doyan belanja hehe..alhamdulillah masalh keuangan seperakpun selalu jujur^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, emang harus jujur, kan kita juga pengen pasangan berlaku sama yaaa

      Hapus
  2. Ilmu yang sangat bermanfaat ., nanti kalau sudah ada yang menafkahi akan saya ingat betul-betul ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau bisa jangan hanya diingat, tapi juga dipraktekkan ya :-)

      Hapus
    2. Hahaha, betul banget ini, harus dipraktekkan :D

      Hapus
  3. Makasih mak diingatkan, kadang saya tuh gimanaa gitu kalo laporan tp ga ada responnya. Tapi perlu juga lapor ini itu ya, kan beliau imamnya???!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suami tak ada respon bukan berarti gak mendengar. Laki-laki kan emang kurang ekspresif ya ^^

      Hapus
  4. aku dapat uang dari hasil jualan atau review juga ngomong kok mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihiii iya mbak, aku juga gak bisa nutup-nutupi, jujur banget sama suami, apa aja diomongin :)

      Hapus
  5. makasih tipsnya mbak wati...TOP BGT dech, baca sambil nyengir-nyegir sendiri,meng-iya-kan semua kayaknya

    BalasHapus
  6. hihihi.. klo point tiga mamaku pernah gitu tuh..soalnya klo barang mahal pasti dimarahin padahal tas yg lain juga masih ada :)) dan anak2nya juga yg pake siihh hehee

    BalasHapus
  7. Jadiiiii belanja buku termasuk poin mana dooonkkkk?? :)))) *kodeee jilid sekiaan

    BalasHapus
  8. good post mak.
    memang komunikasi dalam rumah tangga itu penting sekali.
    salam kenal ya mak :))

    BalasHapus
  9. wkwkwkw ada poin2 yang bikin kesindir aku mbaaa hahaha...

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  14. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  16. kalau suami gak pernah tanya-tanya sih mbak, Insya Alalh saya selalu jujur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah saling percaya mbak, nggak perlu ada yg ditutupi, ya

      Hapus
  17. Aku biasanya bilang sih kalau dapat duit. Alhamdulillah, dianya nggak biarkan aku ngelola uang yang aku dapat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh malah suami yg pegang urusan keuangan ya. Asik malah, kalo pengen sesuatu tinggal bilang.

      Hapus
  18. yup kejujurn antra suami istri memang penting, termasuk perihal keuangan jg,
    nice share mbk, :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kejujuran itu nomor satu ya, mbak. Penting sih, makasih udah mampir, mbak Inda :)

      Hapus
  19. Iya ya Mba, kejujuran dalam segala hal itu penting, terutama dalam masalah keuangan gini, paling gampang bikib ribut. Bismillah, mulai dari sekarang, aku ingin terbuka sama calonku soal ini ... biar ga jadi pemicu marah-marahan nantinya.

    BalasHapus