BIJAK MENGHITUNG PAJAK - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 05 Desember 2014

BIJAK MENGHITUNG PAJAK

sini
foto diambil dari Sini


Bila musim hujan tiba, banjir pun datang. Ujung-ujungnya jalan pun berlubang. Nah, pemerintah biasanya bakal mendapat tudingan tidak becus mengurus perbaikan jalan. Sedangkan pihak pemerintah juga memiliki anggaran yang sudah terencana tiap tahunnya.

Anggaran yang sudah dialokasikan ini diperoleh dari berbagai pendapatan. Salah satunya adalah penerimaan pajak. Sedangkan bagi masyarakat, membayar pajak ibarat beban yang mesti ditanggung. Padahal bila kesadaran membayar pajak kurang, dari mana pemerintah mendapat pemasukan untuk memenuhi anggaran belanja?

Zeti Arina, seorang konsultan pajak yang berdomisili di Surabaya ini, sering memberikan pembelajaran gratis bagi siapapun yang membutuhkan. Menurutnya itu bagian dari pengabdian pada masyarakat. CEO Artha Raya Consultant tersebut menyayangkan pengetahuan masyarakat tentang pajak kadang salah kaprah.

“Seperti kasus Gayus, kadang membuat orang malas bayar pajak,” Tuturnya dari hasil perbincangannya saat memberikan pencerahan tentang pajak.

Padahal kasus Gayus tidak ada hubungannya dengan kewajiban warga negera membayar pajak. Masalah ketidaktahuan aturan perpajakan dan pembayarannya kadang bisa menjadi bumerang.

Satu contoh pemilik toko di pasar tradisional yang enggan membayar pajak. Alasannya bisa bermacam-macam. Yang sepi penjualan lah, atau keuntungan sedikit. Padahal pengenaan pajak bagi pedagang ini hanya sebesar 1%. Hitung saja sendiri, bila satu bulan omzet mencapai lima belas juta. Kalikan saja 12 bulan. Akan ketemu angka omzet pertahun sebesar Rp 180.000.000,-. Nah kalo dikenakan pajak 1%, mereka hanya perlu membayar sebesar Rp. 1.800.000,- per tahun. Angka ini bisa dicicil pembayarannya tiap bulan agar tidak terlalu berat.

Namun pedagang biasanya menggerutu kalau disuruh membayar pajak. Padahal mereka lebih mampu dibanding buruh pabrik yang hanya bergaji UMR.  Berapa sih gaji buruh itu? Namun meski kecil, mereka taat membayar pajak karena dipotong tiap bulan oleh pihak pabrik. Sedangkah penghasilan pedagang pasti lebih besar dari pada buruh pabrik.

Nah, di sini lah Zeti ingin memberikan kesadaran pada masyarakat, terutama pengusaha kecil, pedagang, pemilik UKM. Agar mereka taat membayar pajak. 

"Pemerintah sudah menerapkan system Self Assessment. Yaitu Wajib Pajak bisa menghitung sendiri berapa nominal yang menjadi kewajiban pembayaran pajaknya," Tutur perempuan yang baru saja terpilih sebagai Ketua Ikatan Konsultan Pajak Indonesia di Surabaya itu.

Tentu saja pengisiannya juga harus benar. Antara pendapatannya dan penambahan harta, harus sesuai dan tidak njomplang. Alias ada pemalsuan data pendapatan. Sedangkan penambahan hartanya meningkat pesat. Dari mana hartanya berasal, pihak kantor pajak bisa menghitung dengan mencocokkan rekening Koran wajib pajak. 

Jadi bijak lah menghitung pajak! 

 Sumber Bacaan :

 http://www.tabloidnova.com/Nova/Profil/Zeti-Arina-Mengedukasi-Masyarakat-tentang-Pajak

4 komentar:

  1. saya tadinya juga masih bingung cara ngitung pajak mbak tapi sekarang udah mudeng dikt dikit dibantu petugas nya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup...petugas pajak sekarang baik bangeeet. Jadi gak takut ya ngobrol dengan mereka :)

      Hapus
  2. dulu pas awal aku bingung pajak gimana..tap kesini2 nggak soalnya juga masih sederhana pajaknya --"...tapi enak juga buat yang masih bingung tanya2 gratis sama mb zeti ini ya mak...secara sering banget yang ambil untung yak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Monggo...kunjungi aja blog mba Zeti. Biar makin pintar ngitung pajak yang kudu disetor :)

      Hapus