Bijak Pasang Status di Media Sosial Tanpa Mengundang Kontroversi - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Senin, 04 September 2017

Bijak Pasang Status di Media Sosial Tanpa Mengundang Kontroversi



www.hidayah-art.com

Assalamualaikum. Bijak Pasang Status di Media Sosial Tanpa Mengundang Kontroversi. Siapa yang setuju dengan judul ini? Meski kalo pun kalian nggak setuju juga nggak apa sih. Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Semestinya nggak bisa juga memaksakan keinginan kita pada pembaca. 

Saya juga meyakini semua perbuatan bakal ada akibatnya. Mau pilih bijak ataupun sembrono nulis status di media sosial, bakal kembali lagi pada diri masing-masing.


Masih ingat pasti dengan ungkapan, "mulutmu harimaumu". Yang artinya adalah apa yang kalian ucapkan bisa menjadi penentu suatu masalah. Friksi, perdebatan, saling melontarkan ucapan yang kelak menjadi penyesalan tak berkesudahan. 


Ungkapan tersebut menjadi berubah seiring perkembangan jaman. Era digital yang mengubah cara berkomunikasi masyarakat kita menjadi aktif di media sosial. Sisi lain komunikasi di media sosial ini berefek adanya ungkapan baru, "jarimu harimaumu".


www.hidayah-art.com

Ketika sebuah status ataupun komentar di media sosial menjadi amunisi yang bisa membalikkan sebuah keadaan. Status di media sosial yang tidak dipikirkan terlebih dulu, bisa jadi bumerang. 

Nulis sebuah sikap di media sosial boleh-boleh saja. Namun tentunya harus memikirkan apakah nantinya bakal menjadi ujaran kebencian. Mengundang polemik, perang komentar, saling berdebat yang ujungnya berakibat tak menyenangkan.

Sudah lama juga saya tidak punya aplikasi Fb di gawai. Banyak alasan yang mendasari sikap ini. Salah satunya saya memang mengurangi aktifitas di Fb. Terus terang saya jadi malas buka Fb ketika banyak perang status dan komentar di linimasa. 

Namun karena Fb menjadi salah satu alat untuk promosi artikel di blog, tentunya sesekali saya tetap pasang status. Kalo linimasa saya isinya sharing artikel di blog, takutnya bakal bikin bosan teman yang kebetulan membacanya. Jadi, sesekali saya masih pasang status. Tapi saya menahan diri tidak menuliskan status yang bakal menuai perang opini. 

Baca juga yuk artikel berikut :

Bijak Media Sosial : Hati-hati dengan jarimu

Sikap Politik Bisa Jadi Menuai Musuh Baru

Masih ingat kan dengan persaingan politik baik itu pilpres maupun pilgub. Para lovers capres maupun cagub saling menjatuhkan calon lawannya. Mereka menulis status dengan menjelek-jelekkan calon lawan. Tanpa mereka sadari, pertemanan di sosial media menjadi renggang.

Yang tadinya berkawan baik, menjauh karena tidak setuju dengan pendapat di status teman. Ini masih mending karena sekedar menjauh. Tidak lantas membalas dengan menulis status baru yang menyindir temannya.

Pernah baca kan status di Fb yang saling menyindir, nyinyir, dan kayaknya jadi bersambung sampai berjilid-jilid.  Saya yang jarang buka Fb aja sempat membaca salah satu status dengan komentar yang mencapai ratusan. Tapi, saya nggak baca semua komentarnya. Karena saya bakal pusing kalo melakukan hal tersebut.

Saya bukan orang yang senang beradu argumentasi. Saya juga paling nggak bisa berdebat, apalagi yang nggak ada ujungnya. Karena dari yang saya lihat, perdebatan itu menjadi pesan politik masing-masing kubu. Tak ada yang mau menoleransi sikap pihak yang berseberangan. Semua yang ada dalam perdebatan menganggap diri yang paling waras. Sementara saya melihat dari komentar itu, kebanyakan ingin menonjolkan pendapat masing-masing.

Lantas siapa yang masih waras di sini?

Saya bahkan pernah menulis status tentang presiden pilihan. FYI, nggak sampai sejam, belasan pesan masuk dalam chating privat di Fb. 

Antara pengen ketawa, menjerit, sampai merasa konyol. 

Bukankah kita tinggal di negeri yang katanya menjunjung tinggi demokrasi. Pilihan politik masing-masing menjadi hak yang dijunjung tinggi. Tak boleh ada intervensi. Tak boleh ada paksaan apapun alasannya. 

Namun mengapa beberapa teman menyisipkan pesan agar jangan memilih presiden A?  

Ahhh, baru kali ini saya muntahkan hasil pikiran naif yang sempat terpendam beberapa tahun ini. Waktu membaca pesan-pesan dari mereka di inbox Fb, saya sempat terhenyak. Kaget. Takjub. Bingung bin kesal!

Ternyata apa yang saya tulis menuai kontroversi dari teman-teman di linimasa Fb. Semua itu karena saya tidak memiliki pandangan politik yang sama dengan mereka.

Sejak hari itu saya memahami, pandangan politik bakal menuai kontroversi ketika dijadikan status di media sosial. 

Boleh juga baca artikel cantik berikut ini :

Mencoba Bijak di Media Sosial, Jangan Terjebak!

Hati-Hati Nulis Status di Media Sosial 


www.hidayah-art.com

Menyikapi fenomena haters dan lovers, saya tak pernah ingin memasuki area perdebatan yang sepertinya tak pernah usai. Mengingat apa yang pernah saya alami sebelumnya, yang nampak tidak seperti yang terlihat.

Saya masih sesekali nulis status di media sosial. Tapi saya memilih curhatan yang nggak bikin pembaca status saya jadi ilfill

Saya beruntung memiliki pribadi yang nggak gampang tersindir. Hahahaaa. Jadi kalo sesekali baca status di linimasa Fb, atau twitter, ya santai aja. Kalo nggak cocok dengan status seorang teman, saya nggak bakal kasih komentar. Apalagi kalo itu merupakan pandangan politik, tentang pengasuhan anak, serta sikap dengan keluarganya. 

Kalian yang merasa nggak kuat menghadapi kejamnya dunia maya, berhati-hati lah saat nulis status. Dunia maya sepertinya lebih kejam dari pada dunia nyata. Kita masih bisa tertawa bersama dengan tetangga yang pandangan politiknya berbeda. Masih bisa berkumpul dan saling menyapa dengan tetangga. 

Namun ketika masuk dalam dunia maya, perseteruan sekecil apapun bakal melebar kemana-mana. Saling unfriend atau unfollow bakal terjadi karena satu masalah kecil. 

Bijak Pasang Status di Media Sosial Tanpa Mengundang Kontroversi selayaknya menjadi acuan kita. Terlebih bila apa yang kita tulis bisa menjadi satu hal yang kelak dipertanyakan di akhirat. Bagaimana dengan pendapat kalian? Saya tidak akan mengundang perdebatan. Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun. Wassalamualaikum.

Tidak ada komentar: