Assalamualaikum Sahabat. 30 tahun yang lalu, sebelum menikah tapi udah pacaran, saya sempat gamang. Tetangga depan rumah pasangan suami istri dengan 4 anak, sering bertengkar. Kalo bertengkar kadang benda pun melayang. Saya yang tak pernah melihat pertengkaran hebat dalam perkawinan bapak dan ibu, melihat itu jadi takut.
Bagaimana bila hal sama terjadi pada saya kelak? Saya, anak perempuan sulung yang tak pernah mendapat bentakan dari bapak, apa bisa menerima bentakan dari laki-laki yang jadi suami saya? Saya tidak ingin mengalami kekerasan dalam rumah tangga seperti tetangga. Saya mencintai diri sendiri hingga nggak bakal mengijinkan seorang laki-laki melakukan KDRT dalam sebuah pernikahan.
Pentingnya Self Love Untuk Perempuan Sebelum Jatuh Cinta
Orang sekarang sering menyebut self love untuk kesehatan mental. Terutama sejak pandemi, saat imunitas tubuh sangat penting. Kesadaran tentang kesehatan mental dianggap menjadi bagian penting pula.
Self love artinya mencintai diri sendiri. Tetapi tentu saja bukan berarti kita egois memenuhi keinginan diri sendiri terus menerus. Makna Self-love adalah dengan mengharuskan kita memperlakukan dan menerima diri sendiri dengan baik dan apa adanya.
Perempuan begitu mudahnya jatuh cinta tanpa memiliki kesadaran apa yang bakal ditemuinya nanti. Dia tak menyiapkan fondasi baik secara materi maupun mental ketika jatuh cinta. Mungkin tidak semua perempuan bersikap seperti ini. Saya sendiri nggak mau seperti lirik lagu Agnez Mo, Cinta ini tak ada kata logika. Saya justru menggunakan logika saat menjalani hubungan kasih dengan pacar (suami saya, suwer dia bukan cinta pertama tapi pacar pertama saya, hihiii).
Terlebih saya sudah melihat beberapa pernikahan yang gagal di tengah jalan karena beragam kasus, meski kebanyakan karena KDRT. Saya melihat sendiri kerabat yang mengalaminya. Bahkan ada kasus yang terjadi di depan kantor, penjual makanan yang mengalami KDRT. Sedih loh melihat tapi tanpa bisa menemukan solusi pencegahan KDRT Pada Wanita.
Menurut saya, mencegah itu lebih baik dibanding mengobati luka yang dialami para wanita ini. Saya bukannya diam tanpa membantu sedikit pun. Saya bahkan siap menjadi pendamping untuk mengenalkan mereka yang mengalami KDRT pada wanita untuk mendapatkan perlindungan.
Namun ketika wanita yang menjadi korban menolak keras, apa daya saya? Jadi ketika usaha sudah saya jalankan, keputusan akhir memang ada pada si korban KDRT.
Itu lah sebabnya saya sejak pacaran udah memberikan batasan pada diri sendiri tentang suatu hubungan dua arah. Saya tidak akan mau dirugikan, menjadi korban baik kekerasan fisik maupun mental dalam sebuah hubungan dengan seseorang, apalagi dengan calon suami. Sejak masih remaja saya merasa kayak disiapkan oleh bapak agar menjadi wanita yang punya tujuan, tidak bergantung pada orang, dan pantang menyerah.
Dalam perkembangan usia, saya juga menumbuhkan sikap tidak mau bergantung dalam mengambil keputusan. Untuk menjadi pribadi yang tangguh, saya butuh mencintai diri saya. Siapa lagi yang mau menghargai diri kita kalo bukan kita sendiri?
Saya saat itu menyadari, mencintai diri sendiri itu modal kita mampu berdiri tegak dan tidak memusingkan omongan orang. Sepanjang kita sudah melakukan sesuatu hal, baik yang sederhana maupun yang penting, itu cukup.
Mencintai diri sendiri bisa membangkitkan rasa bangga pada diri sendiri karena sudah mampu menyelesaikan sebuah tujuan baik suatu karya maupun cita-cita. Tapi rasa bangga ini bukan lantas menjadikan kita sombong, bukan yaa. Itu lah pentingnya mengelola self love atau mencintai diri kita dengan cara positif.
Modal Self Love Agar Terhindar Dari KDRT
Ketika perempuan ada dalam ikatan pernikahan, akan banyak effort yang dikeluarkannya. Bisa terjadi juga pada laki-laki sebenarnya. Namun menurut saya, ketika perempuan dan laki-laki sudah memutuskan untuk menyatukan cinta dalam pernikahan, wajib banget memegang komitmen.
Nggak hanya komitmen, tapi juga menjunjung niat baik sebelum menikah, takut pada Tuhan, menghargai pasangan, dan masih ada yang lainnya. Memang tidak mudah menjalani hubungan dalam pernikahan. Namanya juga dua pribadi yang memiliki banyak perbedaan berinteraksi dalam pernikahan.
Sepanjang usia pernikahan saya selama 28 tahun ini, self love ini ternyata bermanfaat menjaga hubungan dengan suami dan anak-anak. Tidak ada luka masa kecil ataupun remaja yang menghalangi langkah saya menjadi istri dan ibu. Terlebih memiliki pasangan hidup yang selalu mendukung apapun impian yang masih ingin saya capai, menambah kepenuhan rasa dalam diri.
![]() |
Laki-laki dengan sifat mirip Bapak menempatkan impian saya sebagai tujuan hidupnya |
Sungguh saya tidak pernah merasakan KDRT baik fisik maupun kekerasan verbal selama menikah. Hal ini yang menjadikan saya ibu yang bahagia dengan dukungan suami yang super love. Dalam hal ini termasuk model pengasuhan bergantian agar saya memiliki me time. Saat saya ingin membaca novel, hobi yang sejak kecil sudah melekat di diri, suami siap menidurkan anak-anak. Atau ketika saya ingin ngumpul dengan sahabat semasa kuliah, suami siap nemenin anak-anak di rumah dan bermain seharian.
Mencintai diri mampu menepis rasa insyekur menjadi penuh rasa syukur. Merasa bahagia dengan apapun yang saya miliki tanpa merasa rendah diri dengan pencapaian orang lain.
Hal sama yang saya harapkan dirasakan anak-anak agar mereka bersyukur dengan cinta dari ibunya. Cinta yang tulus, yang tak pernah menghakimi dengan setiap pilihan mereka. Cinta yang akan selalu ada mendampingi mereka bertumbuh.
Semoga Allah azza wa jalla senantiasa menjadikan anak-anak saya seperti bapaknya, yang selalu memberikan cinta yang tanpa batas pada ibu mereka. Self love atau mencintai diri sendiri sebelum melabuhkan cinta pada seseorang yang spesial itu wajib. Wassalamualaikum.