My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi: Belajar dari Rumah
Tampilkan postingan dengan label Belajar dari Rumah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar dari Rumah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juli 2020

Belajar Saat New Normal Bersama Guru Kreatif
Juli 23, 2020 22 Comments
Belajar Saat New Normal Bersama Guru Kreatif



Assalamualaikum Sahabat. Sudah empat bulan berlalu, dan pandemi covid masih ada di muka bumi. Sebagian orang sudah mulai melakukan aktivitas di luar rumah. New normal yang diberlakukan memang masih bikin galau. Itu juga sebabnya belajar pun masih harus di rumah aja seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Jadi meski awal tahun ajaran baru ditetapkan mulai tanggal 13 Juli 2020, namun sebenarnya ini hanya untuk penetapan saja. 

Seperti yang sudah ditentukan dan sesuai dengan SKB empat kementerian. Yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Agama. Tentang Panduan Pembelajaran pada Tahun Ajaran Baru dan Tahun Akademi Baru di Masa Pandemi covid-19. Bahwa Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang semula bersifat tatap muka dialihkan menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik secara daring maupun luring.

Namun sesuai dengan panduan dari Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, untuk daerah zona hijau dimungkinkan untuk memulai pembelajaran tatap muka dengan persyarakatan protokol kesehatan yang berlaku.

Tahun Ajaran Baru, Belajar Daring Lagi

Sistem pendidikan dituntut untuk adaptasi di masa pandemi Covid-19. Guru dipaksa untuk menjalankan metode pembelajaran baru sesuai kebiasaan baru. 

Peran guru di sini tak lagi dengan menilai kualitas siswa berdasar satu kelas atau pelajaran. Penilaiannya juga memperhatikan setiap individu siswa, menggali potensinya, termasuk juga kemampuan teknologi. Tahu kan kalo saat ini teknologi menjadi penting untuk mendukung pembelajaran di era kebiasaan baru.

Beberapa waktu lalu saat menjelang penerimaan anak didik, orang tua mulai dihantui dengan sistem yang digunakan yaitu zonasi. Saya sendiri hanya membaca sekilas dari status di linimasa sosial media. 

Satu masalah kelar, datang masalah baru. Seakan-akan orang tua nggak hanya butuh kesabaran tapi juga kekuatan tekad untuk mendampingi anak-anak di tahun ajaran baru.

Peran orang tua yang biasanya sebatas mengantar ke sekolah, kini otomatis bertambah. Mulai dari menyiapkan peralatan dan jaringan penunjang pembelajaran secara daring, sampai mendampingi anak mengerjakan tugas-tugas dari gurunya.

guru kreatif
pict. by tes.com

Nggak cukup sampai di situ. Bahkan orang tua harus menanggung biaya sekolah yang masih tetap ada. Banyak curhatan tentang biaya sekolah atau SPP ini. Mengapa tidak ada diskon, sementara murid tidak masuk sekolah? 

Dan masih ada pengeluaran tambahan untuk paket data selama sekolah daring. Belum lagi biaya untuk membeli sarana prasarana. Bagi orang tua yang mampu memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya, gak ada masalah. Namun kondisi ini diperparah dengan masalah ekonomi orang tua yang terdampak pandemi. Mulai dari mengalami penurunan pendapatan, bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Saya ingin merangkum uneg-uneg orang tua dan anak-anak selama sekolah atau belajar dari rumah.

Masalah yang sering dijadikan curhat orang tua dan murid :

- Kebutuhan Sekolah Daring Lebih Mahal

Curhat bahwa kebutuhan pembelajaran jarak jauh lebih mahal karena kebutuhan kuota internet. Tidak semua orang tua murid memiliki kemewahan mempersiapkan wifi di rumah. Bahkan kebanyakan untuk membeli pulsa kuota internet saja, harus menunggu duit gajian.

- Tidak Semua Guru Siap Dengan PJJ

Karena selama ini pendidikan di negeri ini memang tidak dikenalkan dengan pemberian tugas secara daring. Ada sih guru yang memiliki ide memberi tugas pada muridnya untuk mengumpulkan tugas via email. Namun biasanya ini dilakukan oleh guru kreatif yang memang berniat untuk inovasi. Dan mengenalkan muridnya untuk lancar mengakses dunia maya tak sekadar untuk main sosial media.

- Harus Beli Hape

Ini kasusnya hampir sama dengan tidak memiliki kuota internet. Tidak semua orang memiliki gawai atau hape atau gadget. Bahkan bila punya anak yang masih sekolah lebih dari satu orang, dan jam belajar berbarengan, pasti butuh hape lebih dari dua. 

Namun ada juga keringanan dari pihak sekolah/guru yang memberikan kesempatan waktu yang lebih panjang. Maksudnya untuk memfasilitasi orang tua yang mendampingi lebih dari satu anak. Jadi bisa giliran untuk masing-masing anak. 

- Pengeluaran Bertambah

Kondisi belajar daring tentunya menyebabkan kebutuhan data internet dua kali lebih banyak. Dan ada juga pastinya penambahan biaya listrik. Belum lagi dengan pengeluaran cemilan atau makanan yang meningkat. 

Kalian yang memiliki anak atau keponakan pasti hapal dong, saat liburan sekolah selalu ada peningkatan pengeluaran makanan dan jajanan. Nah, ini bukan waktu liburan tapi sekolah di rumah. Abis belajar, kadang anak-anak suka nanyain ada jajanan nggak? Katanya mereka gampang lapar tiap abis belajar daring.

- Beban Orang Tua Bertambah

Orang tua banyak yang mengaku mengalami kesulitan mendampingi anaknya belajar daring. Terutama mereka yang dua-duanya bekerja, memiliki anak lebih dari 1 yang semua masih di usia sekolah, dan tingkat pendidikan orang tuanya kurang memadai.

Kondisi ini yang membuat banyak orang tua curhat di sosial media. Kebanyakan memang perempuan yang curhat, sejak belajar daring, makin banyak ngomel, hahahaa.

- Kurangnya Waktu Menemani Anak Belajar

pict. by edutania.id

Nah, nggak hanya orang tua yang tetap bekerja di luar rumah aja yang punya keterbatasan waktu mendampingi anak belajar. Tapi ibu-ibu atau ayah yang bekerja di rumah juga mengeluhkan hal serupa.

Mereka harus bangun lebih pagi, agar semua kegiatan berjalan lancar. Sarapan harus udah siap sebelum anak-anak belajar daring. Mereka masih harus membereskan pekerjaan rumah, masak untuk maka siang dan malam.

Pengalaman Anak saya Kuliah Daring

Terus terang saya memang nggak mengalami seperti umumnya orang tua yang menemani anak belajar di rumah. Anak saya yang sulung udah bekerja, sementara yang bungsu udah menjadi mahasiwa semester 4. 

Namun bukan berarti nggak ada masalah tentang pembelajaran daring. Ada kok, sama aja sih masalah yang muncul. Saya tulis sesuai curhatan si bungsu.

- Interaksi dengan dosen kurang
Sebagai mahasiwa DKV (Desain Komunikasi Visual) materi tidak menarik karena dibagikan dalam bentuk tulisan. Seharusnya pembelajaran di jurusan DKV memang membutuhkan tatap muka atau dengan membagikan video tutorial.

- Bimbingan dari dosen tidak ada
Kalo ada tatap muka, biasanya dengan praktek. Jadi bisa belajar atau bertanya bila ada mahasiswa yang kesulitan memahami materi. Seperti poin pertama di atas, tidak adanya tatap muka menyebabkan mahasiswa jalan sendiri selama semester genap.

- Beberapa dosen senior gaptek
Yang lucu adalah, kampus yang dikenal sebagai embrionya teknologi digital, masih memiliki dosen yang gagap teknologi. Beberapa dosen seni yang senior, sulit memahami pembelajaran kulian online. Biasanya mereka lebih suka model tatap muka atau ngomong tentang materi perkuliahan, juga dengan berdiskusi. 

Jadi selama kuliah online, dosen ini hanya memberikan tugas dalam bentuk pdf yang diunggah di website kampus. Anak saya merasa tidak bisa memahami materi yang diberikan. 

- Bosan Karena tidak ketemu teman
Nampaknya enggak anak kuliahan, anak SD, SMP, dan SMA memiliki masalah yang sama. Kangen pengen ketemu teman di sekolah atau kampus. Iya sih, sebagai makhluk sosial, bertemu dan menjalin komunikasi secara tatap muka memang salah satu bentuk hiburan.

- Tidak dapat uang saku
Hayooo mana suara emak yang pernah diprotes anak-anaknya karena selama belajar daring tidak memberikan uang saku?

Saya juga nggak ngasih anak saya uang saku. Hahahaa. 

Ya, suka duka belajar daring memang menjadi catatan sejarah yang kelak akan dituturkan pada anak cucu. Bagaimana pun manusia diciptakan sebagai makhluk hidup yang pintar beradaptasi. Jadiii, dinikmati saja kondisi ini dengan apa yang kita miliki. 

Sekali lagi, kalo mampu dan memiliki rejeki lebih, kita bisa membantu tetangga, kerabat, atau teman yang terdampak pandemi. Nggak punya duit berlebih juga bisa membantu dengan membagikan gadget yang tidak terpakai di rumah. Siapa tahu di luar sana ada kerabat atau tetangga yang membutuhkan untuk prasaran belajar daring buat anaknya.

Semoga bermanfaat apa yang saya tuliskan dari rangkuman uneg-uneg, curhatan tetangga, adik ipar, teman, anak kandung, yang mesti belajar daring. Kalian bisa juga ikut curhat di kolom komentar. Curhatannya yang asik aja yaa. Wassalamualaikum Sahabat.
Reading Time: