Sepenggal Cerita Ketika Menjelajahi Desa Penglipuran Bali - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 28 Januari 2025

Sepenggal Cerita Ketika Menjelajahi Desa Penglipuran Bali

Assalamualaikum Sahabat. Hari  ketiga di Pulau Dewata,  sedari  pagi  gerimis yang cukup deras seakan  mengecilkan hati kami. Rencananya hari  ini kami akan menuju Desa Penglipuran. Usai tahajud, pandangan saya menatap  keluar jendela. Temaram langit membalas tatapan saya. Bersama  rinai gerimis  yang berubah menjadi deras. Sambil berdoa saya menitipkan harapan agar hujan lekas reda usai Shubuh. 

Desa Penglipuran Bali

Namun  hujan hanya  bergantian  dengan  gerimis  halus yang masih deras. Padahal pagi  ini saya  bersama  adik  ipar akan  kembali  menuju Pasar Kuta untuk membeli sarapan  lebih awal. Karena kami  udah janjian  dengan  driver Elf  tepat pukul 07.00 WIT siap berangkat menuju Desa Penglipuran.

Destinasi hari ketiga family trip Bali diawali dengan berkunjung ke Desa Penglipuran. Desa yang dinobatkan oleh UNESCO sebagi desa adat paling bersih sedunia ini selalu menjadi destinasi wajib bagi wisatawan yang traveling di Pulau Bali. 

Desa Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali. Desa Penglipuran juga dikenal sebagai salah satu desa wisata yang terkenal di Bali dengan beberapa julukan, seperti Desa Adat, Desa Wisata, dan Desa Budaya.

Menariknya, Desa Penglipuran tak hanya mendapatkan penghargaan sebagai desa terbersih di dunia, melainkan pernah mendapatkan penghargaan lain seperti Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award, dan Top 100 Sustainable Destination.

Perjalanan Menuju Desa Penglipuran Dalam Rinai Hujan

Jarak dari hotel kami menuju Desa Penglipuran cukup jauh. Posisi hotel yang berada di kawasan Kuta juga tentu butuh waktu untuk keluar dari padatnya lalu lintas. Itu lah sebabnya kami berangkat agak lebih pagi namun tetap saja molor dari jam janjian dengan driver. Mas driver udah standby di lobi saat kami keluar dari lift, hahahaa.

Kalo dilihat dari peta google, jarak dari hotel Hadi Poetro menuju Desa Wisata Penglipuran sekitar 45 km. Dengan perkiraan jarak tempuh selama 1 jam 41 menit. Namun kenyataannya kami menempuh durasi perjalanan lebih dari 2 jam. 

Selama perjalanan yang lumayan panjang, tentu saja percakapan bergulir. Spending time yang seru, obrolan random yang menyenangkan mumpung tengah ngumpul dalam perjalanan wisata. Kakak beradik suami ini tinggal di berbagai kota, ada di Pekalongan, Pekanbaru, Salatiga, dan hanya tiga orang yang tinggal di Semarang. Jadi saat bertemu seperti ini harus dijadikan family time yang seru. 

Dekat dengan desa wisata, kami mampir sebentar beli jas hujan dan cemilan pia. Pia di warung yang ada di pinggir jalan desa ini tergolong enak rasanya. Bukan sejenis pia Bali yang terkenal. Tekstur dan bentuknya mirip pia Tegal. Kulitnya berlapis lapis namun empuk dengan isian kacang ijo dan coklat. 

Tak berapa lama minibus tiba di depan loket tiket masuk Desa Penglipuran. Sayangnya saat itu hujan sedang deras-derasnya. Kami pun segera bersiap turun setelah mengenakan jas hujan yang sempat dibeli saat di jalan. 


Loket masuk Desa Penglipuran

Loket tiket masuk Desa Penglipuran

Salah seorang adik kami membeli tiket dan ternyata kami mendapat pinjaman payung berukuran besar. 4 payung cukup lah untuk 8 anggota rombongan kami yang turun di desa wisata tersebut. Adik bungsu dan putrinya tidak ikut turun karena sudah sering ke desa wisata ini.

Yang Unik dari Desa Penglipuran

Hal menarik mengunjungi desa wisata yang juga desa adat ini adalah jalan yang udah tertata rapi. Seperti yang didengungkan, desa ini sangat bersih dan bebas sampah di sepanjang jalannya. Meski masih hujan tak mengurungkan niat kami untuk mengabadikan momen saat di Desa Penglipuran.

Yang unik dari Desa Adat Penglipuran adalah merupakan kawasan pedesaan yang memiliki tatanan spesifik dari struktur desa tradisional. Wisatawan yang berkunjung bisa menyaksikan wajah desa yang asri. Bangunan fisik struktur desa ini udah berlaku secara turun temurun dan bisa dikategorikan sebagai tempat wisata budaya. 

Sesuai urutannya wajah unik Desa Adat Penglipuran udah ditampilkan begitu memasuki kawasan desa. Pepohonan yang hijau, rumput, tanaman khas pedesaan lainnya nampak sepanjang jalan, menjadi pagar hidup yang menambah kesejukan prosesi desa.

Pada areal catus pata setelah prosesi tersebut, merupakan areal tapal batas memasuki Desa Adat Penglipuran. Balai wantilan dan fasilitas kemasyarakatan serta ruang terbuka pertamanan, merupakan daerah selamat datang (Welcome Area). Areal berikutnya adalah areal tatanan pola desa, yang diawali dengan gradasi ke fisik desa secara linier ke arah kanan dan kiri.

Nama Desa Penglipuran berasal dari bahasa Bali “Pengeling” dan “Pura”. Pengeling artinyai mengingat atau mengenang, sedangkan pura berarti tempat suci atau tempat leluhur. Jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia, Penglipuran dapat diartikan sebagai “tempat mengenang leluhur”. Desa Penglipuran Bali sudah ada sejak 700 tahun yang lalu sehingga termasuk sebagai salah satu desa tertua di Pulau Dewata.

Menurut warga lokal. Desa Penglipuran Bali merupakan hadiah dari Raja Bangli kepada masyarakat yang ikut bertempur untuk melawan Kerajaan Gianyar. Masyarakat di desa ini memiliki adat istiadat yang amat kental sejak zaman nenek moyang dulu kala.

Keunggulan dan Daya Tarik Wisata di Desa adat Penglipuran

Desa Penglipuran merupakan salah satu daerah di Bali terutama di Kabupaten Bangli yang memiliki banyak julukan, diantaranya: Desa Adat, Desa Budaya, dan Desa Wisata. Sebutan ini ada alasannya karena ditinjau dari berbagai aspek seperti: sistem adat, tata ruang,  perkawinan, bentuk bangunan dan topografi, upacara kematian, stratifikasi social, kesenian, mata pencaharian, organisasi, dan obyek wisata.

Masyarakat global saat ini sangat menyukai wisata desa yang masih alami. Lengkap dengan kehidupan warga setempat, kebiasaannya, bahkan adat yang masih dijaga kemurniannya. Pepohonan dan tanaman dibiarkan tumbuh dengan tatanan alami, menambah sejuk desa tersebut.

Foto di Desa Penglipuran
Desa yang bersih dan alami

Desa Penglipuran yang merupakan desa adat, masih mempertahankan rumah asli Bali. Pemukiman warga yang terbilang sederhana, dengan bangunan fisik bebatuan, pintu ukiran menambah kecantikan rumah. Warga desa yang ramah, membuka pintu rumahnya untuk dikunjungi. Tentu saja sebatas yang disiapkan dan biasanya terletak setelah gapura. 

Mbak Nur jajan minuman herbal

Beberapa rumah yang berada di  jalan utama desa, menjadi tempat penjualan oleh-oleh khas Bali, kerajinan tangan, makanan, minuman, bahkan ada juga yang menyediakan durian. Waahhh rombongan kami langsung masuk ke rumah tersebut. Terjadi lah percakapan dan tawar menawar durian yang tidak butuh waktu lama karena kami udah kepengen nyicipi durian Bali di Rumah Sri Sedana Dewi.




Si bapak segera membelah durian sesuai yang kami pesan untuk dicicipi rombongan kami. Harga durian di sini sama dengan di Pulau Jawa, enggak mahal meski lokasi merupakan tempat wisata yang udah dikenal dunia.

Spot Foto Tersebar di Seluruh Sudut Desa


Datang dan menikmati suasana tempat wisata adalah keharusan. Namun yang tak kalah wajib adalah mengabadikan momen dalam kamera di setiap sudut yang menarik agar menjadi kenangan. 

Desa Penglipuran tentu saja menjadi spot foto yang eksotis, keren, unik, dan menyenangkan. Tidak memandang kondisi cuaca, meski hujan tetap saja asik dan seru. Seperti kami yang begitu datang disambut hujan deras. Namun hujan tak menyurutkan pose kami dengan balutan out fit jas hujan, hahahaa.

Cakep ya fotonya
meski out fit jas hujan

Namanya juga berkunjung ke tempat wisata, aura ceria harus tampil all out, gitu gak sih?

Alhamdulillah alam Desa Penglipuran bersahabat dengan kami. Tak lama hujan berganti gerimis dan akhirnya reda. Awan perlahan mulai menghilang, berganti langit biru yang cantik. Makin semangat dong pose foto kami. Mulai dari foto sendiri, sampai berombongan. 



Wisatawan saat itu juga mulai keluar dari rumah tempat mereka berteduh dari hujan yang mengguyur bumi. Kami pun bergantian foto-foto di kawasan depan pura. Ada himbauan bagi pengunjung agar tidak memegang patung saat di sana.

Lokasi Desa Adat Penglipuran

Desa adat Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu di Kecamatan Bangli, Kabupaten Dati II Bangli. Luas desa adat Penglipuran kurang lebih 112 ha, dengan batas wilayah desa adat Kubu di sebelah timur, di sebelah selatan desa adat Gunaksa, dan di sebelah Barat Tukad Sang-sang, sedangkan di sebelah utara desa adat Kayang.Desa Adat Penglipuran terletak di kaki Gunung Batur pada ketinggian 700 meter dpl. Desa Adat Penglipuran terletak pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 Km dari pusat kota Bangli, dan 45 Km dari pusat kota Denpasar.

Menyenangkan liburan bareng keluarga meski nggak lengkap yang ikut. Semoga kami bisa berlibur bersama lagi dengan destinasi traveling yang berbeda pada waktu mendatang. Wassalamualaikum. 


Sumber Materi :
https://www.disparbud.banglikab.go.id/artikel/desa-penglipuran

Tidak ada komentar: