ENJOY BERSAMA IBU MERTUA - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 21 April 2015

ENJOY BERSAMA IBU MERTUA


Suami dan ibu

Serumah dengan ibu mertua? Why not? 

Sebenarnya saya yang mengusulkan pada suami, kami harus tinggal di rumah orang tua usai menikah. Nggak perlu lama, cukup satu atau dua bulan aja. Bergiliran di rumah orang tuaku dulu, kemudian pindah ke rumah mertua. Suami setuju dengan usul ini.

Nggak ada drama penuh air mata, atau gerutuan nggak jelas selama tinggal di rumah mertua. Saya merasa nyaman dan damai sentosa. Ya iya lah nyaman, sampai nyuci aja dibantuin sama ibu mertua, hihiiii *nggak sopan banget nih menantu*

Ceritanya sih pas suami shift malam dan saya lagi nyuci pakai tangan, karena emang kagak ada mesin cuci. Yang ada mbok Painah, ART mertua. Tapi kagak mungkin lah saya meminta jasa beliau, kan nggak ikut bayarin?!

"Ibu gak usah bantu, saya kerjakan sendiri aja," Itu penolakan halus saya pada ibu mertua.
"Kamu kan sedang hamil muda, ntar capai. Biasanya kan dibantuin Ar," Dalih ibu mendengar penolakanku.

Ya udah, saya sih senang aja dibantuin, hihiii

Itu hanya sekelumit kisah saya pas tinggal bareng mertua selama empat bulan. Setelah itu saya dan suami menempati rumah sendiri di daerah pedurungan, Semarang. Jarak rumah kami dengan kediaman orang tua hanya tiga kilometer.

Alhamdulillah saya nggak pernah punya masalah dengan ibu mertua. Bahkan hubungan kami bisa dibilang nyaman dan akrab. Meski kami jarang jalan berdua, seringnya bareng keluarga besar atau bertiga dengan suami. 


Narsis rame-rame di Puncak, Bogor

Terus terang saya malah mengidolakan ibu dalam segala hal. Ibu itu pimpinan majelis taklim ibu-ibu di lingkungan tempat tinggalnya. Beliau juga menjadi sesepuh karena dulunya adalah tenaga pengajar di sebuah SD negeri di daerah Semarang Tengah. Ibu pula yang sering menjadi tempat meminta nasehat keluarga muda di lingkungan dan kerabatnya. Suami pun sering meminta saran pada ibu untuk memutuskan sesuatu. Biasanya sih suami mengikuti saran ibu karena ternyata sesuai dengan kata hatinya.

Kenangan yang paling melekat di ingatan adalah saat melahirkan Milzam dan Naufal. Ibu mertua yang ada di sisi saya selain suami. Ibu kandung saya yang penakut, tak mampu berada di sisi saya. Jemari ibu mertua yang mengelus perut dan kepala, menghantarkan rasa damai dan aman selama menanti proses kelahiran anak-anak. Hingga perawat pun salah mengira beliau adalah ibu kandung.

Ibu pula yang siap membantu saya menjaga si sulung saat ART mudik. Saat ibu kandung atau sepupu sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. 

"Nggak apa ibu aja yang jagain Milzam, mumpung liburan," Ucap ibu.
Mungkin ibu kasihan melihat saya mesti berangkat pagi-pagi menuju rumah bulik di jagalan, hanya untuk menitipkan si sulung.

Mungkin kedekatan suami pada ibunya, yang membuat saya membuka hati. Tak ada melodrama berebut perhatian suami dari kami berdua. Justru saya yang sering mengingatkan suami bila ada kelebihan harta untuk membagi pada ibu. Meski saya tahu, ibu akan menolak menerima dengan alasan kami lebih membutuhkan dana untuk keperluan keluarga. 

Bahkan ibu malah yang sering membagi rejekinya untuk kami. Entah itu berupa bantuan membeli motor atau laptop untuk si sulung atau sekedar kain untuk saya. Tentu saja untuk bantuan dengan nilai materi yang banyak, akan kami ganti lain waktu saat ada rejeki.

Ibu juga pribadi yang mampu menyenangkan anak-anaknya saat menerima pemberian berupa barang. Seperti tas yang pernah saya berikan, selalu dipakai terutama saat bepergian bareng. Hati anak mana yang tak bahagia, melihat ibu mengenakan barang pemberian kita?

"Alhamdulillah, mudah-mudahan uang ini berkah, rejeki kalian bertambah. Ibu juga berdoa semoga kalian sekeluarga selamat dunia akherat dan rukun semua,"

Demikian doa-doa ibu kala menerima pemberian materi berujud uang yang tak seberapa. Doa dan pengharapan akan mengalir tak henti dari mulutnya.

Ibu juga yang menularkan semangat pada kami agar menabung untuk berangkat ke tanah suci. Setelah kepulangan beliau dari tanah suci, saya memaksa suami membuka rekening khusus tabungan haji. Alhamdulillah, berkat doa ibu, kami pun bisa menyusulnya menunaikan ibadah haji tahun 2014 lalu. 

Banyak bekal yang diberikan ibu pada saya. Bukan hanya berujud uang dan baju ihrom. Namun doa ibu yang tiada putus, menjadi bekal saya dan suami. Hingga tak ada aral melintang, saya dan suami bisa melaksanakan semua ibadah sunnah, rukun dan wajib haji dengan lancar dan selamat. Dan kami bisa berkumpul lagi di tanah air, bertemu seluruh keluarga besar dalam keadaan sehat. Alhamdulillah, aamiin.

Rasanya saya ingin bisa seperti ibu, yang menyatukan ikatan kekerabatan. Menjadi tempat bertanya putra-putrinya. Menjadi tempat meminta doa setiap saat, ketika hati gundah karena urusan dunia. Ingin sekali saya bisa lebih sabar, ikhlas dan tak memandang uang sebagai harta semata. Ingin sekali saya bisa dengan mudah mengulurkan bantuan saat ada yang meminta, tanpa mengingat saldo tabungan, tanpa menengok isi dompet.

Ibu, saya sangat berterima kasih, telah membesarkan anak menjadi suami yang penuh kasih dan sangat bertanggung jawab. Berkat ibu, saya beruntung memiliki laki-laki yang sangat istimewa sebagai ayah anak-anak saya. Tak malu mengerjakan urusan rumah tangga. Tak segan mengantar saya kemana pun ingin menyambangi teman atau kerabat.

Terima kasih Ibu, dalam diam saya sangat mengagumi dan menyayangimu, salam penuh cinta. 




13 komentar:

  1. Yang Lain pada ikutan #K3BKartinia
    saya ga ikutan blum punya mertua heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Moga bisa segera mendapat istri dan tentunya plus ibu mertua yang penyayang ya Ilham :D

      Hapus
  2. Subhanallah, luar biasa ya Ibu mertuanya Bunda. Semoga Bunda dpt mengikuti jejak sang mertua, aamiin.

    BalasHapus
  3. ibunya baik ya....

    btw, rumah kita deket dong mak, saya di kalicari :D
    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga, hehee...

      Kapan2 ikut kopdar yuks di Semarang

      Hapus
  4. salam untuk ibunda mertuanya yang hebat nan gigih dalam aktifitas religi ya mbak Ida :)

    BalasHapus
  5. Banyak hal positif dan baik yang bisa kita ambil dari ibu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mba Lid, harus banyak belajar dari ibu nih :)

      Hapus
  6. dielus-elus pas mau melahirkan itu sesuatu banget ya mak. apalagi sama ibu mertua. semoga tetap saling menyayangi. aaamiiin.

    BalasHapus
  7. Seneng ya bu Wati, masih punya mertua. Saya sudah nggak ada mertua maupun ibu kandung. Semoga saya bisa menjadi mertua yang bisa seiring sejalan dengan mantu2 saya, kelak.

    BalasHapus
  8. Ibu mertua sesuatu banget ya mak. Terimakasih banyak Participasinya

    BalasHapus