SEDEKAH, ADA LAGI KAH? - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Selasa, 16 Desember 2014

SEDEKAH, ADA LAGI KAH?


     
Tas isi air zam-zam, kurma dan biscuit
  B
anyak cerita tentang sedekah di tanah arab. Kabarnya penduduk setempat sangat cinta sedekah.  Apalagi saat musim haji, pasti akan ada banyak orang yang membagi sedekah. Bisa dalam bentuk makanan, seperti kurma, jus buah, nasi plus ayam, kue dan biscuit. 

           
Saya dan teman satu regu segera berandai-andai bertemu dengan orang setempat yang rajin bersedekah. Orang Arab menyebut sedekah itu halalan. Artinya pemberian berupa makanan dan sejenisnya halal untuk kami miliki.

Suatu hari saya tengah duduk sambil membaca quran. Hal yang sering kami lakukan sambil menanti waktu shalat berikutnya. Tiba-tiba jemaah dari negara Turki menyolek lenganku. Segenggam kurma diangsurkannya padaku. Senyum tulus mewarnai rona mukanya yang putih bersih. Ahhh…inikah yang namanya halalan? Sapaku dalam hati.

“Thank you,” balasku atas pemberiannya.

Alhamdulillah, beberapa butir kurma dan minum segelas air zam-zam bisa menjadi pengganjal perut.
 
Cerita seru teman satu regu bikin kami mupeng. Ibu Ririn bersama suaminya tengah nawar Quran yang banyak dijajakan di gerobak di depan masjid Nabawi. Rencananya Quran sebanyak lima buah itu akan diwakafkan di Masjid Nabawi. Karena tidak cocok harganya, mereka pun berlalu dan meneruskan perjalanan pulang ke hotel.

Tiba-tiba mereka mendengar panggilan dari orang tak dikenal. Saat berpaling, berdirilah orang Arab dan menyodorkan uang sebanyak SR 100. Dari bahasa isyarat yang dipakai, maksud ucapannya adalah uang itu untuk membeli Quran. Antara bingung dan senang, suami bu Ririn menerima pemberian si orang Arab. Kemudian diangsurkannya uang SR 100 pada penjual Quran. Waaah...ini sih namanya sedekah untuk sedekah yaaaa... 

Sedekah memang banyak sekali ditemui saat bulan tertentu. Seperti saat bulan Ramadhan. Tapi yang paling sering adalah menjelang bulan Dzulhijjah. Hampir tiap saat saya menemukan orang yang menerima sedekah atau sedang membagi sedekah.

Saya mengalaminya berulang kali. Suatu hari usai shalat Dhuha dan akan balik ke hotel, saya bersama suami berjalan di basement.  Area basement ini menghubungkan pelataran Masjidil Haram dengan terminal Bab Malik. Tempat ini juga merupakan area pintu masuk beberapa hotel berbintang. 

Nah, di depan salah satu pintu hotel itu ada kerumunan. Ah...itu pasti halalan, batinku senang. Sampai di dekat kerumunan saya menengok, apa sih yang dibagikan? Oooo...pisang cavendish. Saya yang tidak begitu doyan, agak malas ikutan mendekat. 

"Wah, lumayan buat ngisi perut," Suami ternyata berpikiran lain.

Hmm, betul juga. Pisang itu bisa menjadi pengisi perut. Apalagi kami belum sarapan dan butuh tenaga untuk berebutan dengan sesama pengguna armada bus di terminal nantinya. Aiiihhh...sebenarnya sih saya jarang ikut berebutan naik ke atas bus. Paling sebel juga melihat mereka yang pada berebut gitu. Apalagi bus yang disediakan oleh Pemerintah Arab Saudi cukup banyak.  Bus-bus itu berjajar. Kami jarang menanti. Entahlah apa yang membuat orang senang sekali berlari dan berebut naik ke atas bus.

Balik lagi ke laptoppp... eh, ke cerita, hihiiii  

Nah, kami juga malas kalo mesti berebut menerima sedekah. Apalagi suami. Dia paling nggak mau ikut rebutan, dorong-dorongan hanya demi meminta kurma, jus ataupun makanan lain yang disedekahkan. Prinsipnya, kalo dikasih yo wis diterima dengan senang hati. 

Eh ternyata, saat kami tengah menatap jemaah dari India yang berebut pisang itu, seseorang dari samping kiri suami menyodorkan sesuatu. Waaah...tanpa berebut dan senggol-senggolan dengan sesama jemaah pun, kami juga mendapat pisang tuh. Hahaha... Alhamdulillah, rejeki tak akan lari kemana *tertawa bahagia
 
Saya tergolong sering dapat "halalan". Meski yang dibagikan tidak bernilai mahal, namun pemberian itu sangat bernilai di mataku. *gretongan lovers* *yesss*

Seperti siang itu usai menyantap bekal makan di tempat Sa'i. Saya duduk bersandar pilar. Hawa dingin memerangkap seluruh permukaan kulit. Merinding bulu kudukku bila duduk dalam posisi bersandar. Pendingin udara di tempat Sa'i bener-bener maknyeeesss.... Tapi mataku mulai digayuti kantuk. Biasa, perut kenyang, mata selalu jadi mudah ngantuk hahahaaa... *kebiasaan buruk

Seorang ibu beserta suaminya, mengajakku ngobrol. Olalaaa...mereka mengira saya berasal dari Nepal. Pasti ini gara-gara wajah yang item *efek jalan kaki pas di Madinah* *halaaahhhh

"I come from Indonesia. My name is Hidayah," Ngomong ngenggles yang gampil aja, hahahaa...

Saya menyebut nama yang mudah diingat. Bukankah Hidayah itu berasal dari bahasa Arab <3  
Ibu itu melafalkan namaku dengan mudah. Dan dia pun ganti menyebut namanya. Ibu Nifasa. Dalam keterbatasan bahasa, kami asik saling bertukar informasi tentang keluarga masing-masing. Ibu Nifasa ini malah menunjukkan foto-foto keluarganya juga. 

Aiiihhhh... pandanganku tertuju pada satu foto yang menarik. Seperti acara syukuran. Karena ibu Nifasa tampak menerima ucapan dari kerabatnya.

Rupanya benar dugaanku. Itu acara walimatul safar. Waaah...seperti di tempat kita nih. Saya tak mau kalah. Segera saya tunjukkan pada beliau foto-foto saat pengajian di rumah. Kami jadi tertawa bersama. 

Usai tertawa-tawa, beliau pamitan mau pulang ke hotel. Sebelumnya dari tas cangklong, beliau mengeluarkan sebuah hena. 

"For me? Oh, thank you," Ucapku terbata.

Saya begitu senang dengan pemberian itu. Sayang sekali saya tak membawa satu benda pun yang bisa diberikan pada ibu Nifasa. Tiba-tiba beliau menggamit lenganku sambil menunjuk hape di tangan.

Oh rupanya ibu Nifasa ingin mengabadikan pertemuan kami, hihihiiii  
Ayo deh ibu, dakuw siaaap <3 


Pernah juga saya bertemu dengan ibu-ibu dari India yang memberiku 4 buah gelang. Tahu kan kalo wanita India tuh seneng banget pake perhiasan. Bahkan ibu itu bertanya mengapa saya tidak pakai perhiasan satu pun.

Duh ibu...saya sengaja nggak pakai perhiasan karena pesan orang tua seperti itu. Bukan karena kagak punya, hiikksss... Dan ibu itu langsung melepas 4 buah gelangnya. Serta meminta saya langsung mengenakannya di tangan. *terharu sangat
Gelang dan Hena dari teman baru

Semakin mendekati saat wukuf, makin banyak pula sedekah yang dibagikan oleh warga setempat. Bahkan Mobily, jaringan komunikasi yang memiliki cabang di sebelah hotel kami, tak mau ketinggalan.

Saat itu saya dan suami ingin membeli pulsa. Sayangnya mereka meminta kartu yang menyertai sim-card Mobily. Karena kartunya ketinggalan di kamar, saya pun batal beli pulsa. Eh, si karyawannya manggil kami sambil mengulurkan dua tas parasut.

Penasaran dong dakuw. Setelah dibuka, ternyata isinya payung. Ahhh...saya tahu maksud pemberian itu. Sebentar lagi jemaah haji bakal menjalani Rukun Haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Nah, terutama di Mina, tas dan payung itu akan sangat bermanfaat. Tasnya bisa diisi dengan beraneka makanan, roti dan minuman kemasan, untuk sangu berangkat melontar jumroh. Tahu sendiri lah, jarak dari maktab sampai jamarat bisa mencapai 6km hingga 8 km pulang pergi. Payungnya?  Tentu saja untuk melindungi kepala dan muka dari sengatan matahari.

Okew deh, terima kasih Mobily <3 


Masih ada dua payung untuk dibawa pulang
Oh..oh, yang namanya rejeki tak mampu ditolak ternyata. Selang dua hari, kembali saya mendapat tas berisi payung dari Mobily. Daaan...menjelang berangkat ke Arafah, suami yang sekedar numpang nunggu bis di ruangannya yang adem, kembali mendapat payung.  *serasa jadi juragan payung

Coba deh dihitung. Pemberian pertama masing-masing dari kami mendapat satu. Pemberian kedua juga mendapat masing-masing satu. Kami sudah mengumpulkan empat payung kaaan? Nah, yang terakhir itu suami mendapat satu lagi. Enggak tahu deh antara bersyukur atau bingung, punya payung sampe lima buat apa? Akhirnya saya bagi-bagi pada sesama teman yang sedang jongkok di dekat koper masing-masing, nunggu bis yang bakal ngangkut ke Arafah..

Yang nggak kebagian kagak boleh ngiri.  Rejeki tiap orang kan berbeda <3

Seperti saya yang kagak ngiri saat beberapa teman dapat halalan berupa ayam goreng dan nasi qibsah. Kagak ngiri lah, karena ada yang nggak doyan. Trus nasi dan ayamnya dikasih deh untukku. Yang namanya rejeki, kagak bakal jauuuh dari akyuuu *senyum malaikat

Alhamdulillah yaaaa

Eh hari terakhir di Makkah,  kembali tanpa sengaja saya mendapat halalan. Pas berjalan di antar ruang Sai lantai dasar menuju area shalat. Tempat yang dekat dengan biasanya jenazah disemayamkan menunggu waktu shalat. Ada laskar yang meminta kami ikut dalam barisan. Aiiiih...ada halalan apa nih? Ahh... petugas masjidil Haram akan bagi-bagi Quran, batin saya saat itu. Ingatanku melayang pada sepupu yang meminta oleh-oleh quran.

Rupanya setelah berbaris sepuluh menitan, kami menerima tas yang berisi kurma, biscuit, jus, air zam-zam satu botol dan manisan buah.  


Sepulangnya dari masjidil Haram, tas pemberian dari Gubernur Makkah itu membuat envy teman-teman satu regu. Hihiiii...dari seluruh rombongan kloter  17, hanya saya dan suami yang mendapatkannya <3

Rejekiiii...tak akan kemana, temaaan *senyum manis
Terima kasih sudah berkenan membaca kisahku .
Sampai jumpa pada kisah seru haji  yang lain yaaaa....

14 komentar:

  1. iya ya mbaa, takjub deh para jemaah, begitu royal bagi-bagi..waktu umrah dakuw sering dikasih jus buah hihihi...Alhamdulillah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes banget mba, hahaha... paling banyak emang jus dan buah, melimpah ruah yaaa

      Hapus
  2. wah, berbagi itu bisa apa saja ya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mba Riski, kadang sebiji permen juga mampu menerbitkan senyum indah sesama jemaah :)

      Hapus
  3. alhamdulillah...
    orang tua saya jg cerita, bnyk dapet halalan di sana...
    *nunggu cerita selanjutnya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pasti mba Nathalia udah denger banyak cerita dari orang tua yaaa. Inshaa Allah akan ada tulisan tentang haji lagi, makasih kunjungannya :)

      Hapus
  4. Waah alhamdulilah ya dapat banyak halalan. Jadi pengin ke Mekah maak...Semoga segera bisa menyusul kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...moga terwujud keinginannya ya mba Nunung :)

      Hapus
  5. Waa dapet payung banyak, pas banget masuk musim hujan ya mbaa hihi. Ditunggu cerita haji seri selanjutnya mbaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha..iya nih, lumayan ya pengiritan *follower Mak Irits sih ;)

      Hapus
  6. Subhanallah, rejekinya banyak sekali mak :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mak Lusi, banyak dan ada yang bisa dibagi ke temen hehe

      Hapus
  7. Masya Allah Mak ... bahagia sekali membaca ini. Berkah yang banyak perjalanan haji ya Mak ... mudah2an saya bisa ke sana juga ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tiap kali dapat 'halalan' selalu bikin speechless... amiin, moga bisa segera nyusul bareng keluarga ya mak :)

      Hapus