Penulis :
Dian Kristiani
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Tebal : 153 Halaman, Soft Cover
Harga : Rp. 38.500
Genre : nonfiksi / inspirasional
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Tebal : 153 Halaman, Soft Cover
Harga : Rp. 38.500
Genre : nonfiksi / inspirasional
Begitu buku I’m (not) Perfect terbit, satu kata
yang muncul adalah ‘Surprised”. Yup! Karena, beberapa hari sebelumnya mbak Dian
Kristiani sudah membuat ‘thread’ di fb-nya tentang satu dua tiga isi buku ini.
Dan, resolusiku, cie..cie...cieeee, segitunya hahaha, harus beli
buku ini! Yay! Kenapa? Balik deh aku tanya, kenapa tanya? Berarti yang tanya
belum baca buku ini, kasihaaaan ;D
Oke, karena rencana nulis di sini adalah untuk
review buku I’m (not) Perfect. Aku tak akan berpanjang kata nulis prolognya,
hihi...
Di dalam buku ini, penulis menggiring pembaca,
terutama wanita agar tak men’judge’ sesama wanita atas kekurangan yang tentunya
tak bisa ditolak ini. Misal, tentang tak bisa memberi ASI (ngerasa bangeeet a.k.a
makjleb). Pernah aku menuduh temanku di kantor yang tak mau memberi ASI. Waktu
itu aku kritik dia, tapi aku juga bantu membelikannya makanan yang kupikir bisa
membancarkan ASI-nya. So, aku kan tak menjelek-jelekkannya abis-abisan, huehue..
nyesel sejuta kaliiii....
Nah, kalo masalah melahirkan secara caesar?
Kebetulan teman yang sama sempet curhat, kenapa dia tak bisa melahirkan dengan
cara normal? Mengapa dia harus melalui proses caesar, yang beruntung sekali dia
tak keluar duit karena dapat tunjangan asuransi. Namun, banyak orang yang
menuduhnya dulu bukan anak berbakti pada ortu. Hah? Apa hubungannya coba?
Melahirkan secara caesar dengan durhaka pada ortu?!
Ternyata mbak DK juga mengalami tuduhan ini?
Berarti mindset kebanyakan orang kudu diubah gitu? Gak tahulah saya. Yang
jelas, saya tahu banget kalo teman saya adalah orang yang sangat berbakti ama
ortunya. Dan permasalahan tiap wanita yang (terpaksa) memilih proses caesar,
tentu berbeda sesuai kondisi tubuh dan situasi pas melahirkan.
Betewe...cerita di buku ini banyak banget yang
menyentil rata-rata sikap, tingkah dan ucapan wanita pada sesama wanita. Yang merasa
tersindir, harusnya berterima kasih pada mbak DK. Bagaimanapun, beliau kan
sekedar curhat, tapi berhadiah. Hihihi....iya kan, karena dapat duit dari
curhatannya ;D Dan buka Cuma itu. Karena curhatan ini juga bisa jadi bahan
renungan kita, duh dalem bangeeet J
Terserah bila ada pembaca yang gak suka dengan
curhatan a.k.a sindiran mbak DK. Hihihi, padahal beliau nulisnya meski tajam
setajam silet, tapi menuturkannya dengan gaya bahasa yang mengalir. Air
kaleeee...
So, meski waktu pertama saya buka-buka dulu buku ini dari awal,
tengah dan akhir halaman. Karena saya bingung mana dulu yang mau dibaca,
hehehe... Tapi saya seperti biasanya, akhirnya baca dari halaman pertama, urut
hingga akhir.
Dan, kebanyakan sih saya setuju dengan beliau.
Seperti tentang sandal yang merk ‘c....s’ ntu tuuu... Meski pertama sempet
pengen beli, begitu banyak sekali yang makai meski beda merk dan jauuuuh sekali
beda kasta alias harga, aku mundur beli deeh ;D Sandal sejuta umat yang beda
kasta gituuuh, hihihi...
Atau soal masak! Aku sebenarnya suka masak. Tapi
gimana dong kalo dari pagi udah sibuk ngurus rumah, mesti ontime kerja jam
setengah sembilan pagi dan nanti pulang jam setengah lima sore. Badan udah
capek lahir batin, masih disuruh nyiapin masakan untuk keluarga? Oh, sayaaang
aku tahu semua yang aku lakukan pasti dapat imbalan pahala dari Tuhan (ini kataku
pada suami duluuuuuu sekali) Tapi, kita harus realitis (dengan alis berkerut),
karena aku bukanlah wonder woman, yang bisa bekerja dengan sekali kibasan
tangan ;D Alhamdulillah, suami senang-senang saja dimasakin ama ibu mertuanya,
hahaha... alias katering ama ibuku. Bersyukur banget nggak ada yang nyolot soal
ini dari lingkungan rumah alias tetangga J
Ya sudahlah, kalo gitu, sebagai istri
eh, wanita, nggak ada yang sempurna. Tapi, kalo saya sudah terlihat sempurna di
mata suami (ini ucapan suamiku lho, sumpeeeh! ;D ), ya
biarkan aja anjing menggonggong, dakuw mah tetap aja jalan seperti biasa. Hihi,
kok jadi curhat sih? Tapi bener deh, manusia kan gak ada yang sempurna. Karena itu, semua ada pasangannya. Kalo ada wanita yang gak bisa masak, mudah-mudahan suaminya pintar masak. Lho?! Yah, seenggak-enggaknya ada orang terdekat yang bisa dimintai bantuan siapin makanan untuk keluarga, gitu, hihi...
Pokoke, buku mbak Dian selalu
dinanti-nanti sama dakuw, dan semua penggembiranya, eh penggemarnya. Buku non
fiksi yang bisa bercerita seperti novel, alias tidak menggurui. Begitu!
Moga ada lanjutannya, seperti buku
yang sebelumnya. Harus!
Tidak ada komentar: