Pertemuan Dua Hati, 80 Tahun Nh. Dini Yang Sarat Makna Dan Cerita - My Mind - Untaian Kata Untuk Berbagi

Jumat, 04 Maret 2016

Pertemuan Dua Hati, 80 Tahun Nh. Dini Yang Sarat Makna Dan Cerita


www.hidayah-art.com

Assalamu'alaikum. Senangnya minggu ini diawali dengan mood booster bakal hadir dalam acara ultah eyang Nh. Dini. Minggu malam udah semangat aja bawaanya, pengen segera pagi. Hihihiii, jadi ingat jaman anak-anak masih kecil kalo dapat undangan ultah temannya, bawaannya udah heboh aja. Udah kebayang pasti pestanya meriah dan banyak makanan. Whoaaa :D

Itu sih bayangan anak kecil. Nah, kalo yang ultah adalah maestro sastra Indonesia? Saya nggak ada bayangan sedikit pun, seperti apa suasana yang bakal ada di sana. Akankah berkumpul banyak penulis sastra Indonesia? Yang pasti sih ultah eyang bertema Pertemuan Dua Hati, 80 tahun Nh. Dini yang sarat makna dan cerita ini berlangsung meriah, mengharukan dan sangat menarik. Yuk deh, lanjut ceritanya.


Sayangnya senin pagi itu saya agak telat hadir, meja udah full. Alhamdulillah udah disiapin kursi sama Winda Oei dan Artie. Ada juga mba Dian Nafi, juga mba Ike, penulis freelance yang pernah menjadi karyawati Suara Merdeka. Dulu sesekali sering sms-an kalo pengen wawancara penulis IIDN Semarang. Saya malah belum sempat ketemu muka, dan baru pertama bertemu senin itu. 

Ruangan sudah penuh dengan tamu undangan dari berbagai kalangan. Sahabat, kolega, kerabat dan orang-orang yang care dengan eyang Dini, terlihat memenuhi setiap kursi di dalam ruangan. 

Karena telat datang, saya hanya bisa menyaksikan bagian akhir tarian oleh Sanggar Greget. Saya sempat menyaksikan aksi panggung mereka saat latihan jelang Kota Semarang ulang tahun. Pimpinan Sanggar Greget, yaitu mas Yoyok B. Priyambodo ikut serta tampil. Duuuh, gegara berangkat telat, saya urung menikmati aksi panggung yang komplit dari mas Yoyok dan anak didiknya.


Acara berikutnya musikalisastra dari karya Nh. Dini yang dibuatkan komposisi musiknya dengan lirik lagu yang diambil dari tiga novel beliau. Tiga sahabat yang membawakannya, menguntai syair lagu dengan nada lembut, tapi juga dalam intonasi nada tinggi. Sangat menarik, saya jadi terlena dengan karya sastra yang digubah ke dalam bentuk lagu dan musik.



www.hidayah-art.com
Tiga sahabat Eyang Dini
Setelah musikalisastra, dilanjutkan dengan Pembacaan Kisah Dini yang diwujudkan dalam bentuk tarian oleh sahabat eyang, yaitu Ibu Bulantrisna. Perempuan yang juga dokter THT ini sangat dekat dengan keseharian eyang, karena sempat menitipkan ketiga anak-anaknya dalam pengawasan eyang.


Tarian yang berjudul SITAYANA merupakan sebuah cerita tentang kesetiaan Dewi Sita. Setelah dibebaskan oleh Rahwana dari penjara, kesetiaanya diragukan oleh sang suami, yaitu Rama. Sita meninggalkan suaminya dan hidup dalam pengasingan.

www.hidayah-art.com


Tari "Topeng Sitayana" ini dibawakan dengan penuh penghayatan oleh Ibu Bulantrisna Djelantik. Dengan diiringi alunan gamelan oleh Putu Putrawan dan vokal Ayu Laksmi. Sementara sebelum tarian, dibacakan puisi tentang Topeng Sitayana oleh Putri Minangsari dan Novy Delimarta.

Saat acara berikutnya, yaitu acara Eyang Dini bercerita. Eyang duduk di panggung dan mulai memperkenalkan keluarganya yang hadir bersamanya. Ada kakak paling tua yaitu Mbakyu Heratih Siti Latifah, juga kakak kedua yaitu kangmas Sutoyo. Mereka berdua udah berusia 86 tahunan. Masya Allah, sungguh menarik ya mengetahui keluarga eyang ternyata punya genetik usia lanjut. Mereka berdua masih sehat dan terlihat segar. Semoga mereka diberikan usia yang berkah dan kesehatan di masa tua.



Dalam kesempatan tersebut eyang juga menuturkan rasa sukacitanya karena memiliki banyak sahabat yang sangat memperhatikannya. Kisah hidup eyang yang berpindah tempat tinggal, karena kedua anaknya yaitu Padang yang terkenal dengan karya Minion-nya tinggal di negara Perancis. Sementara Lintang juga tinggal di luar negeri, menyebabkan eyang mesti memilih tinggal bersama orang-orang yang menyayanginya di Wisma. Bersama Bruder Bayu dan Bruder Heru. Mereka berdua bersama perawat yang selama ini mendampinginya.

Eyang juga berterima kasih pada pengemudi taxi langganan yang sudah setia menemani kemana pun beraktivitas.

Saat eyang bercerita dengan polos dan jujur, menyiratkan bagaimana isi novel beliau selama ini. Seluruh isi cerita dalam novelnya adalah potret hasil pengamatan eyang tentang ketidak adilan yang diterima kaum perempuan.

Eyang memang senang bercerita. Saya bahkan sebelumnya sempat menikmati ngobrol bersama eyang dan teman-teman penulis yaitu Winda, Dian, Artie dan Dedew di rumah makan Nglaras Roso. Ya, resto Nglaras Roso memang menjadi pilihan eyang tiap bertemu dengan penulis-penulis muda ini. Alasan nyaman restonya bikin eyang setia dengan pilihan resto tersebut.

Acara berikutnya adalah pembacaan testimoni dari para sahabat.

1. Hesti Utami, perwakilan dari Rotary Club Semarang, yang bernama Kunthi. Ibu Hesti menuturkan proses perkenalan dengan eyang dan kisah selama bersahabat dengan beliau. Sangat menarik juga karena eyang ternyata sangat berjasa dalam gerakan sosial yang dilakukan bersama Rotary Club.

www.hidayah-art.com

2. Yudiono KS, sahabat eyang yang baru saja pensiun dari mengajar di UNDIP. Penulis yang sangat terkesan dengan eyang Nh. Dini ini mengingatnya sebagai pribadi yang jujur, polos, baik hati dan setia pada pekerjaannya sebagai penulis.

3. Taufiq Ismail, sastrawan yang sempat ditolak beberapa karyanya dan iri dengan keberuntungan Nh Dini yang karyanya sering dimuat di media kala itu.

www.hidayah-art.com

Pak Taufiq sempat membacakan puisinya yang berjudul Semoga Negeri Kita Masih Disayangi Tuhan. Saya jadi merinding mendengarkannya, ngeri banget cerita negeri ini.

4. Bulantrisna Djelantik, yang pernah menitipkan anak-anaknya dalam pengawasan eyang. Beliau menawarkan eyang tinggal bersamanya untuk menulis. Semua kebutuhan eyang, seperti tempat menulis dan ubo rampenya disiapkan oleh ibu dokter yang masih cantik pada usia senjanya. Syaratnya hanya satu, eyang mengawasi anak-anaknya. Ahhh, jadi jealous deh dengan mereka bertiga, tumbuh besar didampingi eyang.

www.hidayah-art.com

5. Ajip Rosyidi, yang sering menerima kartu pos dari eyang. Eyang memang hobi banget mengirimi sastrawan masa itu dengan kartu pos. Dan sekalinya Ajip mengirimi eyang adalah surat berupa protes saat mengetahui eyang bakal menikah dengan orang berkebangsaan Perancis. Eyang dikatakan tidak memiliki jiwa nasionalis karena tidak mau memilih laki-laki WNI.

Cerita pak Ajib sering mengundang tawa, padahal menurut beliau ini adalah kenyataan yang diketahuinya.

www.hidayah-art.com

Pak Ajib masih terlihat sehat dan hingga detik ini masih menulis loh. Waaah, jadi makin bersemangat dengar cerita beliau.

Acara kian seru dan hangat dengan testimoni yang dituturkan oleh sahabat eyang Dini. Saya sangat beruntung bisa hadir dalam acara ultah eyang. Siapa sangka banyak sekali orang yang ternyata masih sangat care dengan eyang.

Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ahmad Tohari yang mengawali doa dengan sedikit menuturkan sesuatu yang istimewa dari eyang. Meniru ucapan pak Ajip, bahwa negara harus hadir dalam hidup eyang Dini. Beliau adalah tokoh sastra yang hidupnya hanya dipersembahkan untuk karya sastra. Tidak memiliki kegiatan lain selain mendedikasikan seluruh hidupnya untuk dunia menulis.

Kebetulan sekali siang itu hadir Fadli Zon, anggota DPR yang dimintai langsung oleh bapak Ahmad Tohari, agar pemerintah lebih memperhatikan para pujangga sastra.

"Contohlah Malaysia yang sangat memperhatikan penggiat sastranya, meski karya mereka belum ada apa-apanya dibanding sastrawan Indonesia. Negera tetangga itu sangat memperhatikan dengan memberikan santunan kesejahteraan bagi penulis senior," tutur penulis Ronggeng Dukuh Paruk.

Atau seperti yang diucapkan oleh ketua Panitia Ulang tahun Eyang Nh. Dini, bahwa jangan biarkan Mbakyu Dini sendiri.

Eyang memang rutin melakukan terapi untuk penyakit vertigo yang dideritanya, dengan terapi akupunktur. Jadi enggak hanya undangan yang hadir kemarin, tapi siapapun bisa mendonasikan materi untuk keperluan kesehatan eyang.

Siang itu usai pembacaan doa oleh bapak Ahmad Tohari, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng, tiup lilin kue ultah dan makan siang bersama dalam suasana santai.

Saya bahkan bersama mbak Dian Nafi dan Ike, sempat meminta foto barenga pak Taufiq Ismail, Pak Ahmad Tohari dan Eyang Dini.

Siapa sangka saya bisa bertemu dengan sastrawan yang selama ini hanya bisa membaca hasil karyanya? Seperti juga Eyang Dini, saya telah berkenalan karya-karya mereka saat usia SMP. Karena tugas bikin resensi dari karya beliau-beliau itu.

Hingga sempat melupakan makan siang saking asyiknya meminta foto bareng sastrawan Indonesia yang telah melegenda. Semoga Pak Ahmad Tohari, Pak Ajip, Pak Taufiq Ismail, serta eyang Nh. Dini diberikan kesehatan dan umur panjang. Aamiin.

www.hidayah-art.com
Bersama bapak Taufiq Ismail

Aaah, rasanya perut enggak begitu lapar. Jadi nyesel juga nggak bawa buku karya pak Taufiq Ismail dan Ahmad Tohari. Kalo tahu bakal ketemu beliau, saya pasti bawa buku karya mereka dan meminta tanda tangan.

Tapi akhirnya saya mengisi perut juga, karena hidangan yang tersaji mengundang selera. Ada Mie Kopyok khas Semarang, Galantin, Slada Bangkok, Nasi Kuning dan ice cream. Pengen tahu saya memilih hidangan yang mana?

Tadaaaa... Ini dia pilihan maksi saya :D


www.hidayah-art.com
Ada Eclair yang menggoda, tapi sayang perut udah kenyang


www.hidayah-art.com
Mie Kopyok ini favorit tamu undangan

www.hidayah-art.com
Langsung kedinginan begitu mencicipi ini :D

Alhamdulillah senang bisa hadir dalam acara yang bertajuk Pertemuan Dua Hati, 80 Tahun Nh. Dini. Acara yang sarat makna, hangat dalam cinta dan cerita yang tak bakal dilupakan para sahabatnya. Saya merasa begitu beruntung bisa menjadi salah seorang sahabat eyang yang diundang datang. Memang keinginan eyang adalah mengundang beberapa penulis muda yang pernah bertemu beliau sebelumnya. Selamat ulang tahun Eyang Dini, moga sehat dan panjang umur agar bisa terus berkarya, aamiin.

www.hidayah-art.com
Goodie bag yang cantik ini bikin saya makin senang
Pulangnya pun eyang masih membagikan goodie bag berupa tas berisi sebuah novel karya beliau, mug cantik dan satu toples kecil kue kering dari Toko Oen. Alhamdulillah berkali-kali, senangnya.

Wassalamu'alaikum teman. Semoga bertemu lagi dalam cerita yang lebih seru bersama eyang Nh. Dini ya, aamiin.

22 komentar:

  1. NH Dini dulu sering baca karya-karyanya, wah ternyata masih eksis di usia seperti itu...

    BalasHapus
  2. Wah asiknya bisa ketemu NH Dini. Bukunya saya baca sejak SMA. Sayang, anak2nya seperti panah lepas dari busur ya.. Jauh sekali perginya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah senang mbak, bisa hadir dalam perayaan ultah beliau. Iya sih, kan karena mereka juga sejak kecil tinggal di luar negeri, mbak

      Hapus
  3. Bahagia banget pastinya bisa berkesempatan bertemu dengan para sastrawan legendaris ya mb Wati. Semoga ke depannya negara kita juga memperhatikan mereka dan karya2nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga ya mb Ika, kasihan juga melihat kondisi para sastrawan yang kekurangan pada usia senjanya. Kalo eyang sih banyak banget yang setia berada di sisinya.

      Hapus
  4. Huwaaa ketemu orang2 hebat yang membumi. Senang sekali. Semua nama yang disebutkan di dalam tulisan ini adalah orang2 berkualitas yang berdedikasi tinggi pada profesinya.
    Bulan Trisna, jadi ingat buku Pada Sebuah Kapal nya NH Dini, yang di halaman awalnya tertulis "kepada penari Bulantrisna. Ini dokter THT putri saya, wkwkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya mba, dokter THT. Abis baca halaman awalnya, sempat lupa sih kemarin diingat-ingat kok nyebutnya si MC dokter gigi, hihiii. Akhirnya buka bukunya lagi, makasih udah diingatkan mbak. Aku edit deh :)

      Hapus
  5. Saya baca NH Dini dari SD. Suka dengan karya2nya, dari yg cerpen2 sederhana hingga yg berat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, fans eyang hadir di sini, semoga ada kesempatan bertemu eyang Dini, mbak

      Hapus
  6. Waaaah beruntung sekali Mbak Dayah bisa hadir adi acara HUT Eyang Dini yah. Ibu saya punya bbrp novel beliau, saya membaca nama NH Dini pertama kali tahun 80-an dan kalo gak salah di majalah2 wanita ketika itu, karyanya sering dimuat juga.

    BalasHapus
  7. Wah.. Beruntung bisa hadir di acara dengan penulis-penulis besar dan hebat..

    BalasHapus
  8. selalu sneng klo ketemu sastrawan ato seniman yg kondang. eyang nh dini kliatan seger

    BalasHapus
  9. wah masih seger ya , mungkin karena keturunan , krn ibuku itu sudara sepupu jauh dengan NH Dini. Ibuku dan keluarganay juga termasuk yang panjang umur dam masih gesit di usia tuanya

    BalasHapus
  10. NH Dini.... ya Allah aku pengen banget ketemu beliau.....

    BalasHapus
  11. Beruntung ya Mbak, kalau timggal di kota besar. Semoga blogger Jepara bisa nyusul dan diakui di kotanya.

    BalasHapus
  12. diusia 80 tahun Eyang NH. Dini masih terlihat segar :)
    semoga Eyang Dini sehat terus dan tetap berkarya :)

    BalasHapus
  13. Keren ya eyang N H Dini, makaaih mbak wati tulisannya jadi bikin tenggelam seolah ikut hadir disana, seru syahdu syarat makna ya acaranya toplah heu

    BalasHapus
  14. Ternyata sudah 80th.. kirain baru 70an lho Mba..

    eh Mba.. isi goodiesnya bikin mupeng.. *gagalpokus :P

    BalasHapus
  15. Wah, 80 tahun dan masih produktif bermanfaat yaaa beliau.. semoga sehat terus... aamiiinn..

    BalasHapus
  16. Wah.. Itu semua sastrawan2 besar ya. Kumpul di satu acara. Semangatnya menular nih. Keren banget..

    BalasHapus