Halo assalamu'alaikum temans, semoga sehat semua ya hari ini, aamiin :D
Bulan
Muharam nyaris di ujung bulan. Tapi tetap saja semangat kebaikan bulan
Muharram dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Iyeesss... Bulan
Muharram itu identik dengan menyantuni anak yatim. Meski sebenarnya
nggak harus pada bulan ini saja ya sedekah buat anak yatim. Kalo perlu
tiap bulan deh, aamiin, semoga ya.
Bulan Muharram bagi keluarga saya identik pula dengan Bubur Suro. Dari keluarga Bapak saya, sejak kecil saya sering melihat simbah putri yang membuat bubur Suro. Dari keluarga ibu yang berasal dari Kudus, malah saya tidak pernah menemukan tradisi ini.
Bubur Suro juga ditemukan di wilayah Kalimantan, Sarawak, Banjar, dan Sumatera di Tanjunguma Kepulauan Riau, Aceh serta menyebar di daerah kantong-kantong ISlam yang kuat ajarannya.
Bila melihat komposisi Bubur Suro, berisi Bubur, Sambel goreng kentang/hati sapi, Telor dadar, Opor/Gule, dendeng ragi/srundeng, kacang goreng, kacang kedelai dan kering tempe. Namun Bubur Suro yang sering dimasak di keluarga saya, hampir mirip dengan Bubur India di Masjid Pekojan. Bubur India ini biasanya hanya ada pada saat bulan Ramadhan sebagai takjil dan dibagikan untuk orang-orang yang berbuka. Saya pernah menuliskannya BUBUR INDIA, TAKJIL UNIK DAN LEGENDARIS DARI MASJID PEKOJAN.
Bisa saja Bubur Suro yang dimasak keluarga simbah sejak dulu karena pengaruh dari saudagar yang berdagang di tanah Jawa. Seperti juga kisah Bubur India yang dibuat oleh keturunan para pedagang atau sadagar dari tanah Gujarat.
Bahkan cara menikmati bubur Suro, yang dihidangkan bersama kuah Gule atau opor, dalam keadaan masih panas. Cara mengonsumsinya memiliki makna khusus. Ada strategi mengonsumsinya yaitu dengan menyendok sedikit demi sedikit dari pinggir secara memutar.
Dua cara penyajian bubur suro |
Tahukah temans, ini mencerminkan kehebatan Rasulullah Saw saat perang KHandaq. Beliau bergerak memutar dari pinggir arena dengan melakukan serangan-serangan dan menuju ke tengah. Beliau juga membuat parit-parit yang disebut Khandaq, agar menghalangi musuh untuk bisa memasuki area pertahanan kelompok pejuang Islam.
Sementara pembuatan Bubur Suro akan saya share nanti di blog yang satu ya. Blog baru yang kadang suka lupa saya posting karena asik dengan blog yang ini, hihiii
Ibu saya sendiri sebagai menantu simbah, sering membuat Bubur Suro saat anak-anaknya masih kecil. Ketika saya belum menikah lumayan sering juga membuat bubur ini. Atau ketika Milzam dan Naufal, cucu yang baru dimiliki ibu saya, masih kecil dulu sering juga bikin bubur ini tiap tahun saat bulan Muharram.
Dan nyaris lima tahun ini ibu tidak lagi membuatnya. Saya sih maklum, karena membuat bubur Suro itu tidak sesederhana seperti cara menikmatinya. Karena kangen ingin menikmati Bubur Suro, kemarin pas tanggal 11 Muharram 1437 saya ajak ibu masak Bubur Suro lagi. Kan saya bisa bantuin masak yang mudah, bukan buburnya maksud saya :D
Bubur kuning, sambel goreng kentang, gule ayam kampung |
Dan, ini lah hasil masakan kami. Enggak komplit, karena pelengkap bubur ini seperti srundeng kurang disukai anak-anak. Padahal saya dan suami suka srundeng. Tapi prinsip saya, kalo anak-anak enggak suka ya mending nggak usah dibuatin, gitu.
Nanti ya, saya tuliskan cara pembuatan Bubur Suro di blog KLANGENANKOE ini, temans :D In syaa Allah sabtu tanggal 14 Nopember 2015, tungguin yaaa.
Bubur Suro ini ternyata jarang dibuat di lingkungan perumahan saya dulu pas tinggal di Pedurungan. Makanya dulu saya buat dengan bantuan ibu, dan saya bagikan kepada tetangga kami, banyak yang bertanya gimana cara bikinnya. Tetangga di rumah lama kebanyakan orang rantau, jadi memang hanya beberapa saja yang asli orang Semarang. Makanya banyak yang baru pertama kali melihat penampilan Bubur Suro ini.
Nah, sama kah bubur suro ini dengan yang ada di tempat kalian, teman? Yuk, share juga di blog.
Wassalamu'alaikum.
saya baru tahu ada bubur suro ini mba, dan filosofinya bagus ya...
BalasHapuskalau ramadhan sering lihat di tivi,banyak banget yang ngantri...tapi baru tahu aslinya disini,unik ya mbk tradisinya^^
BalasHapusDulu ada simbah2 yg selalu masak untuk hari2 khusus begini di rumah mertua. Aku suka banget, enak, katanya pake disuwuk. Sekarang sudah wafat, jadi kehilangan makanan2 khusus spt itu.
BalasHapuswah mba jadi pengen cobain bubur suronya....
BalasHapusDi kampungku blas ga pernah masak bubur ini pas suronan mba :(
BalasHapusblom pernah cobain bubur ini.
BalasHapusdi perumahan saya tidak pernah ada tradisi suronan mbak jadi nggak pernah buat bubur suro...kalau dulu waktu masih tinggal di Sukun masih ada tradisi suronan... :)
BalasHapusDi sini ada bubur juga, Mbak .. di bulan Muharram tapi buburnya manis
BalasHapusbikin ngiler aja nih mba
BalasHapussaya baru tau ada bubur suro
BalasHapusBaru tau bubur Suro ini. Buburnya itu bubur dari beras atau tepung ya mbak?
BalasHapusBuburnya dari beras kok mbak, kayak bikin bubur biasa tapi bumbunya nasi kuning :)
Hapusbuburnya endes nih kayanya mbak, gurih pastinya
BalasHapus