Mengenal Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia
Assalamualaikum Sahabat. Musim hujan identik dengan datangnya nyamuk juga. Kata teman saya, nyamuknya satu tapi temannya tuh yang banyak dan nakal. Namun yang bikin saya merasa lebih aware lagi adalah munculnya kasus demam berdarah dengue di lingkungan tempat tinggal kami.
Tahu dong apa penyebab DBD muncul? Iyes, nyamuk Aedes Aegypti yang sudah terinfeksi virus dengue dan menggigit orang sehat. Kalo orangnya memiliki imun sehat ya gak masalah. Beda ketika yang kena gigit nyamuk Aedes Aegypti imunnya rendah, akhirnya terinfeksi virus dengue dan sakit DBD.
Kegalauan hati ini agak berkurang ketika hari Selasa mendapat ajakan untuk hadir dalam Workshop Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia di Kota Semarang. Kegiatan yang didukung oleh Kementerian Kesehatan RI dengan kerja sama Dinas Kesehatan Kota Semarang ini menghadirkan narasumber Dirjen P2PM Kemenkes RI, Kepala Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Kabid P2P DKK Semarang, dan tim dari UGM yang mengembangkan teknologi Nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia.
Workshop Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia Hari ke-1
Pembukaan acara dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan berdoa untuk kelancaran acara dipimpin oleh MC dari pantia. Sambil menanti narasumber dari Dirjen P2PM Kemenkes RI, peserta yang hadir diminta untuk mengenalkan diri. Peserta workshop terdiri dari beragam komponen masyarakat. Perwakilan dari organisasi IIDI, Perguruan Tinggi, LPMK Kecamatan, Darma Wanita, TOkoh Agama, Organisasi Keagamaan, Rotari, Pewarta, Media Elektronik, Blogger, dan Tim Wolbachia Semarang.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes RI, Bapak Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS menyampaikan kata sambutan via zoom, tentang pentingnya teknologi Nyamuk Aedes Agegypti Ber-Wolbachia. Karena kasus demam berdarah yang tinggi bisa memberikan dampak yang luas. Tidak hanya masalah kesehatan namun juga bisa menimbulkan aspek ekonomi. Juga muncul keresahan warga dengan kasus yang ada di lingkungannya meski kegiatan PJN sudah dilakukan rutin.
Pengantar dari Dinkes Semarang, Ibu Dian, Kabid P2P Dinkes Kota Semarang
Mengadakan proyek percontohan di 5 kota yang ada di seluruh Indonesia. Workshop Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti ber-wolbachia dilakukan yang pertama di Kota Semarang bersamaan dengan Kota Bandung. Nantinya kegiatan ini akan berkolaborasi dengan UGM sebagai pusat penelitian dan pengembangan telur nyamuk Wolbachia. Tiga kota lainnya adalah Jakarta Barat, Kupang, dan Bontang.
Pilihan 5 kota ini sudah ada kekuatan hukum yaitu dengan dikeluarkan Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue Dengan Metode Wolbachia.
Kegiatan workshop dengan mengajak berbagai elemen masyarakat ini, diharapkan masyarakat bisa diadvokasi. Peserta yang hadir bisa menyampaikan informasi yang benar setelah workshop usai. Karena kalo dilakukan sendiri oleh Dinas Kesehatan tentu tidak bisa. Butuh kerjasama dari berbagai pihak yang bisa menjadi penyampai informasi.
Jangan lupa juga kalo strategi utama PJN tetap dilakukan, namun wolbachia yangi mendukung kegiatan ini. Tujuan kegiatan workshop untuk menekan kasus demam berdarah yang ada di Kota Semarang.
Kota Semarang ini ada 16 kecamatan dengan 60 % merupakan hunian. Dan kecamatan yang menyumbang angka kasus demam berdarah tertinggi selama 5 tahun terakhir yaitu Banyumanik, Tembalang, Pedurungan, dan Ngaliyan.
Ada 3 syarat untuk kena DBD:
- Harus ada orangnya
- Virus di dalam tubuh orang atau nyamuk. Karena virus DBD ini bisa berkembang di orangnya dan di nyamuk.
- Nyamuk Yang terinfeksi Virus dengue dari orang yang membawa virus sebelumnya.
Nyamuk itu nggak memandang kondisi perumahan elite atau sederhana. Sepanjang ada tempat untuk berkembang biak bagi telur nyamuk aedes aegypti. Di hunian elit pun bisa juga, seperti tempat penampungan air, kolam renang, taman dan lainnya.
DR. Dr. Abdul Hakam - Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang hadir via zoom karena tengah ada kegiatan di Kota Kudus. Beliau menuturkan bahwa kegiatan hari ini adalah program Pencegahan dan pengendalian DBD di Kota Semarang.
Dengan kegiatan program pengendalian DBD menggunakan teknologi nyamuk ber-Wolbachia ini, harapannya kasus demam berdarah bisa turun. Seperti kejadian kasus demam berdarah di Bantul yang turun hingga 77%. Tentu ini butuh kerjasama dari berbagai pihak.
Situasi Terkini DBD Kota Semarang
Workshop kali ini juga mengenalkan Wingko Semarang sebagai jargon baru yang ada di Dinas Kesehatan Kota Semarang. Wingko Semarang kepanjangannya adalah Wolbachia Ing Kota Semarang. Jadi ini bukan wingko yang jadi cemilan kalian yaa.
Teman-teman dari Dinkes Semarang membuat logo Wingko Semarang sampai menginap beberapa hari di WMP Jogja, nyari wangsit kali ya, hahahaa. Jadi terwujudlah logo dengan wujud nyamuk yang diberikan selendang warna merah. Sementara huruf I dalam kata Ing menggunakan simbol land mark Kota Semarang yaitu Tugu Muda.
Aplikasi Tunggal Dara : Bersatu menanggulangi Demam Berdarah yang udah dilakukan sejak lama. Ada apa aja yang udah dilakukan untuk mencegah demam berdarah? Yuk saya ceritakan di bawah ini :
- Revitalisasi Pokjanal DBD, Yaitu kelompok kerja yang fungsinya untuk pencegahan dan pengendalian DBD
- Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. Dengan mewujudkan individu dan masyarakat secara mandiri untuk mencegah dan melindungi diri dari penularan DBD.
- Siswa Cari Jentik (SICENTIK) dengan mengenalkan siswa sejak dini tentang Demam berdarah dengue
- Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan. Yaitu mencitakan keberdayaan masyarakat untuk mengantisipasi untuk kegiatan PJN dan PSN secara bersamaan
- Advokasi dan Rakor DBD, yaitu memperoleh satu komitmen dan tindak lanjut mengatasi permasalahan tentang DBD
- Ceramah Klinis DBD dengan narasumber komisi Ahli DBD. Dalam hal ini dengan mendiagnosa dan pelaporan yang cepat serta tepat untuk mendukung upaya penanggulangan DBD
- Komunikasi, informasi, dan Edukasi. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek serta mendorong perubahan perilaku. Yang semuanya dilakukan dalam rangka pencegahan dan penanggulangan DBD di tengah masyarakat
- Pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan meningkatkan ketrampilan agar SDM makin produktivitas saat bekerja.
Dukungan Kebijakan Dalam Implementasi Teknologi Wolbachia di Jawa Tengah
Ibu Dewi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menuturkan bahwa kebijakan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, adalah dengan memberikan fasilitas pendampingan dari analisis data yang didapatkan. Seperti yang terjadi di Grobogan dan Blora saat ini kasus demam berdarah termasuk tinggi.
Kebijakan yang ada terkait Teknologi Wolbachia :
- Kebijakan Jangka Pendek, dengan implementasi 6 bulan
- Kebijakan Jangka Menengah, dengan implementasi 1-2 tahun diambil berdasar hasil monev atau analises dampak, cost efektif dan cost efisien.
- Kebijakan Jangka Panjang, merupakan perluasan uji coba, kebijakan pengendalian infeksi dengue di Jawa Tengah secara bertahap dan sesuai dengan prioritasnya.
Pengendalian vektor itu yang harus dihilangkan adalah tempat perindukannya. Dengan melakukan pemantauan jentik berkala, Jumantik, dan Sicentik, serta langkah lainnya yang mendukung pengendalian demam berdarah.
Implementasi Teknologi Wolbachia - Dinkes Kota Semarang
Teknologi Wolbachia ini untuk menekan replikasi virus dengue, chikungunya dan zika dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.
Ibu Haryati - Dinkes Kota Semarang |
Tujuan implementasi dari program ini adalah mengubah Aedes Aegypti ini menjadi nyamuk yang udah ber-Wolbachia.
Sejarah eksplorasi Wolbachia dimulai sejal lama yaitu tahun 1924 oleh Marshal Hertigdan Simeon Burt Wolbach. Hingga akhirnya tahun 2014 mulai dilakukan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia yang pertama di Indonesia yaitu di 2 dusun di Sleman dan 2 dusun di Bantul, Yogyakarta.
Sekian aja ya cerita saya untuk kegiatan hari pertama ini. Kegiatan hari kedua akan saya ceritakan dalam tulisan berikutnya. Tentang apa aja? Saya kasih bocoran dikit yaa, penjelasan gimana cara nyamuk Aedes Aegypti bisa menjadi nyamuk yang tidak bikin orang terinfeksi virus dengue. Gimana caranya? Nantikan artikel yang membahas lengkap dan tuntas dengan narasumber yang berbeda.
Semoga artikel ini bisa memberikan pencerahan agar masyarakat tidak langsung menolak bila ada relawan atau petugas dari Kelurahan, atau PKK RT RW, mahasiswa, dan lainnya datang untuk meminta menjadi orang tua asuh telur Wolbachia. Wassalamu'alaikum.
Pada masanya nyamuk ini mengkhawatirkan apalagi sampai merenggut nyawa, sampai sekarang pun masyarakat masih mewaspadainya. Saya sendiri udah dijelaskan berkali-kali perbedaannya dengan nyamuk biasa, tetapi masih sulit membedakannya. Memang harus menjaga lingkungan agar tetap bersih. Terima kasihh informasinya!
BalasHapusIshhhh aku trauma bgt dgn DBD karena pernah kena pas SMP mba.udah mimisan dll dah akuuu
BalasHapusPengendalian vektor itu yang harus dihilangkan adalah tempat perindukannya. Dengan melakukan pemantauan jentik berkala, Jumantik, dan Sicentik, serta langkah lainnya yang mendukung pengendalian demam berdarah.
Oh ber-wolbachia berasal dari nama nyamuk wolbachia
BalasHapushebat ya teknologi dan pengetahuan kesehatan
semakin berkembang canggih
dulu cuma tau tentang penyakit demam berdarah dan harus melakukan pencegahan
Jadi bingung ketika preventif dilakukan tapi anggota keluarga tetap terkena DB
Wah aku baru dengar lho tentang
BalasHapusTeknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia
Semoga sosialisasi seperti ini bisa membantu memutus penyebaran nyamuk penyebab DBD jni
Aku sampai beberapa kali mengulang baca judul tulisannya mba. Bikin penasaran, teknologi seperti apa itu? Ternyata eh ternyata. Seru banget kalau ini bisa dimasifkan. Semoga bukan cuma lima kota percontohan ini aja yang beruntung.
BalasHapusWorkshop pencegahan demam berdarah dan tindakan preventif dikala musim hujan tiba saat nyamuk aedes aegepty perlu perhatian semua pihak.
BalasHapusAku baru denger juga nih ... Teknologi Nyamuk Aedes Aegyti Ber-Wolbachia, ternyata seru juga ya , semoga bukan cuma 5 kota saja yang sebagai percontohan
BalasHapusAku baru denger juga nih ... Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wobachia, ternyata seru juga ya, semoga bukan cuma 5 kota saja yang sebagai percontohan
BalasHapusPengetahuan saya bertambah. Saya lebih aware lagi dengan bahaya nyamuk ini. Secara di pengungsian gempa Cianjur, apalagi musim hujan sekarang, nyamuk nya itu ya ampun, banyak banget...
BalasHapusNyamuk mah gak memandang tempat ya mbak Wati. Bahkan di tempat bersih sekalipun yang namanya nyamuk tetep aja terbang manja.
BalasHapusMakanya memang perlu antisipasi biar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk
Uda langganan ya.. Indonesia kalau masuk musim penghujan masalahnya adalah penyakit DBD yang disebabkan oleh Aedes Aegypti. Jadi memang perlu banget adanya workshop yang mengedukasi mengenai waspada penyakit DBD dan basmi nyamuk Aedes Aegypti dengan benar.
BalasHapusPenyakit DBD sering banget terjadi waktu musim-musim hujan kayak gini, apalagi nyamuk sekarang sering banget muncul dimana aja. Harus selalu menjaga kebersihan dan tentunya membasmi nyamuk dengan benar
BalasHapusSemoga sosialisasinya menyeluruh nih, penting banget. Nggak cuma di kota besar aja, tapi ke pelosok juga. Eh baru ngeh juga ya kalo di perumahan elit pun bisa juga bisa bisa kena DBD
BalasHapusEmang sih ya. Yang paling bikin khawatir saat musim penghujan tuh ya penyakit demam berdarah. Adikku pernah kena DBD. Dan itu bikin worry aku dan emakku. Dia sampai opname di tempat praktek dokter sih.
BalasHapusPenasaran maksud judul Nyamuk Ber-Wolbachia itu spt apa sih mbak jenis teknkloginya spt gimana
BalasHapusEhh lumayan tercerahkan deh
Dari dulu pas masih kecil apalagi waktu musim hujan gini yg bikin khawatir kalau smpe terkena Virus DBD, yg ternyata ga kenal tempat utk orang2 bisa kena
Bahkan di tempat yg bersih pun
Nyamuk aedes Aegepti memang meresahkan ya. Kadang kita udah jaga-jaga bersih jentik di rumah eh kenanya di tempat lain. Mana sekarang gejalanya makin sulit terdeteksi harus tes darah. Semoga dengan penelitian terbaru yang bisa diimplementasikan di banyak tempat di negerinKita bisa mengurangi atau memutuskan rantai virus ini
BalasHapusKalau Desember itu benar-benar ber ber ber berember ember yaaaa. Hujaaaaaan mulu. Hahahaha. Bukan cuma cucian yang berkembang biak lantaran lama keringnya, tapi juga nyamuknyaaaaa.
BalasHapusAku senang dengan kemajuan teknologi saat ini. Secara kan Indonesia memang hampir seluruh wilayah masuk endemis nyambuk aedes aegypti kan. Keren ini teknologi Ber-Wolbachia ini.
Setiap tahun, efek buruk gigitan nyamuk ini masih saja mengancam kesehatan banyak orang ya mbak.
BalasHapusMakin serem, karena nyamuknya justru bisa berkembang biak di penampungan air bersih.
Semoga selalu konsisten ada kampanye yang mengingatkan bahayanya dan jauh-jauh dari KLB DBD. Aamiin
Wah keren banget teknologi nyamuk aedes aegypti wolbachia ini yaa, apalagi situasi yang sering terjadi di beberapa kota di Indonesia terkait DBD ini harus segera diselesaikan. Penggunaan teknologi seperti ini sangat diperlukan sekali.
BalasHapusTeknologi makin canggih ya, semoga semakin dapat meningkatkan penanggulangan bahaya penyakit DBD ya.
BalasHapusOya, kalau pengasapan gitu tuh sebenarnya ga efisien kan ya? Soalnya aku makin kesini makin jarang nemuin.
Teknologi kian canggih, jangan sampai kita kalah sama nyamuk penyebab DBD. Semarang memang cukup terkenal dg kasus DBDnya. Kita tidak bisa menghilangkan sepenuhnya, tapi kita bisa mencegahnya.
BalasHapusDitunggu cerita hari keduanya ya, Mba Wati.