Assalamu'alaikum. Saya jadi teringat kejadian beberapa waktu lalu, seorang teman yang lama tak bertemu nanya, gimana kabar si bungsu. Dulu kami pernah bertemu saat makan di resto dan kaget dengan si bungsu yang udah nambah tinggi. Waktu itu si bungsu masih jadi mahasiswa baru jurusan DKV di kampus swasta terbaik di Semarang.
"Udah kerja ya? Oh belum lulus kuliah, enak ya bisa nyari duit meski masih kuliah,"
Saya tersenyum mengangguk. Iya si bungsu yang pandemi kemarin sempat cuti kuliah selama 2 semester, malah mendapat tawaran pekerjaan di sebuah perusahaan restorasi otomotif. Bosnya langsung yang nawari setelah melihat instagram si bungsu yang menampilkan hasil blender motor atau mobil.
Teman saya nanya lebih banyak. Dan salah satunya adalah, apakah lulusan SMA sosial (jurusan IPS) bisa kuliah di jurusan DKV?
Saya bilang kalo si bungsu justru lulusan SMA jurusan bahasa karena ingin belajar bahasa Perancis atau Jerman. Ia udah menguasai bahasa Inggris dan penge nambah lagi kemampuan bahasa asing lainnya. Jadi bagi kalian yang ingin kuliah di jurusan DKV, tenang aja karena menerima lulusan semua jurusan. Tentunya sepanjang kalian merasa punya bakat atau mampu menggambar.
Mengenal Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV)
Menjadi mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual atau kerap disingkat DKV, saat ini sangat diminati. Bahkan orang tua pun sekarang udah paham jurusan ini, terutama kerjanya nanti gimana.
Perlu kalian tahu kalo di jurusan DKV, mahasiswa diajarkan melalui proses kreatif untuk menggabungkan seni visual dan teknologi dalam menyampaikan ide atau informasi.
Jadi bisa dibilang bahwa DKV merupakan cabang ilmu seni desain. Kalian akan belajar tentang cara memanfaatkan elemen visual dengan tujuan tertentu secara efektif, informatif, dan komunikatif. Dan menggambar menjadi salah satu kemampuan yang memang seharusnya dimiliki oleh calon mahasiswa DKV.
Dari pengalaman si bungsu, ada temannya yang tidak bisa menggambar. Pada beberapa tugas, dia butuh bantuan dari orang luar. Pasti akan ada pengaruhnya dengan hasil akhirnya nanti.
Meski tidak hanya tentang seni gambar, namun mahasiswa DKV juga diajari gimana cara mengolah kalimat untuk copywriting, tipografi, fotografi, sejarah seni rupa, dan banyak hal lainnya.
Sepulang ketemu tak terduga dengan teman tadi, saya di rumah merenung cukup lama. Memori lama saat si bungsu balita yang suka gambar dinding rumah hadir dengan manisnya. Ahh masa itu sungguh cepat berlalu. Beruntung ya dulu nggak pernah kami tegur dengan keras. Ketika si bungsu tidak mau berpindah ke media yang sudah disediakan, dan tetap aja membuat lukisan abstrak di dinding, kami pun menyerah. Namanya juga anak-anak. Masa-masa yang akan cepat berlalu dan dinding bisa dicat ulang, kan?
Perkembangan si bungsu termasuk kemampuan menggambarnya tumbuh seiring usianya. Si bungsu tak lagi mencoret dinding rumah, namuan berganti di buku sketsa, buku tulis pelajarannya, lemari pakaian, rak buku, hahahaa. Tetep sih menggambar di media apapun tapi sudah tidak lagi di dinding. Kemudian berkembang lagi ketrampilannya menggambar di aplikasi yang ada di komputer.
Momen paling tak terlupakan saat ia menjadi pelajar kelas VII di SMP islam terpadu dan mewakili sekolahnya di ajang lomba Desain Grafis. Peserta dari seluruh sekolah swasta di Kota Semarang, dan dua wakil dari sekolah ini meraih dua kategori juara. Si bungsu mendapat juara 2, kakak kelasnya juara 1.
Saya sendiri senang bukan karena si bungsu mendapatkan piala dan uang yang luamayan. Saya senang karena pencapaian ini menunjukkan si bungsu memiliki prestasi di luar akademik. Ini sebuah prestasi yang wajib saya syukuri. Dan saya terharu plus bangga dengannya. Teringat bully yang diterimanya dari guru sekolah saat ia kelas V. Saya pernah cerita di blog ini.
Ternyata kemampuan seorang anak dalam bidang desain grafis sangat diapresiasi. Saat itu tahun 2012 akhir dan masih banyak orang yang belum paham apa itu desain grafis. Saya mesti menjelaskan dengan sederhana ketika keluarga besar bertanya si bungsu memenangkan lomba. Dan ternyata sejak saat itu kenalan kami mulai tertarik membimbing anak-anaknya yang suka menggambar untuk belajar desain grafis.
Saya hanya tahu si bungsu mengenal desain grafis secara otodidak. Belajar dari Google, entah gimana caranya. Karena saat itu kami hanya memiliki komputer yang masih jadul dengan modem internet yang terbatas.
Time flies so fast... Sekarang si bungsu udah jadi mahasiswa semester 7 dan mulai riset untuk mengerjakan skripsinya. Dia juga magang di tempat kerjanya selama satu tahun terakhir. Sesekali pula ia menerima job freelance dari berbagai pihak, dari DM yang masuk di akun instagram, email, teman sekerja dan dosennya.
KARYA SI SULUNG YANG DIUNGGAH
DI AKUN INSTAGRAMNYA
Akun IG @remtromol |
Program CSR JNE Goes to School
Saat ini si bungsu tetap kerja meski kuliah juga jalan. Apalagi pemerintah udah mulai mengakhiri status pandemi, itu artinya sekolah dan kampus juga udah mulai diberlakukan pembelajaran tatap muka. Dalam 6 hari kerja, dia masuk ke tempat kerjanya ketika tidak ada jadwal kuliah. Pimpinan tempatnya bekerja nggak mempermasalahkan hal ini karena sejak awal juga udah tahu kalo karyawannya itu masih jadi anak mahasiswa.
Saya menganggap itu keberuntungan si bungsu. Rejeki mendapat tempat magang sebelum beneran masuk dunia kerja. Untuk materi yang diterimanya memang tidak sesuai standar gaji karyawan di sana. Namun si bungsu setiap bulan minimal mendapatkan setara UMR. Bahkan ada dua kali semester dia membayar sendiri uang kuliahnya, Masya Allah. Saya waktu itu speechless mendengar si bungsu ngomong uang kuliahnya udah dia bayar pakai tabungannya.
Semester ini mata kuliah di kampusnya ada beberapa yang udah pembelajaran tatap muka. Dan semua sekolah, dari tingkat TK, SD, SMA, SMK, dan kampus lainnya pun sama. Begitu pula di pondok pesantren keponakan saya di daerah Solo. Sepupu saya udah mengantarkan ke pondok pesantren putrinya sejak bulan Juli lalu. Kegiatan di lembaga pendidikan juga udah tidak lagi hanya belajar materi pembelajaran. Kegiatan lomba, ekstrakulikuler sekolah, pameran pendidikan, udah mulai dihadirkan kembali seperti sebelum pandemi.
Kabar terbaru saya ketahui tentang program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh JNE Medan dengan sebutan JNE Goes to School. Kegiatan CSR yang dilakukan JNE ini udah ada sejak 5 tahun lalu. CSR ini ternyata juga dilakukan di berbagai kota / kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Kegiatan CSR JNE Goest to School ini kembali hadir dan menyapa siswa siswi diberbagai sekolah untuk memberikan motivasi.
Saya mewakili Pesantren Darularafah Raya, mengucapkan banyak terimakasih kepada JNE Medan. Semoga ada kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya yang dapat kita adakan bersama. Santri-santri kami begitu bersemangat mengikuti kegiatan ini, semoga apa yang disampaikan oleh pemateri dari JNE dapat memotivasi mereka untuk lebih giat lagi belajar dan mengembangkan diri, tutur Misdan
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Cabang JNE Medan, Fikri Alhaq Fachryana menyampaikan, "Bahwa untuk siswa kelas 3 sudah harus dapat menetapkan visi, menyusun misi, dan membangun target-target dalam hidup, agar siswa yang sudah masuk remaja ini bisa menjalani kehidupan yang bahagia".
Pemateri lainnya ada Muhammad Arif Taufik selaku Human Capital JNE Medan. Dalam materinya, Arief menuturkan bagaimana menjadi siswa yang bahagia, yaitu selain harus memiliki kecerdasan intelektual (IQ), santri Darularafah Raya juga harus memiliki keseimbangan antara kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan emosi (EQ) yang baik pula. Agar tak hanya pintar, namun juga memiliki sikap dan tingkah laku yang baik. Saya selaku orang luar mengetahui materi yang dibagikan ini turut bahagia. Semoga pendidikan karakter ini dilakukan oleh seluruh citivas pendidikan di negeri ini.
Silakan baca juga : Program CSR JNE Tanggap Bencana
JNE Medan memiliki beberapa kegiatan CSR, diantaranya program Rumah Tahfidz JNE-DT Peduli Sumut, program 12 Sanggar Genius JNE Yatim Mandiri bagi yatim dan dhuafa, program Pelatihan Design Grafis JNE IZI Sumut, Program Tanggap Bencana Tagana JNE Medan, Program Sekolah Bisnis UMKM, dan program JNE Goes to School dan Campus.
Wah ternyata ada juga program Pelatihan Desain Grafis JNE IZI Sumatera Utara. Semoga ada banyak anak muda yang menggunakan kesempatan CSR dari JNE ini sebaik-baiknya. Lumayan loh kalo kalian menguasai ketrampilan desain grafis dengan baik, bisa nyari cuan dari sini.
Fikri Alhaq berharap kegiatan CSR yang dilakukan JNE dapat bermanfaat dan membawa keberkahan baik bagi keluarga besar JNE maupun masyarakat sebagai penerima manfaat. Wah ini sesuai banget ya dengan tagline Connecting Happiness yang berarti mengantarkan kebahagiaan. Connecting Happiness ini juga memiliki arti dan makna yang luas, bukan hanya tentang pengiriman paket. Dalam hal ini JNE memiliki peran dalam berbagai aspek di setiap kehidupan masyarakat tutupnya.
Bagi kalian yang memiliki kesukaan menggambar, jangan malu. Ketrampilan menggambar tidak dimiliki semua orang. Orang tua pun jangan pernah melarang si anak yang ingin belajar atau kursus menggambar.
Nggak ada yang tahu, masa depan seorang anak yang suka menggambar ini bisa mendapatkan rejeki dari hobinya. Seperti anak saya yang lemah di bidang pelajaran matematika namun nilai bahasa dan seninya sangat bagus. Ayuk dong bagikan cerita kalian tentang menggambar atau teman suka desain grafis. Atau anak kalian ada yang lulusan jurusan DKV? Cerita yuk, wassalamualaikum.
MasyaAllah tabarokAllah senaaangggg bgt ya mbaaa klo tahu anak udah paham apa passion nya, dan serius menggeluti hal tsb.
BalasHapusSaya jg sebenernya pingin anakku ke DKV aja, yg ga terlalu njlimet mikir Math, Fisika Kimia 😆 tapiii entahlaahhh biar dia explorasi duluuuu dan bs tentukan pinginnya mau k arah mana
Btw, JNE emang top markotoppp yah mbaaa
luar biasa adinda nya bun. bisa jadi inspirasi anak-anak era digital sekarang
BalasHapusWah bangga banget anak sudah bisa menemukan bakat yang cocok dan sesuai. Desain Komunikasi Visual sering diperbincangkan, apalagi di era digital ini perannya sangat penting. Jadi ikut senang, MasyaAllah anaknya memang tidak terasa ya besarnya si anak.
BalasHapusMasyaAllah kakak Naufal, anakku suka gambar-gambar tapi kuliahnya malah di farmasi, hehe. ya udah lah, mungkin rezekinya di farmasi ya mba. Sekarang lagi nyoba2 kerja di BBW, biar cari pengalaman dan ngerasain gimana rasanya cari uang sendiri
BalasHapusIya mbak, belajar nyari duit agar bisa menghargai gimana prosesnya bekerja, menjalin pertemanan, punya tanggung jawab mandiri juga
HapusKereen banget mbak Wati. Saya kok ikut bangga ya..Kalau saya sih udah nyerah soal gambar-menggambar hehehe. Dulu tetangga kamar di kos pas kuliah ada anak DKV, suka kagum deh sama karya-karya praktiknya. Btw, keren nih program JNE goes to school. Dukungan bagi dunia pendidikan yak.. smoga makin banyak sekolah yang bisa merasakan program JNE
BalasHapusKeren banget. Selalu suka sama mahasiswa yang nggak cuma kupu-kupu. Kuliah pulang, kuliah pulang.. tapi juga berani memaksimalkan potensi dan mencoba hal2 baru.
BalasHapusMantep banget. Masih kuliah udah ditawarin pekerjaan. Bangga pasti ya udah bisa membiayai pendidikan sendiri. Si bungsu keren banget.
BalasHapusJNE juga keren. Programnya tu lho. CSR goes to school..
Selalu kagum dengan bentuk suport yang diberikan JNE untuk pendidikan anak bangsa. Semoga dengan adanya suport ini semakin banyak yang berprestasi ya
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusRejeki banget, kak. Rejeki karena diberi kemudahan bagi ananda untuk bisa terus menekuni apa yang disukai dan malah menghasilkan. Semoga kemampuan ananda terus berkembang dan terus membanggakan dengan karyanya.
Salut dengan program CSR JNE yang tiada henti.
Terus Connecting Happiness ke seluruh negeri.
MasyaAllah,, keren banget anaknya 👍🏻 hasil tidak menyerah menekuni yang paling disukai ya. Sukses & berkah terus ya mbaakk
BalasHapusHebat sekali puteranya mba. Sudah berprestasi di luar akademik. Mendapat penghasilan sambil kuliah. Dulu waktu kecil anakku juga suka Corat coret tembok, sekarang juga suka menggambar sih. Baru sekali ikut lomba design grafis dan belum menang. Masih terus belajar dan mengasah skill. Saat ini kelas 9 dan fokus untuk ujian sekolah dulu.. :)
BalasHapusKeren si mase mbaa...itu lucu banget nama akun ignya. Walau belum lulus tapi udah berani ya ambil kerjaan masya Allah kuat. Tau apa yg diminati, gigih seperti ibunya pasti iniih 😍
BalasHapusBtw program JNE jg selalu menebarkan manfaat ya mba, hebat, udah memiliki nama besar selalu berbagi
MasyaAllah. Alhamdulillah mba. Senangnya si bungsu menghasilkan karya dengan tetap kuliah. Masih bekerja juga. Btw bagus apa yang dilakukan oleh JNE
BalasHapusSalah satu jurusan dulu kuincar mbak, sama arsitek.. dan memang kerasa banget saat ini jebolan dkv peminatnya banyak,
BalasHapusSebagai alumni DKV juga saya turut bangga mbak. Biasanya yang uda ditawarin kerjaan gitu pasti berbakat. Semoga sukses selalu!
BalasHapusKereen bun, masya Allah tabarakallah semoga anak2 saya kelak kuliah nular spt putra bunda belum lulus dah dpt penghasilan.
BalasHapusJNE kereen semoga berkah makin berkembang.
alhamdulillaah bisa merasakan punya anak yang nyeni juga mbak Wati, seru dan sedap banget pengalamannya.
BalasHapustapi karena mamahnya juga sama, kurang lebih seperti itu waktu kecil jadi bisa merasakan apa yang Dio inginkan
Jadi ingat ada saudara yang masuk jurusan desain, tapi dia gak bisa gambar. Pusing dong tiap ada tugas. Akhirnya gak nyelesaiin sekolah
BalasHapusBtw, Bungsunya Mbak Wati pasti hepi karena belajar yang memang jadi passionnya. Alhamdulillah punya ortu yang dukung juga kan
Baca tulisan mbak berasa lagi disemangatin, secara anakku juga suka menggambar dan kadang yakin juga kalau siapa tahu kemampuan ini akan berguna buat masa depannya! Sukses buat si bungsu ya mbak ~
BalasHapusanakku juga suka menggambar mb Wati. suka banget desain grafis. seneng ya kalau melihat anak-anak remaja hari ini bisa fokus dengan minatnya
BalasHapusMasya Allah, Mbak Wati..keren banget pencapaian si bungsu. Semoga dilancarkan dan dimudahkan doa dan harapannya , sukses studi dan kerjanya.
BalasHapusSulungku pengin masuk DKV, memang suka gambar sih anaknya. Semoga lancar juga dan tercapai cita-citanya seperti anak Mbak Wati
Aamiin
Wah keren sekali pencapaian anaknya mbak
BalasHapusDkv memang jadi jurusan favorit ya mbak
Peluang kerjanya dianggap sangat menjanjikan
Kami menyarankan si mbarep agar masuk ke DKV, Mbak. Boleh di Semarang, Solo atau Jogja. Kebetulan memang jurusannya sudah tepat. Blender juga sudah jadi pegangannya tiap hari, karena sedang praktik bikin project kecil dari guru tamunya selama PKL 6 bulan. Semoga saja dia mau. Sementara ini sih jawabnya capek. Mau santai dulu.
BalasHapusTapi beneran sih, dia sudah gajian aja dari bikin project kecil-kecil itu. Meski kecil tapi sudah latihan kerja.
Definisi rezeki tak ke mana. Malah dapat tawaran kerjaan krn sosmed ya mbak. Menariikkk.
BalasHapusTernyata selain CSR membantu UMKM, jNE juga memiliki kepedulian untuk membantu dunia pendidikan ya. Semoga banyak siswa atau santri juga yang terbantu dan bisa meraih impiannya berkat bantuin JNE.
Keren hasil karya putranya Mba. Alhamdulillah ya kalau udah dapat kerjaan, kadang yang udah lulus lama pun ada yang masih nganggur. Salut banget ama JNE Program CSRnya udah menyasar banyak kalangan. Moga makin sukses dan berkah
BalasHapusMasya Allah, seneng banget yaa anak bisa kuliah sesuai passion dan dapat pengalaman kerja sebelum lulus. Toss sebagai sesama emak dari anak DKV, hehe. Btw JNE bagus-bagus ya program CSR-nya. Semoga semakin banyak menebar manfaat.
BalasHapusKeren sekali ya Naufal udah kerja sebelum lulus kuliah. Kerja kreatif memang banyak dibutuhkan saat ini. Alhamdulillah anak lanang pas berada di jalur yang disukainya dan punya prospek masa depan cerah, Mbak.
BalasHapusProgram dari JNE ini beragam banget dan makin salut dengan mereka yang udah mulai masuk ke area pendidikan dengan JNE Goes To School seperti yang sudah dilakukan di Medan. Semoga semakin banyak program lain yang bermanfaat dari JNE :))
BalasHapuswaaah anak DKV, ini dulu jurusan yg aku pengeni mbak, ada di urutan pertama hahaha tapi ya namanya hidup kadang nggak sesuai rencana. Semoga si bungsu terus semangat berkarya yaaa mbak, muda harus produktif
BalasHapus