Assalamualaikum Sobat. Apa kabar ibadah selama 10 hari pada bulann Ramadan kali ini? Semoga sobat diberikan kemudahan menjalaninya. Terutama ibu-ibu atau bapak-bapak, mas, mbak, yang berkutat di dapur untuk menyajikan menu buka dan sahur selama ini.
Sebagai ibu yang juga mesti nyiapin menu sahur dan buka puasa sekaligus, saya anggap kegiatan ini sebagai sebuah hiburan. Sudah beberapa tahun ini saya nggak mau masak sebagai kewajiban. Karena kalo saya senang melakukan kegiatan di dapur ini, nantinya nggak akan terasa lelah. Beda ketika saya merasa ini kewajiban, kayaknya kok jadi beban.
Alhamdulillah, proses belanja, menyiapkan bahan masakan, memasak, membersihkan peralatan, adalah kegiatan yang menyenangkan bagi saya. Ada yang bantu atau tidak, saya tetap menikmatinya. Karena udah pernah merasakan bagaimana perbedaan masak sebagai kesenangan dan kewajiban, jadi saya pilih yang bikin bahagia aja. Hehehee.
Oiya, ada kah yang jeli dengan artikel di blog ini, kok jadi sering berbagi tulisan resep masakan atau roti? Nah jawabannya adalah, tulisan ini terwujud karena ide suami yang ingin saya mendokumentasikan resep keluarga di blog ini. Siapa tahu kelak anak menantu atau cucu saya ingin nyoba masak dan saya nggak sempat mengajarkannya. Jadi mereka bisa nyontek dari blog ini.
Memang dalam artikel lama saya pernah juga menuliskan resep masakan atau roti, cuma jarang banget. Karena dulu saya nggak pernah melakukan step by step pengambilan gambar proses masak dan hasilnya. Meski sekarang juga kadang saya suka lupa mendokumentasikan karena asik dengan kegiatan masak. Seperti dalam resep sambel balungan ayam ini, saya kelupaan motret step by step. Tapi cara bikinnya gampang kok, jadi kalian tetap bisa mengikutin cara yang saya tuliskan.
Nah kali ini saya akan menuliskan resep Balungan Ayam, kuliner khas Kota Semarang. Alasannya karena kemarin sempat mencuit di Twitter tentang masakan untuk berbuka puasa di rumah. Eh ternyata menarik perhatian beberapa teman. Ya udah lah saya tuliskan aja dalam bentuk artikel di blog.
Kisah Tentang Sambel Balungan Ayam
Mengingat kembali masa kecil, saat saya usia sekolah dasar dan tinggal di kawasan pecinan Semarang. Kampung dengan warga yang beragam, berasal dari berbagai daerah. Namun kebanyakan warganya adalah penduduk asli Kota Semarang, warga Tionghoa, beberapa pendatang keturunan Arab dan kaum boro (perantau).
Saya mengingat banyak kenangan yang menyenangkan, seru, unik, dan rasanya telah menjadikan saya sebagai pribadi yang menghargai perbedaan.
Kesenangan lain adalah kulinernya yang sedap, memiliki cita rasa kuat, dan tak tertandingi. Hingga ketika akhirnya saya pindah dari kawasan itu, butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menikmati kuliner yang dijual di luar. Udah rasa makanannya enak, harganya murah, dan bisa didapatkan dengan duduk saja di rumah. Karena banyak penjual yang berkeliling dari gang ke gang sejak sebelum matahari terbit hingga menjelang dinihari di hari berikutnya.
Dan salah satu jajanan yang dijual berkeliling adalah Sambel balungan ayam. Kebetulan juga penjualnya yang rata-rata berasal dari Kota Solo dan Delanggu, Jawa Tengah itu tinggal dekat rumah. Mereka ada yang tinggal ngekost atau ngontrak. Ada yang sendirian, dengan pasangan, atau keluarga.
Kalo penjual sate ayam adalah bapak-bapak, maka balungan ayam dijual oleh istrinya. Jadi satu keluarga yang kadang ngajak ponakan juga untuk membantu ini, akan saling bekerja bersama berjualan sate ayam. Dari pagi sesudah belanja ayam hidup, kemudian disembelih, dan dibersihkan dari bulu dan kotoran, mereka meracik hingga menjadi sajian sate ayam.
Prosesnya adalah, memisahkan daging ayam dari tulang dan jeroannya. Untuk daging ayam dipotong kecil dalam satu ukuran yang sama. Kemudian pekerjanya akan menusuk daging pada lidi yang udah disiapkan. Jeroan ayam pun juga ditusuk pada lidi. Tusukan daging yang premium dijual oleh si suami atau laki-laki. Sementara sisa tusukan daging berkuran kecil atau campur dan jeroan ayam, dijual oleh si istri atau penjual perempuan. Jadi memang tidak ada yang tertinggal dari bagian ayam. Kulitnya juga dijadikan sate dan dijual oleh si istri ini.
Nah tulang yang tidak bisa ditusuk (ya iya lah, wkwkwk), dimasak dengan cara merebusnya ke dalam kuah sambel yang udah dicampur bumbu. Proses masak sambel kacang untuk sate ayam ini dulu nya menggunakan tungku yang terbuat dari susunan bata. Dengan bara api dari kayu yang dibakar atau arang. Karena itu lah proses masak membutuhkan jangka waktu yang cukup lama, bisa lebh dari dua jam. Sekarang sebagian masih menggunakan arang, tapi ada juga yang udah berganti dengan kompor gas.
Di Mana Lokasi Penjual Sambel Balungan Ayam di Semarang?
Saat ini penjual sate ayam yang masih menyediakan balungan (tulang ayam) udah langka. Sepengetahuan saya, ada di daerah dekat pasar burung di jalan Kartini, di Manyaran, dan Jagalan.
Perbedaannya ada pada tekstur dan rasa sambel kacangnya. Yang udah menikmati sambel sate ayam dari dua penjual yang berbeda asal usulnya ini, pasti akan merasakan perbedaannya.
Tapi bisa saya perjelas untuk perbedaan mendasar adalah rasa pedas untuk sambel sate dari penjual yang berasal dari Kota Solo dan sekitarnya. Sementara sambel milik penjual sate ayam Madura, rasanya cuma manis tanpa ada pedas. Rasa pedas didapat dari irisan cabe.
Resep dan Cara Membuat Sambel Balungan Ayam
Nah, keluarga besar dari ibu saya yang tinggal di kawasan pecinan tentu saja mahir membuat masakan sambel balungan ayam ini. Termasuk ibu dan saya, juga adik-adik saya.
Kami memang akhirnya membuat sendiri dikarenakan tidak lagi menemukan penjual sambel balungan dengan cita rasa seperti saat tinggal di Jagalan. Kalo bisa bikin sendiri, mengapa harus susah payah mencari penjual dengan cita rasa yang mirip dengan jaman dulu?
Yuk ikuti langkah pembuatan sambel balungan ayam. Siapkan dulu bahan-bahannya yang mudah didapatkan. Untuk bahan balungan atau tulang ayam, bisa diganti dengan menggunakan bagian ayam seperti sayap, cakar, atau kepala. Tapi kalian bebas menggunakan seluruh bagian ayam juga untuk masakan ini.
Bahan Sambel Balungan Ayam :
1/2 kg balungan (tulang yang masih nempel daging ayam sedikit)
250 gr kacang tanah, goreng sampai matang
750 ml air
Garam, gula merah, kecap manis secukupnya
5 lembar daun jeruk, sobek jadi dua
Rebus bahan berikut :
4 bawang merah
3 bawang putih
3 butir kemiri
5 cabe keriting
4 cabe rawit merah
Pelengkap :
cabe rawit iris, bawang merah iris, lontong atau nasi
Cara Membuat :
1. Rebus balungan ayam, tiriskan (direbus sebentar saja).
2. Haluskan kacang tanah, bawang merah, bawang putih, kemiri, dan cabe.
3. Tumis bumbu yang sudah dihaluskan sebentar saja. Kemudian tambahkan air, masukkan balungan ayam bumbui dengan garam, gula jawa dan kecap. Koreksi rasa.
4. Sajikan bersama lontong atau nasi, taburi cabe rawit dan bawang merah yang sudah diiris kasar atau sesuai selera.
Oiya sob, resep ini kami dapat dari penjual langganan yang udah sedari kecil menjadi tetangga juga. Mereka juga memberikan trik kalo ingin jualan, sambelnya dicampur dengan ketela rambat. Jadi katanya lebih hemat bahan kacang. Kan kacang tanah mahal, itu sih katanya ya.
Namun penggunaan bahan campuran hanya berlaku pada penjual perempuan. Kalo penjual sate ayam yang bapak-bapak, biasanya tetap hanya menggunakan kacang tanah.
Oke, sekian kisah tentang jajanan khas Kota Semarang yang saat ini sudah mulai menghilang di kampung-kampung. Mungkin kalian pernah juga menikmati jajanan khas ini? Yuk cerita di kolom komentar. Sampai jumpa dengan resep jajanan atau cerita saya saat kulineran, wassalamualaikum.
Kalau dilihat-lihat kayak gulai ya. Jadi penasaran sama rasanya. Berhubung belum bisa masak, jadi mau coba cari yang jual. Semoga di Jakarta ada hehe
BalasHapusBeda dengan gulai, ini bahan kuah dengan kacang tanah.
HapusNah semoga aja ketemu penjualnya di Jakarta. Cirinya yang jual sate ayam, nanti ditanya aja apa sedia tulang ayam
ooh aku tahu kenapa aku tidak familiar dg masakan ini: tidak doyan pedas! haha.. tapi, membaca step by step dari mba Wati kok jadi pengen nyoba bikin ya, tentunya dg tingkat kepedasan yg bisa kami terima, haha.... oya, pake sayap enak juga kan mba?
BalasHapusKuahnya itu menggoda sekali, rasanya pingin aku gado, apalagi kalau sudah pakai kemiri begitu..
BalasHapusKuahnya mirip opor ayam lebaran ya. Kalau tidak salah ingat pernah sih nyobain ini dulu pas kerja ke Semarang, tapi ya memang nggak tahu cara buatnya.
BalasHapusNext, resep dari sini bisa saya praktikkan untuk variasi hidangan lebaran.
Aku belum pernah coba nih. Gimana rasanya ya Ayam dengan Sambel kacang, hmmm
BalasHapusibuku juga mengelola balungan ayam, tapi beda sih sama yang di Semarang. bahkan sampai dijual khusus dengan bumbu khusus ya
BalasHapuskalau di sini biasanya dibuat campuran bakso
kalau ibuku ya diolah pakai bumbu-bumbu biasanya aja, biasanya sih dibuat pedes biar abis ayamnya hahaha
Laaahh aku yg di semarang dari kecil aja ga tau ada sambal balungan ni. Makanan langka ya kayanya mbak yg jual juarang bgt. Untunglah ada resep dr mbak wati bisa nih dicobain..enak kayanya
BalasHapusSahur pakai balungan ayam ini pasti lebih nikmat yaa. Saya catat resepnya ahhh, siapatahu nanti bisa dipraktekkan di rumah mama saat lebaran nanti
BalasHapuskalau misalkan dimasak sak daging-dagingnya mungkin nggak papa kali ya, Mbak? Anggap saja metamorfosis dari sambel balungan. Hehehe...
BalasHapusYuni tu pernah beli di tukang sate pas di Semarang. Kirain itu rica-rica ayam. Karena kata penjualnya namanya rica-rica.
Yuni yang emang udah pingin banget sama rica-rica kok ya beli. Sampai rumah dimakan eh kok ya cuma tulang. Mungkin dia mau buat sambel balungan gitu kali ya. Tapi dagingnya tu dikit banget.
Jadi, cuma menikmati bumbunya doang. Hehehehe
Aku belum pernah nyobain. Baru tahu ini jajanan Semarang. Aku kira cuma lumpia rebung aja khas Semarang itu
BalasHapus