Kenangan Ramadhan Yang Tak Terlupakan
Assalamualaikum Sahabat. Masih setia dengan #30HariKebaikanBPN yang udah masuk hari ke-17, saya ingin berbagi cerita masa kecil. Saya lahir dan besar di kawasan Pecinan Kota Semarang. Banyak sekali kenangan ramadhan saat masih kecil yang tak mampu saya lupakan.
Daerah kelurahan Jagalan, tepatnya randualas atau karanganyar selatan, rumah keluarga bapak saya merupakan kawasan terdekat dengan Pecinan. Dari rumah saya, menuju ke Pasar Gang Baru cukup berjalan kaki sekitar 15 menit. Dekat banget kan?!
Pasar Gang Baru adalah pasar yang sangat terkenal yang terletak di kawasan Pecinan. Pasar ini menjual berbagai barang kebutuhan masyarakat Tionghoa dengan kualitas super. Jaman belum tumbuh supermarket, pasar ini menjadi tujuan orang berduit untuk belanja kebutuhan dapur yang bermutu.
Kalo ibu belanja bahan masakan untuk berbuka dan sahur. Saya belanja buah-buahan yang hanya ada pada masa bulan puasa.
Jaman saya masih usia sekolah dasar, buah semangka berukuran kecil berlimpah dengan harga murah. Nah, saya suka beli semangka ini untuk takjil.
Sebenarnya masa kecil saya, makanannya udah food combining ya. Buka puasa yang saya makan itu pertama kali adalah buah semangka. Dengan cara membuka sedikit bagian ujung semangka, kemudian mengambil daging buah dengan menggunakan sendok. Seger lah rasanya!
Trus ada lagi blewah, yang selalu muncul hanya pada bulan ramadhan. Meski bulan ramadhan itu selalu maju sekitar 10 hari tiap tahunnya. Blewah selalu ada saat bulan ramadhan.
Di pasar Karang Kembang ini juga banyak kuliner lokal yang jarang ditemukan di kawasan kota yang lain. Saya suka kalo ibu nggak masak. Karena biasanya akan membeli lauk di pasar ini. Seperti sate dengan nangka muda, nasi ayam, pecel dan gudangan, nasi kuning, dan lainnya.
Atau minuman seperti es gempol, es dawet, dan wedang jun. Kalo adik saya suka dengan jajanan apem, ketan salak, ketan biru dnegan serabi yang dinikmati bareng santan encer.
Pasalnya nasi ayam ini memang mudah ditemukan di dekat rumah tinggal saya. Tempat tinggal saya merupakan kawasan yang dekat dengan pecinan. Dan ada banyak rumah yang disewakan untuk kamar kost. Penyewa kamar kost ini disebut 'BORO' dan pekerjaannya adalah berjualan makanan.
Penjual nasi ayam yang nyewa kamar kost ada beberapa orang. Bahkan ada yang nyewa kamar kost di samping rumah orang tua saya.
Nasi ayam mirip nasi liwet di Solo. Tapi kalo di Semarang, nasi ayam pakai kuah santan mirip opor encer. Isinya ada nasi liwet gurih, telur ayam masak pindang, suwiran ayam/ayam utuh, kuah opor, tahu, dan sambel goreng jipang. Yang suka kadang ditambahkan krecek.
Soal rasa gimana? Nasi ayam yang sekarang dijual di pasar Karang Kembang udah nggak seenak penjual lama.
Saya lupa jaman dulu harga seporsi nasi kuning. Kalo sekarang sih 5 ribu rupiah. Tapi nggak pakai pergedel. Jadi kalo mau nambah pergedel ya kudu nambah duit.
Penjual nasi kuning di sini juga jualan nasi langgi. Pelengkap nasi langgi sama dengan nasi kuning. Yang membedakan hanya nasinya adalah nasi biasa.
Kuahnya itu terbuat dari perasan kelapa parut dengan air yang udah matang. Jadi santannya enggak dimasak ya.
Nah kalo gempol itu terbuat dari tepung beras yang dibentuk bulatan dan gepeng. Sementara pleret terbuat dari tepung ketan yang digiling tipis dan diberi warna merah muda.
Satu bungkus kue CORO di Kampung Bustaman berisi tiga biji dengan harga cukup murah yaitu Rp. 5.000,-.
Ada juga ketan biru yang biasanya suka dibeli barengan dengan kue coro ini. Selain di pasar karang kembang, saya pernah juga membelinya di Kampung Bustman. Biasanya hanya dijual saat bulan ramadhan seperti ini.
Silahkan baca liputannya di sini : Kue Coro, Jajanan Legendari Kota Semarang
Sayang saya nggak punya foto kuliner yang satu ini. Karena penampakannya buka seperti gudeg Jogja. Ada kuahnya, dan rasanya juga ngga semanis gudeh Jogja.
Sate ayam seperti umumnya aja. Cuma kalo di pasar Karang Kembang ini, ada pelengkapnya yaitu sayur nangka muda. Orang Semarang menyebutnya sayur gori. Rasanya enak banget. Hmmm, jadi kangen kan kalo ngomongin kuliner kenangan saat masih kecil.
Tentunya ada kuliner yang muncul dari akulturasi budaya ini. Seperti pedagang dari negeri Tiongkok yang membawa kebudayaannya di negeri yang baru. Dari agama, budaya, hingga kulinernya, membaur dan menyesuaikan dengan kekhasan kota.
Lontng Cap Gomeh tidak hanya ada saat perayaan hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Di kampung saya ada banyak yang menjajakan kuliner khas ini. Begitu pula di pasar yang ada di kawasan pecinan ini.
Nah, itu lah kuliner kenangan ramadhan saat masih kecil, yang sering saya beli karena kelezatan rasanya.
Sekarang saya masih suka kulineran di kawasan pecinan. Tentunya saya memilih kuliner yang halal dan udah jadi langganan keluarga kami. Dari ketujuh kuliner di atas, adakah yang pernah kalian nikmati saat berada di Kota Semarang? Cerita yuk di kolom komentar ya. Wassalamualaikum.
Beli Takjil di Pasar Karang Kembang
Antara pasar Gang Baru dan rumah keluarga saya, ada satu pasar krempyeng (buka dari pagi sampai sore) yang bernama Pasar Karang Kembang. Di pasar ini lah tiap bulan ramadhan tiba, saya suka ikut ibu berbelanja.Kalo ibu belanja bahan masakan untuk berbuka dan sahur. Saya belanja buah-buahan yang hanya ada pada masa bulan puasa.
Jaman saya masih usia sekolah dasar, buah semangka berukuran kecil berlimpah dengan harga murah. Nah, saya suka beli semangka ini untuk takjil.
Sebenarnya masa kecil saya, makanannya udah food combining ya. Buka puasa yang saya makan itu pertama kali adalah buah semangka. Dengan cara membuka sedikit bagian ujung semangka, kemudian mengambil daging buah dengan menggunakan sendok. Seger lah rasanya!
Trus ada lagi blewah, yang selalu muncul hanya pada bulan ramadhan. Meski bulan ramadhan itu selalu maju sekitar 10 hari tiap tahunnya. Blewah selalu ada saat bulan ramadhan.
Di pasar Karang Kembang ini juga banyak kuliner lokal yang jarang ditemukan di kawasan kota yang lain. Saya suka kalo ibu nggak masak. Karena biasanya akan membeli lauk di pasar ini. Seperti sate dengan nangka muda, nasi ayam, pecel dan gudangan, nasi kuning, dan lainnya.
Atau minuman seperti es gempol, es dawet, dan wedang jun. Kalo adik saya suka dengan jajanan apem, ketan salak, ketan biru dnegan serabi yang dinikmati bareng santan encer.
Berikut Kuliner Lokal Yang ada di Pasar Karang Kembang :
1. Nasi Ayam
Kuliner yang sangat banyak ditemukan saat ini di berbagai tempat di Kota Semarang ini, jadi favorit saya dan keluarga. Sebenarnya tetangga keluarga saya juga sih.Pasalnya nasi ayam ini memang mudah ditemukan di dekat rumah tinggal saya. Tempat tinggal saya merupakan kawasan yang dekat dengan pecinan. Dan ada banyak rumah yang disewakan untuk kamar kost. Penyewa kamar kost ini disebut 'BORO' dan pekerjaannya adalah berjualan makanan.
Penjual nasi ayam yang nyewa kamar kost ada beberapa orang. Bahkan ada yang nyewa kamar kost di samping rumah orang tua saya.
Nasi ayam mirip nasi liwet di Solo. Tapi kalo di Semarang, nasi ayam pakai kuah santan mirip opor encer. Isinya ada nasi liwet gurih, telur ayam masak pindang, suwiran ayam/ayam utuh, kuah opor, tahu, dan sambel goreng jipang. Yang suka kadang ditambahkan krecek.
Soal rasa gimana? Nasi ayam yang sekarang dijual di pasar Karang Kembang udah nggak seenak penjual lama.
2. Nasi Kuning
Di pasar ini ada juga penjual nasi kuning khas Kota Semarang. Isinya adalah nasi kuning, dengan pelengkapnya. Yaitu srundeng, abon sapi, irisan telur dadar, pergedel, sambel goreng kentang, kering tempe, dan mie goreng.Saya lupa jaman dulu harga seporsi nasi kuning. Kalo sekarang sih 5 ribu rupiah. Tapi nggak pakai pergedel. Jadi kalo mau nambah pergedel ya kudu nambah duit.
Penjual nasi kuning di sini juga jualan nasi langgi. Pelengkap nasi langgi sama dengan nasi kuning. Yang membedakan hanya nasinya adalah nasi biasa.
3. Es Gempol
Siapa penyuka es gempol? Atau, adakah jajanan ini di kotamu? Es gempol ini isinya adalah kuah santan encer dengan pelengkapnya berupa gempol dan pleret.Kuahnya itu terbuat dari perasan kelapa parut dengan air yang udah matang. Jadi santannya enggak dimasak ya.
Nah kalo gempol itu terbuat dari tepung beras yang dibentuk bulatan dan gepeng. Sementara pleret terbuat dari tepung ketan yang digiling tipis dan diberi warna merah muda.
4. Ketan Biru dan serabi
Kue ini disantap dengan kuah santan kental. Saya biasanya membungkus jajanan ini dan menikmatinya di rumah. Kemudian saya tambahkan air hangat dalam kuahnya, agar tidak terlalu kental.Satu bungkus kue CORO di Kampung Bustaman berisi tiga biji dengan harga cukup murah yaitu Rp. 5.000,-.
Ada juga ketan biru yang biasanya suka dibeli barengan dengan kue coro ini. Selain di pasar karang kembang, saya pernah juga membelinya di Kampung Bustman. Biasanya hanya dijual saat bulan ramadhan seperti ini.
Silahkan baca liputannya di sini : Kue Coro, Jajanan Legendari Kota Semarang
5. Gudeg
Di pasar ini juga ada penjual gudeg dengan lauk pilihan yang beragam. Ada tahu telor, koyor, atau ayam. Ayamnya tentu asli, ayam kampung. Tapi saya paling suka sama koyor.Sayang saya nggak punya foto kuliner yang satu ini. Karena penampakannya buka seperti gudeg Jogja. Ada kuahnya, dan rasanya juga ngga semanis gudeh Jogja.
6. Sate dan gori (sayur nangka muda)
Saya hanya menjumpai kuliner sate ayam dengan pelengkap sayur nangka muda di kota Semarang.Sate ayam seperti umumnya aja. Cuma kalo di pasar Karang Kembang ini, ada pelengkapnya yaitu sayur nangka muda. Orang Semarang menyebutnya sayur gori. Rasanya enak banget. Hmmm, jadi kangen kan kalo ngomongin kuliner kenangan saat masih kecil.
7. Lontong Cap Gomeh
Sebagai kota yang terletak di pesisir laut Utara, Semarang tentunya mengalami akulturasi budaya. Kedatangan orang dari berbagai negeri seberang, dari pedagang, penyebar agama, hingga mereka yang ingin menetap di kota ini.Tentunya ada kuliner yang muncul dari akulturasi budaya ini. Seperti pedagang dari negeri Tiongkok yang membawa kebudayaannya di negeri yang baru. Dari agama, budaya, hingga kulinernya, membaur dan menyesuaikan dengan kekhasan kota.
Lontng Cap Gomeh tidak hanya ada saat perayaan hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek. Di kampung saya ada banyak yang menjajakan kuliner khas ini. Begitu pula di pasar yang ada di kawasan pecinan ini.
Nah, itu lah kuliner kenangan ramadhan saat masih kecil, yang sering saya beli karena kelezatan rasanya.
Sekarang saya masih suka kulineran di kawasan pecinan. Tentunya saya memilih kuliner yang halal dan udah jadi langganan keluarga kami. Dari ketujuh kuliner di atas, adakah yang pernah kalian nikmati saat berada di Kota Semarang? Cerita yuk di kolom komentar ya. Wassalamualaikum.
Uwaaaa, Semarang kotanya mengasikkan banget buat penggemar kuliner ya Mba
BalasHapusYang kuingat dari SMG adalah lumpia dan soto bathok aja sih :D
--bukanbocahbiasa(dot)com--
Menikmati sate dan jangan gori di klaten, Menikmati gudeg di jogja.
BalasHapusKalau di semarang, belum pernah
wah belum pernah kucobain semua tuh di semarang.. pengen cobain yang es gempol mak.
BalasHapusBelum pernah merasakan puasa di Semarang. Tapi sudah beberapa kali ke Semarang dan aku suka kulinernya ❤
BalasHapusEs gempolnya tolong dikondisikan, aku kangen banget jenis kuliner yang satu itu. Jaman aku kecil tu, gempol disajikan bersama bubur sumsum. Ya ampun kan aku jadi kangen
BalasHapusAku blm pernah ke pasar karang kembang dan aku blm pernah icip es gempol. Pingiiinnn...
BalasHapusDuh lontong cap gomehnya menarik tuh, huhuhuh bikin gagal fokus
BalasHapusWah, banyak yang belum pernah aku coba mba, jadi penasaran..kayak kue coro, es Gempol, dan sate sayur gori, nampak menggiurkan ya..
BalasHapusWaaah kulinernya itu bikin ngiler semua ya mba. Aku jadi ingat masa kecil, kalau ramadan, pasti carinya dawet. Sekarang udah ga ada dawet yang khas kampung.
BalasHapusnasi ayamnya mirip banget sama nasi liwet solo ya Mbak. Dan pakai krecek juga, sama kayak nasi gudeg. Dan saya penasaran sama Lontong Cap Gomeh nya.
BalasHapusAduww es buah blewah juga jadi kenanganku berbuka puasa di waktu kecil. Rasanyanya spesial banget karena kalau di hari lain ga ada. Tapi sayang sekarang aku tinggal di Solo dan hampir ga pernah makan blewah lagi 😢
BalasHapusKUlinernya kenapa menggoda iman sih mbaa. Hahhaha. Iyap bener nasi ayam kayak nasi liwet. Kesukaan aku rasanya mba. Apalagi kalau pakai sambal. Yummy
BalasHapusWaah menggugah selera banget ini kulineran Semarang. Aku pengen icip semuanya mba, semoga ada kesempatan dalam waktu dekat main-main ke sana. Aamiin.
BalasHapusYa ampun itu enak banget sih makanannya, gudeg bukan mba? Trus lontong sayurnya pun. Endeus kayaknya
BalasHapusBuat buka, saya lebih suka nasi kuning kak. Enaaaak ajah rasanya. Ditambah sate dan sayur gori kayaknya makin mantap, tapi gak pake kuah sayurnya, hehe
BalasHapusWaahh banyak banget pilihan kuliner nya ya ampuun. Saya penasaran sama serabi di sana apakah sama dengan surabi di Bandung? Hehe. Btw nasi kuning nya murah banget siihh cuma 5000an, di tempat ku 8000 dan itu polos banget cuma pake sambel sama telor dadar doang 😂
BalasHapusKalau ramadhan tu memang semarak dengan makanan yaa..pas kecil dulu saya paling suka ngumpulin jajanan untuk berbuka. Seperti lapar mata, semua mau dibawa dimakan pas buka... ����
BalasHapusMakanan masa kecil itu kenikmatannya sukar dilupakan ya, Mbak. Apalagi kalau berbarengan dengan momen tertentu. Sayangnya sekarang penjual makanan serupa, rasanya gak seenak dulu.
BalasHapusKenangan masa kecil tentang Ramadan, aku sih pasti berhubungan erat dengan alm. bapak. Segala hal sangat berkesan. Dari bangun dsahur, sekolah, sampe di rumah lagi.
BalasHapusMakanannya enak-enak tapi ada beberapa yang belum pernah ku cicipi, padahal kuliner Indonesia ini banyak dan wajib dicoba rasanya.
BalasHapusKue coro ini sama dengan kue cucur gak, kak?
BalasHapusEndeess nyaa...
Itu nasi ada sate ususnya..hehee...menggiurkan sekali.
Wuah makanan2nya menggoda sekali mbak. Seneng ya tradisinya masih ada walau mungkin kyknya gak seperti masa lampau, namun setidaknya masih ramai sampai skrng :D
BalasHapusBaru tau ttg Es Gempol :D
baca tentang es gempol jadi teringat keknya udah puluhan tahun lalu pernah makan es ini. Sekarang ga pernah kelihatan lagi.
BalasHapus