Kisah Fiksi : Miss Zero Waste
Katya memiringkan tubuh mungilnya. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Pandangan matanya masih terpaut pada secarik kertas putih dengan tulisan tangan rapi. Ya Tuhan, terima kasih. Desisnya lirih.
Hatinya buncah oleh bahagia. Matanya berbinar. Akhirnya ada juga orang yang tertarik dengan idenya. Setelah sekian lama dia kenyang oleh nyinyiran dan candaan yang tak lucu baginya. Sakit di hatinya tak pernah ia pedulikan. Biar saja orang seisi kampus membicarakannya.
"Kamu ngapain juga ngurusi orang. Terserah mau buang sampah di mana, bukan rumah elo kan?"
"Eh titip buang dong, kan kamu suka jadi pemulung,"
"Halooowww gadis pemulung, udah dapat berapa kilo hari ini? Bisa dong dijual dan dapat duit, ahahaha."
"Kamu ngapain juga ngurusi orang. Terserah mau buang sampah di mana, bukan rumah elo kan?"
"Eh titip buang dong, kan kamu suka jadi pemulung,"
"Halooowww gadis pemulung, udah dapat berapa kilo hari ini? Bisa dong dijual dan dapat duit, ahahaha."
Itu sebagian kecil dari nyinyiran orang-orang di kampus yang tidak dipedulikannya. Dia berjuang ingin membersihkan lingkungan kampus agar tidak ada sampah berserakan. Ada tempat sampah namun tidak diletakkan di tempat yang strategis.
Bisa juga karena kebiasaan buruk yang sejak kecil tidak ditanamkan pada pola pikir teman-temannya ini. Jadi mereka sungguh malas berjalan mendekati tempat sampah.
"Katyaa," seruan cempreng menarik lamunannya.
Bisa juga karena kebiasaan buruk yang sejak kecil tidak ditanamkan pada pola pikir teman-temannya ini. Jadi mereka sungguh malas berjalan mendekati tempat sampah.
"Katyaa," seruan cempreng menarik lamunannya.
Temannya sesama
Lina memilih duduk merapat di sebelah tubuhnya. Katya pun bergeser ke kiri.
"Haiii... "
"Aku baruuu aja dari sekretariat, dan lihat apa yang aku bawa,"
Senyum Katya mengembang.
"Aku tahu, proposal kita diterima kan?" bisiknya di telinga gadis yang duduk di sebelahnya.
Lina mengerutkan bibirnya."Kupikir yang pertama tahu kabar ini adalah aku,"
"Sayangnya bukaaan, hahahaa." Katya menutup bibirnya menahan tawa.
*********
Satu bulan kemudian.
Ruangan berukuran 7x12 dipenuhi tubuh berkeringat yang penuh semangat. Beberapa kepala beradu di sebuah meja dengan lembaran karton tebal warna warni. Mereka terlibat dalam perbincangan serius.
Di sisi ruangan lain, beberapa tong mengelompok sesuai warna dengan tulisan yang berbeda.
Ada tiga anak muda tengah memindahkan beberapa tong berukuran diameter 60 cm keluar ruangan. Masing-masing anak membawa dua tong ke tujuan mereka. Satu orang ke arah lapangan parkir. Dua lainnya menuju gedung rektorat. Mereka kembali memasuki ruangan bercat hijau muda dan kembali keluar membawa tong di tangan masing-masing. Peluh membanjir di tubuh ketiga pemuda tersebut.
Katya menatap ketiga teman satu fakultas yang sejak awal digulirkan rencana, telah memberi bantuan besar. Di samping Lina tentunya, yang setia sejak awal ia memaparkan rencananya.
"Selamat ya Kat, kamu memang pantang menyerah,"
Lina, sahabatnya telah berdiri di sisinya. Tangannya mengulurkan botol isi ulang yang selalu setia menempati sisi kanan kantong ranselnya.
"Katya ... lembaran karton siap kami distribusikan sekarang," suara salah seorang pemuda pemilik tubuh atletis.
Bersamanya ada sosok pemuda berambut keriting berjalan mendekati pintu tempat mereka berdiri. Tangannya memeluk gulungan karton tebal warna coklat. Di belakangnya tiga pemuda membawa karton warna-warni. Salah seorang teman mereka, mahasiswi yang mengenakan hijab panjang, membawa tas besar.
"Hati-hati ya kalian, makasiiih udah mau bantuin," ucap Katya tulus.
Dia tahu tanpa bantuan tenaga dan waktu dari teman-temannya, impiannya tak bakal terwujud.
"Siaaap Miss Zero Waste!" jawaban serempak teman-temannya menerbitkan tawa berderai.
Katya menelengkan kepalanya. Dia masih tak yakin dengan pendengarannya. Kata-kata terakhir teredam dengan tawa kencang teman-temannya.
"Mereka bilang apa, Lin?"
Temannya malah terbahak dan menjauh.
"Udah nggak usah dibahas. Kita selesaikan sisa pekerjaan ini. Dan nanti, aku minta ditraktir mie ayam mangkok."
*******
Katya melangkah keluar ruang rektorat. Terngiang ucapan Ibu Yuwani, Kepala Bidang Kemahasiswaan di ruangan rapat.
"Mungkin apa yang kalian lakukan di kampus belum terlihat hasilnya. Namun Ibu percaya, suatu hari nanti impian kalian menerapkan kampus yang bersih dari sampah berserakan mungkin berhasil."
Katya yakin tidak mudah membiasakan orang untuk berubah menjadi baik. Sadar dengan menaruh sampah di tempat sampah. Bahkan menempatkan sampah sesuai dengan jenisnya.
Tatapannya menyapu sudut tempat peletakan tong sampah dengan dua warna berbeda. Warna hijau untuk sampa organik dan warna biru untuk sampah an-organik.
Katya memiliki rencana dengan pemilahan sampah sejak awal di kampus, bisa mengedukasi makin banyak generasi muda tentang zero waste.
Meski meminimalisir sampah botol plastik masih susah. Karena memang tak mudah menghimbau membawa bekal minum dari rumah dan membawa botol isi ulang, belum bisa 100 persen terlaksana. Meski air mineral isi ulang dalam galon telah disiapkan di beberapa tempat di seluruh kampus, untuk terlaksananya kampus bebas sampah botol plastik.
Paling tidak mereka bisa memisahkan sampah sesuai jenisnya. Dengan begitu sampah plastik bisa dikelompokkan dan didaur ulang menjadi barang baru yang bermanfaat.
Katya menanti sahabatnya di tempat biasa mereka nongkrong. Impian besarnya adalah bisa mengedukasi teman-temannya agar mengerti betapa bumi ini telah tercemari oleh limbah sampah plastik.
Impian yang selalu ditertawakan oleh beberapa orang. Impian yang katanya terlalu muskil untuk diwujudkan.
Bukankah menyiapkan dua tempat sampah berbeda peruntukan pun dulunya merupakan impian besarnya? Sekarang kedua tempat sampah itu sudah mampu diwujudkannya. Dengan bantuan banyak pihak, dari rektorat, dosen, teman-teman dari berbagai himpunan kegiatan kampus, hingga pemilik kantin.
Katya tersenyum menatap deretan pintu kantin dari kejauhan. Ibu pemilik kantin di kampus telah sepakat akan mengurangi sampah plastik. Mereka akan menyajikan makanan di piring ataupun mangkok. Bagi pembawa wadah makan sendiri, akan mendapatkan diskon seribu rupiah.
Satu persatu impiannya pasti akan terwujud. Di dunai ini masih banyak orang baik yang ingin berbuat baik. Jadi pelan-pelan aja, Katya. Bisiknya dalam hati.
*********
Semua foto diambil dari Pexels
Semua foto diambil dari Pexels
#roadto4thGandjelRel #blogchallengeGandjelRel
Kereeen.. salut utk Miss Zero Waste.. Memang utk berubah harus dimulai dari kita, dari lingkungan terdekat dan dari sekarang.. Begitu y mba..
BalasHapusAndai bisa jadi nyata ya mba
HapusSiiip. Edukasi zero waste tak semudah membalik telapak tangan yo. Kudu tahan banting.
BalasHapusTahan mental, nggak gampang nyerah. Paling enggak mulai dari diri sendiri
HapusTenaaang, usahamu nggak akan sia2 Katya!
BalasHapusIyess, hahaa
HapusSalut sama Miss Zero Waste. Luar bisa perjuangannya
BalasHapusTerus berjuang tetap semangat :D
BalasHapusSemua memang butuh perjuangan ya :)
BalasHapusMeski ada rintangan harus kita lalui
BalasHapusTerus semangat jangan patah semangat hehe
BalasHapusMakasih yaa
HapusSemangat pantang menyerahnya katya berbuah manis ya, Mbk.
BalasHapusBtw ceritanya kece mbk. Panggilan buat Katya juga unik. Miss zero waste. Klok ada lanjutannya colek2 aku yak
Harusnya jadi cerpen yang lebih panjang yaa. Oke siap nyolek kalo berlanjut
HapusMiss zero waste :)
BalasHapusBumi sudah hampir dibunuh oleh plastik, meski tidak bisa maksimal menghapuskan plastik setidaknya meminimalkan penggunaannya, suka sama idenya ^^
Minimal mulai belanja bawa kantong sendiri dari rumah
HapusIh iya, paling jengkel ya Mbak kalo ada orang diingetin kebersihan, eh dianya malah ngelunjak. Bilang kita pemulung lah. Sok bersih. Atau sebodo teuing belagak nggak denger.
BalasHapusNah itu pengalaman ku juga, makanya dibikin cerita gini, hahahaa... *curhat
HapusMbak suka deh ama cerpennya, apalagi dikasih visualisasi.. jadi serasa ngalamin sendiri weheheh
BalasHapusMiss Zero waste nya keren.
BalasHapusPlastik emang sudah seharusnya dibatasi ya.
Saya bangga di Surabaya, botol plastik laku buat naik bus yang super nyaman, Setidaknya bisa seperti miss zero waste yang menghargai lingkungan demi anak cucu kita :)
Aku ngiri sama warga Surabaya, mau naik bus bayar pakai botol plastik. Trus dibikin apa itu mba?
HapusKatya.... Aku padamu deh. Anak muda sekarang kebanyakan nyinyirnya daripada karyanya. Butuh anak muda kyk Katya supaya lingkungan jadi bersih
BalasHapusMiss zero waste unik namanya..terus semangat mengurangi sampah, mengurangi beban bumi
BalasHapusTak ada yg tak mungkin klo punya tekad dan semangat dalam kebaikan. Begitu juga dengan Katya yg gigih mengedukasi lingkungan kampusnya utk membuang sampah pada tempatnya.
BalasHapusZero Waste itu visioner, memikirkan masa depan bumi yang kita huni, memang bukan hal mudah mba, mungkin akan panjang dan berat.
BalasHapusAku juga sampai dower kasih tahu tetangga yang buang saampah ke kali
Aku masih belajar banget tentang zero waste. Sudah mulai, dimulai dari hal yang sederhana. Bawa botol minuman kemana mana
BalasHapusBagus cerpennya Mba...jadi inget si sulung jg pernah bikin tulisan tentang pencemaran bumi...
BalasHapusKatyaa.. kamu kereenn.. salam yaa mbak watik buat Katya di kampus.
BalasHapusBetul banget mbak, masih banyak memang anak-anak yang nggak diajarkan untuk buang sampah pada tempatnya sejak mereka kecil, mereka biasanya diajarkan di sekolah saja. Aku tau karena beberapa anak tetangga begitu, saat main suka buang sampah bungkus jajanan, terus ada temannya mengingatkan kalau kata ibu guru nggak boleh buang sampah sembarangan..
BalasHapusWah ceritanya inspiratif banget semoga sosok katya beneran ada di dunia nyata supaya lingkungan kita makin bersih
BalasHapusSalut tuk Katya, akhirnya perjuangannbya berbuah hasil yabg baik juga. :)
BalasHapusSoal sampah ini mah memang butuh kesadaran dan kepedulian tinggi ya Mbak. PR bersama gitulah yah
Di mulai dari diri sendiri dan lingkungan kecil mudah-mudahan aksinya Katya memicu banyak orang untu berbuat yang sama.
BalasHapusBtw mbak, kan tempat sampahnya dipisah menjadi 3 tempat gitu, nah aku sebelnya nanti kadang tukang sampah ambilnya dijadikan satu juga
Di dekat rumah yang sampahnya dipisah, tukang sampah cuma ngambil yg organik. Yg plastik diambil pemulung, mba
HapusZero waste harus dimulai dari diri sendiri ya mba di praktekan akupun sedang ini walaupun masih skala kecil melakukanny
BalasHapusKeren ya bikin fiksi begini untuk mengingatkan orang mencintai lingkungan. Kita emang perlu menyayangi bumi dimulai dari diri sendiri ya.
BalasHapusWah keren ibu kantin sampai kasi diskon 1000 rupiah gtu buat yg bawa wadah sendiri :D
BalasHapusPersoalan sampah platik ini emang kyknya juga butuh revolusi mental ya mbak, gak semudah membalikkan tangan, tapi mulai dr diri sendiri dan kasi contoh insyaAllah laam2 jg pasti bisa ya
Kalau memang beneraaan keren nis mba..Zero Waste, demi Bumi tercinta agar tetap bearish dan sari
BalasHapusbagus fiksinya, Mba.
BalasHapusKeren banget, Katya! semoga semakin banyak Katya-Katya yang lain yaa :)
Katya, kau tak sendiri. Aku di sekolahku juga berjuang untuk mengajarkan kepada murid-muridku untuk selalu menjaga kebersihan kelas. Tapi, susahnyaaaaaaa minta ampun. Itu di awal. Sekarang, setelah jalan 6 bulan, lumayanlah. Muridku sudah banyak yang sadar dan sering mengingatkan kalau ada temannya yang lupa diri membuang sampah sembarangan.
BalasHapuswih, mantab mb Wati nulis fiksinya. Memang ya rintangan itu seprtinya warna dalam meraih sesuau
BalasHapusHayooo mbaa Watii saatnya nulia novel nih heheheh fiksinya udah ciamikk inih. Semangat zero waste kita
BalasHapusMiss Zero Waste, bisa nih dijadiin ikon kampus..untuk membuat kampanye zero waste makin gencar dan berhasil...
BalasHapusSeharusnya direalisasikan di dunia nyata nih Miss Zero Waste karena ide dan gerakannya bagus banget. Masih banyak masyarakat yg belum teredukasi dengan baik soal pengelolaan sampah.
BalasHapusSejak beberapa tahun yg lalu saya sudah bawa kantong sendiri tiap belanja, tapi rasanya ini saja nggak cukup. Mulai tahun ini kalau ke pasar sudah mulai bawa kotak sendiri buat wadah makanan, daging, atau ikan. Jadi lumayan meminimalisir penggunaan plastik. Yuk mulai dr diri sendiri!
BalasHapusWah, sedari kemaren kayaknya aku baca fiksi tentang zero waste ini keren2 banget siiih proyeknya Gandjel Rel ini! Sukaaaa!
BalasHapusAku juga kalo beli nasi kuning bawa kotak makan sendiri mbak, walo ribet juga dijalanin pelan2 aja. Semangaat!
Aku jadi pengen mie ayam dua mangkok ..
BalasHapusKereen banget fiksnya, Maak! prok2..
Bagi mahasiswa yg terkenal iritnya, diskon 1000 kalau bawa wadah sendiri itu mewah banget. Memang susah yaa menerapkan hal baru yg masih jarang dilakukan. Bukan hal baru sih sebenarnya, hanya saja memilah sampah memang akan berat dirasa kalau belun biasa
BalasHapusBagi mahasiswa yg terkenal iritnya, diskon 1000 kalau bawa wadah sendiri itu mewah banget. Memang susah yaa menerapkan hal baru yg masih jarang dilakukan. Bukan hal baru sih sebenarnya, hanya saja memilah sampah memang akan berat dirasa kalau belun biasa
BalasHapusWah ini fiksi tapi ngalir banget kayak obrolan sehari-hari. Zero waste memang mestinya sudah menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Inspiratif mbak :)
BalasHapusRunut alurnya dan mudah dicerna. Pesan moral yang dalam dan kena banget. Tema yang kekinian diolah dalam padanan kata yang membumi. Bagus sekali.
BalasHapusSaya sukaaaa:)
semoga ada banyak Katya-katya lainnya yang peduli akan lingkungan hidup termasuk kebiasaan buang sampah, so inspiring banget cerita fiksinya
BalasHapusKeren Mss Zero Waste ini. Semoga ada banyak miss zero waste di dunia nyata ini. Biar lingkungan jadi bersih dari sampah.
BalasHapusBaca ini jadi ingat sekarang banyak banget toko di pusat perbelanjaan yang udah menggalangkan zero waste, semoga terus digalangkan sampai semuanya sadar buat peduli lingkungan :D
BalasHapusZero waste, ini masih peer bersama ya Mbak. Termasuk saya juga. �� Setelah membaca ini jadi ingin makin sadar buat menjaga bumi.
BalasHapusJadi pengin kenal kl ada miss zero waste beneran, semoga kesadaran untuk lingkungan semakin membaik di negara kita ya mba.
BalasHapusAndai bisa jadi kenyataan ya. Dan mesti didukung semua pihak sih ya, oh satu harus istiqamah. Kadang cuma berapi2 di awal aja, pas dalam perjalanannya melempem, huhu.
BalasHapusKeren nih, tema zero waste dijadikan cerita fiksi, jadi dapat ya pesan yang disampaikan.
BalasHapusMudah2an banyak mahasiswa seperti Katya ini di dunia yaa. Nanti lulus kuliah jadi menteri lingkungan hidup heheheh.
BalasHapus