Assalamu'alaikum. Solo dan Jogja telah menjadi dua kota yang sering saya kunjungi setahun terakhir. Kebetulan aja suami mendapat job di dua kota tersebut dan sekitarnya. Jadi tentu saja saya yang berstatus istri tukang ngintil suami, lumayan sering menyambangi dua kota itu. Kali ini saya akan menceritakan kota Solo dengan kuliner favorit keluarga kami.
Apa sih kuliner favorit kami?
Nggak jauh-jauh deh dengan kuliner khas kota Solo. Iyesss, Tengkleng!
Keluarga kami penggemar semua masakan yang berbahan baku utama Kambing. Mau dibikin sate, gule, tongseng, atau bestik, kami sangat menyukainya.
Namun tiap kali kami ke Solo, satu kuliner yang tak pernah kami lalaikan adalah Tengkleng. Udah tahu kan apa itu Tengkleng? Masakan dengan bahan dasar tetelan daging, tulang dengan daging yang masih nempel, jeroan, Lidah, Otak, pokoknya bagian kepala kambing yang dimasak dengan beragam rempah dan bumbu. Mirip dengan gule namun tanpa menggunakan kuah santan. Jadi kuahnya agak encer.
Makan sepiring pun udah puas. Nikmatnya tengkleng yang mampu menggoyang lidah kami, hmm ... begitu mantap rasanya. Pokoknya tengkleng itu kuliner juara di hati dan lidah kami.
Asal Muasal Tengkleng
Saya ceritakan dulu asal mula tengkleng. Katanya sih, jaman Belanda masih suka dengan negeri ini, mereka juga suka mengadakan pesta. Kalo tuan dan noni Belanda menikmati suguhan daging yang tebal dan lezat, tidak demikian dengan pembantunya.
Para pramusaji, tukang masak di dapur, pelayan yang mengabdi di rumah para tuan dari negeri Belanda. Mereka tidak mendapat bagian sajian daging tebal yang lezat. Hanya sisa-sisa dari bagian tubuh Kambing yang terbuang. Seperti jeroan, kepala, dan kaki Kambing.
Namun oleh tukang masak, bagian tubuh Kambing itu ditambahkan dengan beberapa rempah pilihan. Ada jahe, sere, kayu manis, cengkeh, kunyit, lengkuas, daun salam, daun jeruk purut, lada, dan banyak lagi deh. Bahan yang asal cemplung itu, dimasukkan ke dalam kuah dan irisan tetelan bagian tubuh Kambing yang terbuang.
Asal Muasal Tengkleng
Saya ceritakan dulu asal mula tengkleng. Katanya sih, jaman Belanda masih suka dengan negeri ini, mereka juga suka mengadakan pesta. Kalo tuan dan noni Belanda menikmati suguhan daging yang tebal dan lezat, tidak demikian dengan pembantunya.
Para pramusaji, tukang masak di dapur, pelayan yang mengabdi di rumah para tuan dari negeri Belanda. Mereka tidak mendapat bagian sajian daging tebal yang lezat. Hanya sisa-sisa dari bagian tubuh Kambing yang terbuang. Seperti jeroan, kepala, dan kaki Kambing.
Namun oleh tukang masak, bagian tubuh Kambing itu ditambahkan dengan beberapa rempah pilihan. Ada jahe, sere, kayu manis, cengkeh, kunyit, lengkuas, daun salam, daun jeruk purut, lada, dan banyak lagi deh. Bahan yang asal cemplung itu, dimasukkan ke dalam kuah dan irisan tetelan bagian tubuh Kambing yang terbuang.
Rupanya si tukang masak pintar meramu bagian pipi, lidah, hingga mata, telinga, bahkan jeroan Kambing menjadi sajian lezat. Tak kalah lezat dengan masakan untuk para tuan dan noni Belanda.
Konon katanya, sejak saat itu tengkleng menjadi menu masakan yang selalu dinantikan. Saat ini pun tengkleng merupakan kuliner khas dan menjadi favorit di kota Solo. Banyak penjaja kuliner dengan ciri khas penyajian ataupun rasa masakannya, menampilkan gaya masing-masing. Semuanya memiliki konsumen yang loyal. Yang akan selalu datang kembali, ketika menyambangi kota Solo.
Tengkleng memang kuliner khas kota Solo. Meski di Semarang pun banyak penjual Tengkleng. Tetap aja tiap ke Solo, jadi berasa ada yang kurang bila kami tak mampir ke penjual Tengkleng.
Beberapa kali kami mencicipi tengkleng di beberapa warung yang berbeda. Namun sayangnya kami jarang memotret tampilannya gegara lupa diri. Hahaha.
Nah, yuk saya sharing tengkleng mana yang ueenaakkk menurut lidah keluarga kami.
1. Tengkleng Stadion Sriwedari
Saya baru sekali menikmati Tengkleng di warung makan yang mangkal di dekat stadion Sriwedari. Kuahnya yang panas dengan isian tulang kambing yang masih menyisakan daging, jeroan, dan tetelan, terasa empuk dan nikmat.
Pengunjung yang datang kadang antri untuk menempati kursi yang selalu penuh. Makan Tengkleng di Solo, rata-rata memang tak menempati luas ruangan yang memadai. Jadi mungkin itu yang bikin penikmat kuliner rela antri demi makan kuliner yang berkuah encer ini. Tempat nggak masalah, yang penting rasa yang diburu oleh penikmat kuliner Tengkleng.
2. Tengkleng Bu Edi Gapura Pasar Klewer
Ini Tengkleng yang paling kami favoritkan di antara semua penjual yang ada di Solo. Saya kenal sejak 20 tahun yang lalu. Ketika pulang piknik bareng keluarga besar ibu, mampir ke pasar Klewer. Di sini malah lebih sederhana lagi. Warungnya menempel gapura di jalan depan Pasar Klewer. Paling cocok kalo abis belanja dan mendekati waktu shalat, bisa makan siang di Tengkleng Bu Edi. Masjidnya terletak di sisi Barat warung Tengkleng Bu Edi.
Suami yang mengenalkan Tengkleng Bu Edi ini. Dulu beliau masih sangat sehat dan terlihat segar. Maklum ya udah lama waktu berlalu.
Saya paling suka memesan Tengkleng Lidah, sementara suami sukanya campur. Suami tuh paling suka mbrakoti tulang yang masih ada daging yang nempel. Yang jadi ciri khas di sini adalah penyajiannya menggunakan pincuk. Yaitu lebaran daun yang ditekuk dan disemat dengan potongan lidi.
3. Tengkleng BAROKAH
Tengkleng di jalan Veteran Solo ini sekarang menjadi favorit keluarga saya. Satu porsi isinya buanyaaakkk. Daging yang masih menempel pada tulangnya pun lumayan tebal. Jadi marem banget kalo mbrakoti tulangnya yang terasa bumbu rempah khas kuliner Tengkleng.
Saya juga suka dengan irisan daging dan tetelan yang tidak nggajih. Apa sih istilahnya dalam bahasa Indonesia?
Kalo saya sih nyebutnya tidak nggajih. Ah iya, tidak berlemak.
Jadiiii, mbrakoti tulangnya itu kan butuh waktu yang lumayan lama. Agar semua tulang bersih tak bersisa dagingnya gitu. Jadi kalo kuah dan tetelannya tidak nggajih, saya bisa menikmati seporsi tengkleng hingga licin pringnya.
4. Tengkleng Mbak Diah
Kalo di sini nggak hanya Tengkleng, tapi ada juga menu lain. Kami sebenarnya baru dua kali kemari. Rasanya menurut saya kuahnya kurang mantap. Nggak seperti warung tengkleng lainnya yang berasa bumbunya tuh meresap ke dalam daging dan tulangnya.
Tapi, mungkin aja lidah saya yang nggak cocok dengan hasil masakan warung ini. Karena, banyak teman suami yang merekomendasikan tengkleng Mbak Diah. Jadi ya silahkan deh dicicipi, mungkin lidah kalian merasakan nikmat yang luar biasa.
_________________
_________________
Ada lagi tengkleng yang beberapa kali kami cicipi saat jalan-jalan menikmati suasana kota Solo saat malam menjelang. Seperti di Galabo yang hadir di sepanjang jalan yang berada di depan bangunan PGS.
Di sini sepengetahuan saya ada dua kios yang menyajikan Tengkleng. Yang enak kios yang tepat di depan pintu masuk PGS. Kios paling ujung dekat dengan penjual jagung bakar. Dari aromanya yang melayang-layang pun sudah tercium kelezatan bumbu yang bercampur dengan tulang dan daging Kambing.
Yup, baru beberapa warung tengkleng di atas yang sudah saya sambangi. Saya memang gitu, kalo udah pernah jajan di warung satu itu, nyobanya seringnya di situ. Kalo nggak enak banget, ya cuma sekali aja mampirnya. Tapi kalo enak, bisa berkali-kali tiap ke Solo pasti mampir.
Alhamdulillah keluarga kami aman untuk menikmati kuliner ini. Yang penting mengatur pola hidup sehat. Tidak makan berlebihan. Lakukan olah raga rutin. Donorkan darah setiap periode tertentu. Nah, kenikmatan dalam sepiring kuliner tengkleng Solo yang menggoyang lidah, cukup memuaskan bagi keluarga kami. Wassalamu'alaikum.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah
Pas ke Solo dulu belum sempat nyobain tengkleng disana. Aku nyobain tengkleng malah di Jogja. Dan postingan ini sukses bikin aku pengen makan tengkleng.
BalasHapusAyo mba Ratna ke Solo, mesti nyicip tengklengnya loh
HapusOoh..Mbaknya termasuk IPS ya? Istri Pengintil Suami :D
BalasHapusSuka tengkleng ya Mba? Bahkan mbakso pun bakso tengkleng..haha.. Pengen nyoba yg pincuk di klewer ih.. Looks yummiii..
Loooh, Arin kok baru tahu seh, udah lama IPS :D
HapusTiyang Solo kok dereng ngincipi.tengkleng wonten pincuk pripun, wkwkwk
Hmmmm.... tengkleng... suka suka suka.... Tapi lagi pengen gecok.. belum nemu tempat makan gecok yang pas di lidah nih mbak :) Ada saran?
BalasHapusAku malah gak suka gecok, rasa rempahnya kuat banget, Rit, hehehe
Hapusbikin lapar mb
BalasHapusHahaha, ayo makan dulu
HapusPas ke solo dan mencoba kulinernya, jujur aja bund g cocok sama seleraku yang suka makanan pedas dan gurih, akhirnya pas ditawarin tengkleng, aku nolak, takut g sesuai ekspektasi karena masakan orang solo yang cenderung manis dan g cocok dilidahku
BalasHapusKalo tengkleng enggak manis. Tapi pedes dan gurih, coba dulu sih mestinya ya biar kenal rasanya yang endesss.
HapusKe SOlo tapi belum pernah nyoba tengklengnya nih mba
BalasHapusAsyik deh bisa jadi pilihan :)
Ntar kalo ke Solo lagi mesti nyobain ya mbak:D
HapusPertama kali aku nyobain Tengkleng pas ngerantau ke jakarta, malah. Ada di daerah Fatmawati, namanya cuma Tengkelng Solo.
BalasHapusWah... penggemar sejati tengkleng nih. Sampai hafal dan selalu balik. Sipp... kapan2 aku nodong ditraktir tengleng paling enak.
BalasHapusIkutan ngeces liat gambar mkannnyah... wkwkwkwk
BalasHapusWah...tengkleng!! Saya juga suka dengan makanan ini. Biasanya saya disuguhi makanan ini kalau berkunjung ke rumah Pakde di Sragen. Emang enaak, ya...
BalasHapusGg doyan tengkleng, hehehe
BalasHapusTp suamiku suka banget, kapan2 biar icip icio
kalau lagi ke klaten, kyknya wajib mampir ke solo nih buat nyobain tengklengnya..asik nih banyak pilihan bisa jadi referensi, nuhun mba
BalasHapusPas masih SD dulu pernah ke Solo, tapi ya gitu. Namanya masih kecil belum paham mana-mana, apalagi destinasinya pas itu Pasar Klewer hhihi :D
BalasHapusJadi kalau ke Solo mesti nyobain makanan tengkleng ini ya mbak? catet hehe TFS
BalasHapusbanyak amat ya tengkleng disolo :D
BalasHapusaku semenjak kerja di sragen baru tau ada makanan namanya tengkleng :D
lumayan enak sih hehe
apa beda ya tengkleng solo sama sragen?
kalo disolo sih baru pernah nyobain tengkleng di sate buntel :3
jadi pengen nyicipin semua tengkleng yang direkomendasiin deh :D
aahhh jadi kangen kuliner solo inii, Tengkleng ini wajib dikunjungi kalopas mudik ke solo Mbaa..
BalasHapustungguuuu akuu di RM ituu
Haduuuhh, salah bener lihat postingan ini subuh2, jadi laper deh ah, hiuhuhu.
BalasHapusKalau aku mau mampir ke Solo, musti ke mana kah mendatangi warung2 itu? Harga per porsinya brapa mb?
Aku belum pernah makan tengkleng kalo ke Solo, biasanya nasi liwet saja :)
BalasHapusbumbu kuah tengkleng mirip-mirip gule, jadi kangen makan tengkleng khas Solo
BalasHapuswah, banyak juga ya ragam tengklengnya. kalau gt kamu wajib ke jogja nih. ada banyak juga. hayuk sini
BalasHapusjdai lapar nih bun, sayang di daerah saya ga ada yang ke gituan
BalasHapusNoted, besok2 kalau ke solo diicip2 nih yg jadi referensinya :) Makasih yoo mb
BalasHapusdisesep2 pasti enak bgd ya mbk, aduh Ya Alloh ngileeerrr, hahayyy
BalasHapusSering denger tapi belum pernah coba :D
BalasHapusMenggiurkan penampakan tengklengnya, Mbak :D
BalasHapusTengkleng emang wuenak Mbak, oia tengkleng itu cuma ada di area jateng aja ya. Soalnya pas tinggal di jatim belum pernah nemu tengkleng
BalasHapusPagi-pagi buka isi kuliner, perut jadi lapeeer mau nyobain. Itu asyik banget Mbk bisa jalan2 bareng suami. Aku mupeng ngintil suami, hahahah...
BalasHapusAduuh enake... Tadi sarapan dikit banget, lg ada acara. Jd laper mba.. Kalo ke solo kudu nyoba nih, keluarga jg pada suka tengkleng
BalasHapusAduuh enake... Tadi sarapan dikit banget, lg ada acara. Jd laper mba.. Kalo ke solo kudu nyoba nih, keluarga jg pada suka tengkleng
BalasHapusMakanan wajib tiap sebulan sekali biar ga hipotensi mbak hihihi
BalasHapusDuh segereee...
Tengkleng.. memang enak sueger.kesukaan mertuaku nih mb
BalasHapusduh..tengklengnya bikin lapar :D
BalasHapusBerarti orang Indonesia lebih pinter ya mbak Wati, bisa mengolah sisa-sisa daging kambing dengan rasa yang lezat :)
BalasHapusAyah saya paling suka olahan kambing, terutama tengkleng, tapi jarang beli. Biasanya moment Idul Adha jadi ajang melepaa rindu olahan satu ini :)
Semoga sukses lombanya ya mbak Wati :)
suamiku yang dulu doyan tengkleng ini... aku sendiri baru kenal kuliner ini ya setelah nikah sama suamiku sih... hehehe... tapi sekarang karena dia diet kolesterol jadi nggak pernah lagi makan tengkleng
BalasHapusMbak wati kayane favorit bgt yaa mam tengkleng
BalasHapusAku suka banget juga. Biasanya beli pas ke Yogya deket alun2 Mbak. Fotonya menggiurkan sekaleee :)
BalasHapusWuiih...bikin kemecer nii..
BalasHapusSmoga sukses di lombanya ya mbak..
Wua..mba,aku sama suami juga suka banget sama tengkleng..apalagi yg bagian tulang berselimut daging, uch uenake pool
BalasHapusTengkleng itu salah satu makanan favoritku..tapi sayang, nggak boleh sering-sering makan tengkleng. hihi..
BalasHapusWah,jadi maaalah buat yang nggak doyan kambing nih
BalasHapusKeliatan banget nih suka tengleng, sampe udah coba beberapa tempat.. Kalo ke solo mampir ah
BalasHapusKeliatan banget nih suka tengleng, sampe udah coba beberapa tempat.. Kalo ke solo mampir ah
BalasHapussaya abis makan jadi laper lagi mbak, huhuhu
BalasHapusSalam,
Ara